Liputan6.com, Jakarta - Partai Demokrat menyokong Emil Dardak untuk maju dalam Pilkada Jatim sebagai wakil dari Khofifah Indar Parawansa. Bupati Trenggalek itu sendiri merupakan kader dari PDIP yang saat ini telah membelot dari aturan yang telah ditetapkan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri.
Menurut Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, langkah Demokrat yang 'membajak' kadernya tersebut sebagai bentuk outsourcing. Dan PDIP, kata dia, tidak akan terpengaruh dengan sikap Partai Demokrat tersebut.
Baca Juga
"Bagaimana Bapak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) menerapkan politik outsourcing. Kami tidak terpancing," kata Hasto usai diskusi di Hotel Saripan Pacific, Jakarta Pusat, Minggu (26/11/2017).
Advertisement
Dia menambahkan, seorang kader yang baik adalah mereka yang setia dengan partai. PDIP akan terus menerapkan pelatihan guna menunjuk pemimpin yang sesuai dengan jati diri partai.
"Kami tetap setia pada kaderisasi, karena itu menunjukkan track record seorang pemimpin. Dan kami melatih orang dari dalam diri kami," jelas dia.
Kendati Hasto mengelak disebut kecolongan karena tidak lebih dulu mengusung Emil Dardak pada konstelasi Jatim. Kepemimpinan Emil yang baru dua tahun sebagai Bupati Trenggalek dinilai sebagai proses yang seharusnya bisa dilalui dengan berbagai tahapan.
"Ketika baru dua tahun kemudian berproses untuk jabatan lain, tentu saja buat partai agak terlalu riskan. Karena proses menunjuk diperlukan pengalaman, bukan sekadar lompatan jabatan," Hasto menandaskan.
Langgar Kode Etik
Ketua Bidang Dewan Kehormatan DPP PDI Perjuangan Komarudin Watubun menyesalkan pilihan Bupati Trenggalek, Emil Dardak untuk maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur (Jatim) 2018 bersama Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa. Apalagi Emil merupakan salah satu muridnya saat mengikuti sekolah kepala daerah.
"Itu yang kita sesalkan, kebetulan kemarin dia selah satu murid saya, dia ikut proses sekolah kepala daerah," kata Komarudin di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (23/11/2017).
Bahkan menurut dia, Emil Dardak telah melanggar kode etik partai dengan majunya di perhelatan lima tahunan itu. Padahal dia telah menjadi anggota partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri.
"Jelaslah (melanggar), masa sama-sama sudah dapat kartu tanda anggota (KTA) PDI Perjuangan tiba-tiba terima partai lain. Dari segi ukuran etika tidak pantas," papar dia.
Kendati begitu, Komarudin menyatakan Emil Dardak merupakan sosok kader muda yang berpotensi menjadi orang besar. Namun sosok pemimpin tidak cukup dengan bermodalkan kecerdasan semata.
Advertisement