Liputan6.com, Jakarta - Bom Kampung Melayu membuat Briptu Anumerta Imam Gilang Adinata meregang nyawa. Dia berada di lokasi kejadian saat tengah bertugas mengawal pawai obor di Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Gilang, begitu dia biasa disapa dikenal sebagai sosok yang pendiam, tapi pandai. Pemuda kelahiran Jakarta, 1 November 1992 itu memang memiliki cita-cita menjadi polisi sejak kecil.
"Dia memang sudah punya cita-cita mau jadi polisi," kata seorang kerabat, Rio di kediaman Gilang, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (25/5/2017).
Advertisement
Meski lahir di Jakarta, anak pertama pasangan Muhammad Sri Harjo dan Ningwiyanti itu besar dan bersekolah di kampung halamannya di Klaten. Gilang tinggal bersama sang kakek hingga menyelesaikan studi sampai jenjang SMA.
Lulus SMA dia kembali ke Jakarta untuk mewujudkan cita-citanya. Hanya saja, kesempatan pertama mendaftar sebagai taruna Akademi Kepolisian 2012 gagal.
"Dia tidak lolos seleksi administrasi karena belum setahun berdomisili di Jakarta," imbuh sepupu Gilang itu.
Sejak itu, Gilang mengisi hari dengan membantu orangtua berjualan pecel ayam di kawasan Imperium, Kuningan, Jakarta. Gilang kemudian kembali ke Klaten dan mencoba peruntungannya untuk mendaftar di Akademi Angkatan Udara. Percobaan kedua ini juga gagal.
"Yang kedua ini dia gagal di tes terakhir," ucap dia.
Gilang kemudian kembali ke Jakarta dan membantu orangtua berjualan. Setelah setahun berlalu, Gilang kembali mendaftar menjadi anggota kepolisian. Kali ini dia lulus dan menjalani pendidikan di Lido pada 2013.
"Dia lulus bintara 2013 angkatan 39 Lido," tambah Rio.
Sejak itu, dia menjalani tugas di Polda Metro Jaya. Direktorat Sabhara merupakan kesatuan yang digawanginya hingga akhir hayat.
Rabu 24 Mei siang, Gilang bertugas seperti biasa. Sebelum berangkat, dia sempat berpamitan dengan sang paman Bagyo. Hal ini tidak biasanya dilakukan Gilang selama berstatus anggota polisi.
Paman Gilang lainnya, M Rifki mengatakan, hubungan Gilang dengan sang ibunda sangat dekat. Setiap kali bertugas, pasti menghubungi sang ibu paling tidak untuk memberi tahu sedang ada tugas apa dan di mana, termasuk siang itu.
"Dia bilang sama ibunya. Kemarin juga bilang, 'Bu Gilang tugas di Kampung Melayu jaga pawai obor," kata Rifki.
Tak disangka, menjaga pawai obor menjadi tugas terakhir yang dijalani Gilang. 2 Kali ledakan bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur Rabu malam menjadi akhir khayatnya. Kakak dari Atika itu harus meregang nyawa akibat bom bunuh diri itu.
Kini jenazah Gilang sudah diberangkatkan Klaten, Jawa Tengah. Upacara kedinasan mengantar Gilang menuju peristirahatan terakhir. Tangis sang ibu juga belum berhenti bahkan sampai peti jenazah berada di Ambulance dan pergi meninggalkan Jakarta.