Penyebab Garam Dapur Semakin Langka di Pasar Tradisional

Kelangkaan garam membuat para pedagang ataupun pembeli mengeluh. Pasalnya langkanya pasokan memicu kenaikan harga garam.

oleh INDOSIAR diperbarui 25 Jul 2017, 19:15 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2017, 19:15 WIB
Ini Penyebab Garam Semakin Langka di Pasar Tradisional
Kelangkaan garam membuat para pedagang ataupun pembeli mengeluh. Pasalnya langkanya pasokan memicu kenaikan harga garam.

Liputan6.com, Jakarta - Berhentinya petani garam memproduksi garam di sejumlah daerah berdampak terhambatnya pasokan garam di pasaran sejak dua bulan terakhir. Bahkan di beberapa pasar tradisional, garam sulit ditemui. Salah satunya di Pasar Nalo, Pademangan, Jakarta Utara. 

Seperti ditayangkan Liputan6 Petang SCTV, Selasa (25/7/2017), kelangkaan garam membuat para pedagang ataupun pembeli mengeluh. Pasalnya langkanya pasokan memicu kenaikan harga garam.

Harga jual garam 100 gram misalnya, naik menjadi Rp 2.000 dari Rp 500. Sedangkan garam 500 gram kini dijual dengan harga Rp 5.000, padahal sebelumnya dijual seharga Rp 2.500.

Kelangkaan garam juga terjadi di Pasar Sentral, Pinrang, Sulawesi Selatan. Sejak Lebaran 2017, sejumlah pedagang telah meminta distributor untuk mengatasi hilangnya salah satu bumbu dapur tersebut. Namun pasokan tidak terpenuhi dengan baik lantaran kehabisan persediaan garam.

Sementara di Manado, Sulawesi Utara, beberapa perusahaan produsen garam berupaya mengantisipasi penimbunan garam menyusul kelangkaan sekaligus kenaikan harga garam. Dengan cara penyaluran tetap dilakukan meski ada pembatasan pengambilan stok garam dari 100 pak menjadi 50 pak.

Para produsen garam juga mulai menaikkan harga 40 persen untuk dipasarkan. Dari harga Rp 17.500 menjadi Rp 24.500 per paket. Harga baru ini sudah diterapkan dalam kurun waktu selama satu bulan. 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya