TNI Akan Gunakan Peralatan Perang Bantu Korban Gunung Agung

Di antaranya dapur umum yang dapat digunakan untuk memasak sampai kapasitas 5.000 orang, rumah sakit lapangan dan lainnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Sep 2017, 09:15 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2017, 09:15 WIB
Panglima TNI Gatot Nurmantyo
Panglima TNI Gatot Nurmantyo (kanan). (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta - Panglima Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, TNI siap membantu pengungsi korban letusan Gunung Agung, Bali.

"Kami siap untuk menerjunkan anggota lengkap dengan peralatan yang dimiliki untuk membantu pengungsi korban bencana Gunung Agung Bali," kata Gatot seperti dikutip dari Antara, Kamis 28 September 2017.

Nurmantyo yang didampingi Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek, menyebutkan, pasukannya dari berbagai matra memiliki peralatan yang disiapkan untuk perang, yang harus siaga 24 jam. Namun, peralatan perang itu juga dapat dimobilisasi untuk menghadapi bencana.

Di antaranya dapur umum yang dapat digunakan untuk memasak sampai kapasitas 5.000 orang, rumah sakit lapangan, kapal rumah sakit dan pesawat yang siap digerakkan ke lokasi.

"TNI Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Darat semuanya punya alat perang yang harus siap siaga 24 jam. Kemudian jika setiap saat dibutuhkan tinggal kami gerakkan," ujar Nurmantyo.

Pengungsi Hingga 134 Ribu Jiwa

Jumlah pengungsi dari ancaman meletusnya Gunung Agung terus bertambah. Hingga Kamis sore tadi, jumlah pengungsi mencapai 134.229 jiwa di 484 titik pengungsian yang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Bali.

Banyaknya jumlah pengungsi ini disebabkan penduduk yang tinggal di luar radius berbahaya pun ikut mengungsi. Sesungguhnya mereka tinggal di tempat yang aman.

"Namun karena sulitnya memahami dan mengetahui batas radius berbahaya di lapangan, menyebabkan masyarakat ikut mengungsi," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis, Kamis (28/9/2017) malam.

Menurut dia, batas radius berbahaya yang ada di peta, tidak tampak di lapangan, sehingga warga sulit mengetahui posisi sebenarnya. Apalagi, ketika itu, kenaikan status Awas ditetapkan malam hari, saat terjadi gempa yang beruntun dan ditambah beredarnya banyak informasi palsu (hoaks).

"Sehingga masyarakat yang tinggal di daerah aman pun ikut mengungsi. Ini adalah hal yang manusiawi dan sering ditemukan di tempat lain," katanya.

Sutopo merinci, pengungsi sebanyak 134.229 jiwa tersebut berada di Kabupaten Badung, 15 titik (5.879 jiwa), Kabupaten Bangli, 30 titik (6.158 jiwa), Kabupaten Buleleng, 26 titik (16.901 jiwa), dan Kota Denpasar, 51 titik (11.036 jiwa).

Selain itu, Kabupaten Gianyar, 16 titik (12.084 jiwa), Kabupaten Jembrana, 29 titik (420 jiwa), Kabupaten Karangasem, 122 titik (49.575 jiwa), Kabupaten Klungkung, 173 titik (27.395 jiwa), dan Kabupaten Tabanan, 26 titik (4.851 jiwa).

Sutopo memaparkan pula, aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi. Tingginya gempa vulkanik menunjukkan masih berlangsungnya dorongan magma ke permukaan. Pengamatan visual tanda-tanda erupsi belum tampak. "Tidak dapat diprediksi pasti kapan Gunung Agung akan meletus. Status tetap Awas (Level IV)," ujarnya.

Saksikan video di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya