Liputan6.com, Medan Wakil Tim Pemenangan Bobby Nasution-Surya, Sugiat Santoso, angkat bicara terkait ocehan Hasto Kristiyanto yang menyebut Bobby Nasution hengkang ke partai lain.
Kata Sugiat, yang juga Sekretaris Gerindra Sumut, justru kader PDIP di Sumut masih sayang dan bakal memilih Bobby ketimbang Edy Rahmayadi pada Pilgub Sumut 27 November.
"Pertama, Hasto enggak boleh baper terkait Pilkada Sumut. Bahwa Pilkada Sumut itu bukan pertarungan sakit hati, tapi pertarungan siapa yang terbaik yang bisa memimpin Sumut. Kalau PDIP tidak mendukung Bobby karena faktor sakit hati, itu persoalan PDIP. Tapi bagi masyarakat Sumut, Bobby dianggap sebagai solusi untuk menyelesaikan pembangunan di Sumut," kata Sugiat, Selasa (19/11/2024).
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Berkaca pada Pilkada Medan 2020 lalu, Sugiat menyebut, tidak hanya PDIP yang mengusung Bobby Nasution. Justru Gerindra yang pertama mengusung.
"Saat Pilkada Kota Medan kemarin, bukan hanya PDIP yang mendukung dan memenangkan Bobby Nasution, malah Gerindra yang pertama mengusung Bobby pada Pilkada Kota Medan," lanjut Sugiat.
Bahkan, sambungnya. pada Pilgub Sumut 2018, Gerindra juga yang pertama kali mengusung Edy Rahmayadi. Disebutkan Sugiat, pada saat itu harapannya Edy Rahmayadi bisa menuntaskan problematika pembangunan di Sumut.
"Tapi setelah lima tahun diberi kesempatan, ternyata tidak ada satu pun janji kampanye Edy Rahmayadi yang direalisasikan," bebernya.
Gerindra Dukung Bobby Nasution di Pilgub Sumut 2024
Gerindra memberikan dukungannya ke Bobby Nasution karena dianggap punya harapan untuk menuntaskan persoalan-persoalan yang ada di Sumut.
"Ketimbang Edy Rahmayadi yang sudah lima tahun diberikan amanah, tapi gagal total dalam memimpin Sumut," lanjut Sugiat yang baru saja dilantik menjadi Anggota DPR RI.
Disebutkan Sugiat, menariknya, pada survei terpercaya yang dikeluarkan Indikator Politik, banyak kader PDIP yang akan memilih Bobby Nasution pada Pilgub Sumut nanti ketimbang memilih Edy yang jelas diusung PDIP.
"Kalau dari segi kedekatan ideologi, Bobby jauh lebih dekat ideologinya dengan PDIP. Bobby itu nasionalis, sementara Edy Rahmayadi itu dalam rekam jejak sejarahnya selalu membenarkan politik identitas pada setiap momentum politik yang dia ikuti," Sugiat menuturkan.
Sugiat Santoso juga menduga, Hasto dan PDIP punya kebencian mendalam kepada Bobby Nasution dan keluarga besar mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Kita menduga, karena faktor kebencian yang mendalam, tidak ke Bobby, tapi ke keluarga Pak Jokowi, PDIP, makanya sangat terpaksa mereka mendukung Edy Rahmayadi," Sugiat menandaskan.
Advertisement
Cerita Hasto Soal Bobby
Sebelumnya, dalam Forum Demokrasi bertajuk 'Selamatkan Demokrasi di Sumatera Utara' yang digelar di Kota Medan, Minggu, 17 November 2024, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto, menceritakan kisah menantu Presiden ke-7 Jokowi, Bobby Nasution yang sampai ‘disekolahkan’ PDIP agar terlihat pantas menjadi kepala daerah.
Namun, ia menyebut Bobby justru kini mengkhianati pihak yang membesarkannya. "Ketika mau menjadi calon, Bobby Nasution ini saya sekolahkan ke Banyuwangi, yakni kepada Abdullah Azwar Anas," Hasto menuturkan.
Diakui Hasto, pihaknya saat itu harus mengorbankan salah seorang kader partai di Sumut. Namun belakangan, Bobby Nasution dinilai punya ambisi berlebihan.
"Namun, kami pikir karena beliau menantu presiden, dia merasa itu sudah merupakan karunia luar biasa. Tapi ternyata keinginannya banyak sekali. Maka saya sampaikan, kita tidak bisa bersama lagi," Hasto menuturkan.
Suka Berpindah Partai
Dalam forum itu juga, Hasto menyebut, Bobby Nasution tidak memiliki kesetiaan sama sekali dan lebih suka berpindah-pindah partai politik. Sebab, Bobby yang sebelumnya merupakan kader PDIP berlabuh ke Partai Golkar, lalu saat ini pindah ke Gerindra.
Hasto mengungkapkan, berbagai kerusakan demokrasi terjadi di Pilkada Sumut. Namun, ia justru mengapresiasi sikap Letjen TNI (Purn) Edy Rahmayadi yang memiliki kesabaran tinggi. Ia menilai, Edy menunjukkan sikap yang kesatria karena membuktikan sikap infanteri.
"Infanteri tidak pernah main belakang. Tidak pernah mengintimidasi rakyat, apalagi menilang rakyat,” Hasto menuturkan.
Di sisi lain, lanjut Hasto, mendapat laporan apa yang terjadi pada Pilpres 2024 telah diterapkan kembali pada Pilkada Serentak 2024. Dia tak menginginkan, kecurangan yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif kembali dijalankan.
"Terus berjuang bagi demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, guna melawan ambisi kekuasaan dari raja, oleh partai coklat, dan untuk menantu raja," pungkasnya.
Advertisement