Ada Saracen di Pilkada DKI, Ini Wejangan Djarot untuk Warga

Djarot mengatakan, Saracen dibentuk saat Pilkada DKI Jakarta. Karena itu, dia mengimbau masyarakat tidak mudah terima berita bohong.

oleh Ika Defianti diperbarui 16 Sep 2017, 17:40 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2017, 17:40 WIB
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. (Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, Saracen yang dipimpin oleh Jasriadi, terbentuk untuk kepentingan politik dan ekonomi saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.

"Gara-gara Pilkada Jakarta jadi ramai, untung Saracen ketangkep," ucap Djarot di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/9/2017).

Karena itu, mantan Wali Kota Blitar tersebut mengimbau agar masyarakat tidak mudah menerima berita bohong yang beredar. Kata dia, dengan mempercayai berita bohong dapat mempengaruhi psikologis seseorang.

"Jangan sampai tidak bisa menjaga psikis kita, secara kejiwaan dapat timbul rasa dendam ataupun benci yang secara berlebihan, kemudian menista orang lain," papar Djarot.

Belakangan, polisi menangkap seorang ibu rumah tangga bernama Asma dewi. Polisi mengungkapkan, Asma Dewi mengunggah konten kebencian tersebut pada masa Pilkada DKI Jakarta beberapa bulan lalu.

"Ujaran kebencian dan SARA pada waktu Pilkada DKI Jakarta," ujar Kepala Divisi (Kadiv) Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto.

Kendati demikian, Setyo tidak bisa menyebutkan satu per satu secara rinci unggahan konten Asma Dewi tersebut, lantaran begitu banyak unggahan ujaran kebencian dan SARA saat Pilkada DKI berlangsung.

"Jadi banyak sekali, kalau mau disebut satu-satu ya banyak," ucap Setyo.

 

Saksikan video di bawah ini:

 

Sindikat Saracen

Dikatakan pula oleh Setyo, pihak penyidik masih menyelidiki keterkaitan Asma Dewi dengan sindikat Saracen. Penyidik masih mencari jejak-jejak digital bila seandainya unggahan konten dari Asma Dewi ada yang dihapus.

"Kan jejak digital bisa diteliti lagi," pungkas Setyo.

Sebelumnya, kuasa hukum Asma Dewi, Djudju Purwantoro mengungkapkan, ada tiga postingan di medsos yang menjadi dasar penangkapan kliennya. Ketiganya diunggah Asma Dewi sekitar 2016.

"Pertama, pernah dengan vaksin virus campak rubela dari China? Dia katakan ya itulah kalau vaksin atau virus dari China, hanya China itu saja yang dipersoalkan," kata Djudju.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya