Puisi Paskah karya Cendekiawan NU Ulil Abshar Abdalla

Liputan6.com memuat lagi puisi itu atas seizin menantu KH Mustofa Bisri tersebut.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Apr 2017, 15:31 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2017, 15:31 WIB
Ulil Abshar Abdalla
Ulil Abshar Abdalla (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Cendekiawan muslim dan intelektual NU, Ulil Abshar-Abdalla, beberapa tahun lalu menulis puisi berjudul "Jumat Agung" terkait perayaan Paskah. Liputan6.com memuat puisi itu atas seizin menantu KH Mustofa Bisri tersebut.

Berikut teks lengkapnya:

Puisi Paskah

Ia yang rebah, di pangkuan perawan suci, bangkit setelah tiga hari, melawan mati.
Ia yang lemah, menghidupkan harapan yang nyaris punah.
Ia yang maha lemah, jasadnya menanggungkan derita kita.
Ia yang maha lemah, deritanya menaklukkan raja-raja dunia.
Ia yang jatuh cinta pada pagi, setelah dirajam nyeri.
Ia yang tengadah ke langit suci, terbalut kain merah kirmizi: "Cintailah aku!"

Mereka bertengkar tentang siapa yang mati di palang kayu.
Aku tak tertarik pada debat ahli teologi.
Darah yang mengucur itu lebih menyentuhku.
Saat aku jumawa dengan imanku, tubuh nyeri yang tergeletak di kayu itu, terus mengingatkanku:
Bahkan Ia pun menderita, bersama yang nista.

Muhammadku, Yesusmu, Krisnamu, Buddhamu, Konfuciusmu --
mereka semua guru-guruku, yang mengajarku tentang keluasan dunia, dan cinta.
Penyakitmu, wahai kaum beriman:
Kalian mudah puas diri, pongah, jumawa, bagai burung merak.
Kalian gemar menghakimi!
Tubuh yang mengucur darah di kayu itu, bukan burung merak.
Ia mengajar kita, tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista.

Penderitaan kadang mengajarmu tentang iman yang rendah hati.
Huruf-huruf dalam kitab suci, kerap membuatmu merasa paling suci.

Ya, Jesusmu adalah juga Jesusku.
Ia telah menebusku dari iman yang jumawa dan tinggi hati.
Ia membuatku cinta pada yang dinista!

Semoga Semua Hidup Berbahagia dalam kasih Tuhan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya