Sekjen PDIP Geber Konsolidasi Pemenangan Risma-Gus Hans di Banyuwangi

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto terus melakukan konsolidasi politik untuk memenangkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur, Tri Rismaharini dan Gus Hans. Dia pun bergerak menuju Banyuwangi.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 05 Nov 2024, 08:48 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2024, 08:48 WIB
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto terus melakukan konsolidasi politik untuk memenangkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur, Tri Rismaharini dan Gus Hans. Dia pun bergerak menuju Banyuwangi.
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto terus melakukan konsolidasi politik untuk memenangkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur, Tri Rismaharini dan Gus Hans. Dia pun bergerak menuju Banyuwangi. (Foto: Dokumentasi PDIP).

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto terus melakukan konsolidasi politik untuk memenangkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur, Tri Rismaharini dan Gus Hans. Dia pun bergerak menuju Banyuwangi, Senin 4 November 2024 malam.

Dalam konsolidisasi politik di Banyuwangi itu, dia menceritakan bagaimana Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tak pernah bertanya soal jumlah uang yang dimiliki Tri Rismaharini atau Risma saat hendak diajukan sebagai calon gubernur Jawa Timur.

Menurut Hasto, Megawati berhasil melihat akan bagaimana seorang Risma jika menjadi seorang pemimpin di wilayah atau lembaga tertentu.

"Bu Mega tak pernah tanya Bu Risma duitmu piro. Sama sekali tidak. Tapi Ibu Mega melihat bahwa pemimpin harus digerakkan cinta kasih tak terbatas khususnya terhadap warga miskin. Itulah Bu Risma," kata Hasto.

Ia mengatakan, seorang Risma adalah sosok yang digerakkan kasih ibu sepanjang masa. Saat menjadi wali kota Surabaya, Risma berhasil membangun ruang publik yang baik.

Menurut Hasto, belum ada satu kota pun seperti Surabaya, yang semua tertata. Baik itu ruang tata kota, ruang kegiatan anak muda, dan lain-lain.

"Semua diatur dengan baik oleh getaran kasih Risma," kata Hasto.

Di luar itu, Risma tak mengejar berapa jumlah penghargaan yang akan diterima jika menjabat. Tetapi dedication of life-nya Risma adalah bagaimana anak miskin dicari di pelosok Surabaya.

"Risma melakukan hal agar bagaimana mereka yang tak bekerja dan terpinggirkan, dapat perhatian penuh, dan negara pun hadir," jelas dia.

 

Jangan Kenal Lelah

Karena itulah keputusan Megawati mengusung Risma-Gus Hans harus menjadi suatu gerakan bagi kader dan simpatisan. Sehingga kader tak pernah mengenal lelah, menjadi sebuah gerakan patriotik supaya Risma-Gus Hans terpilih.

Dilanjut Hasto, calon bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, juga adalah sosok yang sering dibicarakan Megawati. Karena memiliki model kepemimpinan yang sama dengan Risma.

“Bu Ipuk ini sering turun ke bawah dan tinggal di desa,” kata Hasto.

Karenanya, untuk kader dan simpatisan partai di Banyuwangi, harus bekerja keras dengan memastikan pemenangan Risma-Gus Hans dan Ipuk-Mujiono sejalan.

“Maka pergerakannya harus senapas. Ibu Mega sudah mengeluarkan perintah, mari kita pastikan Indonesia Raya di Jawa Timur lewat kepemimpinan Risma-Gus Hans di Provinsi Jawa Timur dan Mbak Ipuk-Mujiono di Banyuwangi,” tandas Hasto.

Bukan Restu Mulyono

hasto juga mengatakan, ada calon kepala daerah yang meminta restu kepada pihak tertentu untuk mengerahkan aparat adalah tindakan yang mengkhianati komitmen netralitas Presiden Prabowo Subianto di pilkada.

Kader dan simpatisan PDIP diminta untuk secara aktif melawan dan mendesak agar aparat patuh pada perintah Presiden Prabowo Subianto.

Hasto mengatakan, calon kepala daerah yang memperoleh restu itu memang penting. Tapi restu yang sebenarnya itu haruslah restu dari rakyat, bukan restu dari tokoh tertentu untuk mengerahkan aparat.

“Restu itu penting. Tapi bukan restu mengerahkan aparat dari Mulyono. Restu yang benar itu harusnya kita harapkan dari para ulama, tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat, dari guru-guru. Bukan restu dari pihak yang hendak mengarahkan aparat,” kata Hasto.

Padahal, lanjut dia, Presiden Prabowo Subianto sudah menyatakan bahwa dirinya tak intervensi dalam pilkada serentak. Hasto lalu mengulangi pernyataan Prabowo, yang intinya agar semua aparat membiarkan rakyat memilih pemimpinnya melakui pilkada.

Maka itu, Hasto mengatakan anggota dan simpatisan PDIP jangan diam lagi ketika ada intimidasi dari oknum aparat.

“Kalau ada intimidasi, tegurlah dia dan katakan anda tak patuh pada perintah Prabowo Subianto. Aparatur negara tak boleh berpihak dan harus netral,” ujar Hasto.

“Gunakan HP anda untuk merekam. Mereka akan takut. Rekam, simpan, dan laporkan,” tegasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya