Liputan6.com, Jakarta Meski saat ini Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok terjerat kasus penistaan agama lantaran ucapannya mengenai surat Al-Maidah ayat 51 dan kerap dipojokan oleh isu SARA, Ahok tercatat memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap umat beragama Islam.
Ahok turut membantu membangun masjid serta memberangkatkan umroh dan haji beberapa pengurus masjid, tidak hanya itu, Ahok juga mendirikan Pondok Pesantren di Desa Gunung, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.
Seorang Ustaz yang berasal dari Belitung Timur yang bernama Agung, bercerita, dia pernah dibantu berangkat naik haji oleh Ahok yang saat itu menjabat sebagai Bupati Belitung Timur.
Advertisement
Agung mengungkapkan, suatu hari ia terkejut karena ada tambahan setoran uang ke dalam rekeningnya hingga mencapai Rp 20 juta. Agung mengaku hal itu membuatnya bertanya-tanya dan berdoa memohon petunjuk dalam shalat tahajudnya.
Agung memaparkan, suatu ketika ada seseorang datang dari pemda, beliaulah (Ahok) yang menjadi Bupati Belitung Timur pertama kali terpilih melalui poses pemilu. Agung berujar, ketika Ahok menemui dirinya, Ahok langsung memberinya sebuah bungkusan plastik hitam.
"Waktu itu ada orang dari pemda, beliau (Ahok) langsung kasih kresek warna hitam pas ketemu saya, saya yakin ini pasti isinya duit, dan ternyata benar ada 30 juta," kata Agung.
Cerita Ustaz Agung dan Ahok ini juga dimuat dalam buku karangan Rudi Valinka yang berjudul A Man Called Ahok.
Sopir pribadi Ahok memaparkan, baginya sangat tidak masuk akal sehat jika Ahok dituduh menista agama Islam. Sopir yang mengaku telah mengenal Ahok sejak dirinya masih kecil, hingga bekerja pada Ahok sebagai sopir pribadi ini berujar Ahok merupakan sosok yang memiliki banyak relasi muslim di Belitung Timur.
"Saya tahu dia (Ahok) sejak kecil hingga pada akhirnya saya bekerja dengannya sebagai sopir. Jadi, dia tidak mungkin menodai agama Islam. Apalagi, dia tumbuh dan besar dilingkungan muslim," ujar sopir pribadi Ahok, Suyanto.
Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur, diketahui memiliki 93% penduduk yang beragama Islam, dan menurut Suyanto, dirinya tidak pernah mendengar Ahok mengeluarkan perkataan yang menyingung umat Islam, lantaran Ahok sudah terbiasa hidup di lingkungan muslim.
Suyanto juga memaparkan, Ahok bahkan memberikan tanah negara 20 hektar untuk mendirikan pesantren di Desa Gunung, Kecamatan Manggar, Kabupaten Beltim. Namun pesantren itupun tidak dikuasainya, tetapi diserahkan kepada kiai di Belitung Timur.
Dia mengaku, kegiatan Ahok yang sangat memperhatikan umat Islam saat di Belitung Timur sangat positif. Hal ini terlihat tidak adanya penolakan dari masyarakat. Karenanya, diakui Suyanto, tak heran, jika masyarakat sangat mendukung apa yang dilakukan Ahok.
"Masyarakat keturunan disana cuman 1,2%, selebihnya beragama Islam. Dan semua orang di sana mendukung Pak Basuki,” imbuhnya.
Suyanto mengaku politisasi ayat Al Maidah 51 ini bukan hanya terjadi di Pilkada DKI Jakarta. Pada pilgub Bangka Belitung 2007 lalu, isu Al Maidah 51 juga sempat digunakan untuk menyudutkan dan menyerang Ahok.
"Memang, surat Al Maidah ini dipakai oleh lawan politik pak Basuki sejak menjadi calon bupati hingga maju menjadi calon gubernur di Propinsi Bangka Belitung. Ada oknum yang mengedarkan surat Al Maidah 51 ini, baik dipersimpangan jalan, masjid dan rumah," terangnya.
Selain itu, bentuk kepedulian Ahok terhadap Islam yang dirasakan oleh Suyano, ditunjukkan oleh Ahok yang kerap mengingatkan waktu sholat Jumat.
"Bahkan suatu hari waktu saya bawa mobil bersama Basuki, pas sholat Jumat, dia mengingatkan saya untuk sembahyang. Namun saya menjawabnya belum siap untuk sholat. Saya lewat saja. Dan saya pasti mendapat teguran dari Basuki kalau lalai menjalankan sholat Jumat," kenang Suyanto.
(*)