Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Tata Kota Nirwono Yoga menilai rencana Sandiaga Uno menghapus sistem parkir meter kurang tepat. Sebab, kata dia, jika Sandiaga ingin juru parkir dijadikan lapangan pekerjaan, seharusnya memperbanyak tempat parkir di dalam gedung dengan sistem e-money atau e-parking.
"Sebaiknya tidak begitu. Justru ke depan, petugas juru parkir akan berkurang digantikan meter parkir untuk sementara dan parking off street dengan sistem e-money atau e-parking," kata Nirwono kepada Liputan6.com, Rabu 3 Mei 2017.
Baca Juga
Ada Rencana Pengurangan Pajak, Harga Tiket Pesawat Ditargetkan Turun 10 Persen pada Akhir Oktober 2024
Sandiaga Uno Tanggapi Pro Kontra Rencana Peresmian Chattra di Stupa Induk Candi Borobudur
Penghargaan Desa Wisata Terbaik yang Berkelanjutan di 6 Destinasi Prioritas, Salah Satunya Diraih Desa Tertingi di Indonesia
Menurut Nirwono, ide untuk menggunakan parkir meter yang dicetuskan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bertujuan untuk menghilangkan praktik parkir liar dan menghilangkan mafia parkir.
Advertisement
"Tujuan (parkir meter) menghilangkan praktik parkir liar dan mafia parkir. Agar setoran ke oknum dihentikan dan pemasukan dari sektor parkir dapar dioptimalkan," pungkas Nirwono.
Ide penghapusan parkir meter dicetuskan oleh Wakil gubernur terpilih DKI Jakarta Sandiaga Uno. Dia menilai jika sistem parkir meter tidak cocok diterapkan di Jakarta. Sistem itu lebih cocok di negara dengan tingkat individualisme yang sangat tinggi.
"Kalau kita kan lihat di sini parkir kan dibantuin, mau belanja ada yang bantuin karena memang banyak lapangan pekerjaan yang masih ada. Di Jakarta sendiri lapangan pekerjaan itu sangat dibutuhkan," kata Sandiaga.
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.