Liputan6.com, Jakarta- Siapa yang tak kenal Roman Abramovich? Miliarder Rusia ini mendadak menjadi sorotan dunia setelah penjualan klub sepak bola Chelsea yang kontroversial. Penjualan Chelsea senilai 2,5 miliar poundsterling kepada konsorsium Amerika yang dipimpin Todd Boehly dan Clearlake Capital pada Mei 2022 menjadi babak akhir kepemilikan Abramovich selama 19 tahun.
Keputusan ini terpaksa diambil setelah Abramovich dikenai sanksi oleh pemerintah Inggris pada Februari 2022, menyusul invasi Rusia ke Ukraina dan dugaan hubungannya dengan Vladimir Putin.
Advertisement
Selama hampir dua dekade, Abramovich telah mengubah Chelsea menjadi klub raksasa Eropa. Di bawah kepemimpinannya, The Blues meraih 21 gelar bergengsi, termasuk lima trofi Liga Inggris dan dua Liga Champions. Namun, kesuksesan itu harus berakhir secara tiba-tiba. Kini, untuk pertama kalinya sejak penjualan tersebut, Abramovich akan berbicara dan mengungkap kisah di balik layar.
Advertisement
Dalam sebuah wawancara yang akan datang, Abramovich berjanji akan menceritakan secara detail tentang proses penjualan Chelsea yang penuh tekanan. Ia juga akan membahas masa depannya setelah meninggalkan dunia sepak bola yang telah membesarkan namanya. Kisah ini bukan hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang politik, bisnis, dan ambisi seorang oligarki Rusia yang mendadak harus melepaskan aset berharganya.
Kisah di Balik Penjualan Chelsea
Buku terbaru karya Purewal akan mengupas tuntas cerita Abramovich di Chelsea. Buku tersebut dijadwalkan rilis musim panas ini oleh Biteback Publishing. Sementara itu, laporan dari Daily Mirror pada Juni 2023 menunjukkan Abramovich telah membeli properti di Istanbul, Turki, tempat kapal pesiarnya sering terlihat. Hal ini menunjukkan bahwa ia telah memulai hidup baru di luar sepak bola Inggris.
John Obi Mikel, mantan pemain Chelsea, menambahkan sedikit bumbu cerita. Menurut Mikel, Abramovich masih merasa marah karena terpaksa menjual The Blues. Perasaan ini tentu bisa dipahami, mengingat betapa besarnya investasi dan dedikasinya selama bertahun-tahun untuk membangun Chelsea.
Sejak diambil alih oleh Boehly dan Clearlake Capital, Chelsea belum mampu menyamai prestasi di era Abramovich. Klub yang kini dilanda ketidakstabilan ini bahkan finis di posisi ke-12 pada musim 2022/2023, sebelum sedikit membaik di musim berikutnya. Pergantian kepemilikan ini telah memicu dua musim yang penuh kekacauan dan kekecewaan bagi para penggemar Chelsea.
Advertisement
Mimpi yang Hampir Terwujud di Arsenal
Buku "The Club" karya Jonathan Clegg dan Joshua Robinson mengungkapkan fakta mengejutkan. Sebelum mengakuisisi Chelsea, Abramovich ternyata hampir membeli Arsenal! Ia awalnya tertarik pada The Gunners, namun staf dari UBS bank Swiss memberitahunya bahwa Arsenal tidak dijual. Keputusan ini akhirnya mengarahkan Abramovich untuk membeli Chelsea, dan mengubah sejarah sepak bola Inggris selamanya.
Kegagalan Abramovich membeli Arsenal hanyalah satu dari sekian banyak kisah take over gagal dalam sejarah sepak bola. Contoh lain adalah upaya Rupert Murdoch untuk membeli Manchester United pada 1998, yang diblokir oleh pemerintah Inggris. Kemudian ada pula Michael Knighton yang beberapa kali mencoba membeli MU, namun selalu gagal.
Kisah-kisah ini menunjukkan betapa kompleks dan penuh tantangannya proses akuisisi klub sepak bola. Faktor-faktor politik, ekonomi, dan bahkan faktor kebetulan dapat menentukan nasib sebuah klub dan mengubah sejarah sepak bola.
