Liputan6.com, Kuala Lumpur - Wisatawan dari Malaysia dan China kini dapat menikmati perjalanan bebas visa selama lima tahun ke depan. Hal ini dimungkinkan berkat kesepakatan timbal balik terbaru yang dicapai saat kunjungan kenegaraan Presiden China Xi Jinping baru-baru ini.
Perjanjian ini merupakan perpanjangan dari kebijakan bebas visa yang sudah ada, dan menurut para ahli, langkah ini diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Malaysia.
Advertisement
Baca Juga
Kesepakatan baru tersebut merupakan bagian dari total 31 nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani pada Rabu lalu (16/4/2025) selama kunjungan Xi Jinping ke Malaysia. Kunjungan ini merupakan bagian dari tur Asia Tenggaranya dari 14 hingga 18 April, yang juga mencakup Vietnam dan Kamboja.
Advertisement
"Salah satu MoU yang ditandatangani selama kunjungan Presiden Xi Jinping adalah mengenai perpanjangan kebijakan bebas visa ini," kata Menteri Dalam Negeri Malaysia Saifuddin Nasution Ismail seperti dilansir CNA.
"Kami sepakat untuk memperpanjang kebijakan ini selama lima tahun lagi dan setelah itu bisa diperpanjang lagi lima tahun berikutnya."
Perpanjangan ini merupakan bagian dari kebijakan liberalisasi visa Malaysia yang diluncurkan pada 1 Desember 2023, yang awalnya memperpanjang masa tinggal bebas visa bagi turis China dan India dari 30 hari menjadi 90 hari. Saat itu, Malaysia juga meminta agar China memberikan perlakuan serupa, namun hanya diberikan masa tinggal selama 15 hari.
"Inisiatif ini terbukti efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lewat sektor pariwisata, yang mencatat peningkatan signifikan jumlah kedatangan wisatawan asal China," ujar Saifuddin.
"Baru sampai bulan April tahun ini saja, kami sudah mencatat hampir 900.000 kedatangan wisatawan dari China. Tahun lalu, totalnya mencapai empat juta."
Hal ini menjadi indikator positif bagi pemerintah untuk terus melanjutkan kebijakan serupa demi keuntungan bersama kedua negara.
"China tetap menjadi penyumbang wisatawan internasional terbesar ke Malaysia, diikuti oleh India. Sementara di antara negara-negara ASEAN, Singapura menempati posisi teratas, diikuti oleh Thailand," tambahnya.
"Pariwisata tetap menjadi penyumbang penting bagi perekonomian nasional karena dampaknya yang langsung dan cepat dibandingkan bentuk investasi lain."
Menurut laporan The Star, sebelum perpanjangan ini diumumkan, warga Malaysia hanya dapat berkunjung bebas visa ke China hingga 31 Desember tahun ini, sedangkan warga negara China bisa ke Malaysia tanpa visa hingga 31 Desember tahun depan.
Sambutan Positif
Presiden Asosiasi Agen Tur dan Travel Malaysia (MATTA) Nigel Wong mengatakan bahwa perpanjangan ini akan memberikan kestabilan bagi industri pariwisata untuk merancang strategi jangka panjang dan meningkatkan upaya menarik wisatawan asal China.
"Ada kepastian bagi pelaku industri untuk merencanakan dan meningkatkan promosi wisata ke pasar China," ujarnya seperti dikutip The Star.
Dia menyoroti pula meningkatnya permintaan wisatawan China terhadap produk wisata yang bersifat pengalaman langsung.
"Sekarang bukan cuma soal tur biasa lagi. Wisata inovatif seperti wisata kuliner, budaya dan warisan, serta ekowisata semakin diminati wisatawan asing," tambahnya.
Nigel optimistis bahwa manfaat kebijakan ini akan melampaui kampanye Visit Malaysia 2026.
"Biasanya kunjungan wisata meningkat setelah kampanye Visit Malaysia dan kebijakan ini akan sangat mendukung hal tersebut," tutur Nigel.
Kampanye Visit Malaysia 2026 merupakan upaya nasional untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, dengan target ambisius yakni 35,6 juta kunjungan dan pendapatan pariwisata sebesar 147,1 miliar ringgit Malaysia.
Presiden Asosiasi Pariwisata Masuk Malaysia Mint Leong menjelaskan bahwa perpanjangan ini akan memberikan arahan yang jelas bagi pelaku industri dalam mempromosikan Malaysia kepada wisatawan asal China.
"Malaysia juga akan punya peluang lebih besar untuk menarik acara bisnis dan pelaku perjalanan bisnis dari China," kata dia seperti dikutip oleh The Star.
Sementara itu, Bendahara Jenderal Kamar Dagang dan Industri Tionghoa Malaysia Koong Lin Loong menyatakan bahwa kebijakan ini bisa turut mendorong pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), karena industri perhotelan juga akan mendapat manfaat besar.
"Wisatawan China pasti akan merasa lebih nyaman dengan bebas visa ini dan saat mereka tiba, mereka pasti akan belanja, makan, dan minum di sini," ungkap Koong Lin.
Di sisi lain, Bangkok Post melaporkan penurunan jumlah wisatawan China yang datang ke Thailand, dengan catatan terendah pada 16 April 2025, hanya 5.833 orang — jauh di bawah rata-rata harian biasanya yang berkisar antara 15.000 hingga 20.000.
Ketua Otoritas Pariwisata Thailand Natthriya Thaweevong mengatakan bahwa penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh isu keamanan dan dampak ekonomi dari kenaikan tarif AS.
Masalah keamanan yang dimaksud kemungkinan mengacu pada kasus penculikan aktor China, Wang Xing, yang terjadi di Thailand.
Menurut Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand, hingga 20 April, total wisatawan China yang masuk ke Thailand tahun ini mencapai 1,5 juta orang, diikuti warga Malaysia 1,4 juta dan Rusia 835.385.
Tahun lalu, Perdana Menteri Thailand saat itu, Srettha Thavisin, mengumumkan bahwa mulai 1 Maret 2024, warga negara China akan diberikan bebas visa permanen untuk masuk ke Thailand.
Sementara itu, pada Januari lalu, Singapura dan China juga menyepakati kebijakan bebas visa selama 30 hari bagi warga kedua negara, hampir dua bulan setelah wacana itu diumumkan.
Advertisement
