Ini Perbedaan Longsor Bandara Soetta dan Longsor Puncak

Rudy menambahkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi longsor serupa Puncak tidak terjadi lagi di daerah lainnya.

oleh Rezki Apriliya Iskandar diperbarui 07 Feb 2018, 08:36 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2018, 08:36 WIB
Proses Evakuasi Mobil Tertimbun Longsor di Underpass Bandara Soetta
Alat berat menghancurkan beton untuk mengevakuasi mobil yang tertimbun longsor di Underpass Perimeter, Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Selasa (6/2). Enam alat berat dikerahkam untuk proses tersebut. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam hari yang bersamaan, Senin 5 Januari 2018, musibah longsor terjadi di dua lokasi berbeda. Longsor di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat dan longsor di Jalan Underpass Perimeter Selatan Bandar Udara Soekarno-Hatta (Soetta).

Terkait dua musibah longsor tersebut, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar, menjelaskan kalau kedua longsor itu disebabkan dua hal berbeda.

"Kalau yang di Soekarno-Hatta adalah masalah civil engineering, karena di situ sudah ada proses penggalian terhadap penahanan tembok, jadi engineering-nya enggak kuat," kata Rudy saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, (6/2/2018).

"Yang di Soekarno-Hatta lebih kepada teknik sipil, bukan geologi. Masalah-masalah teknik sipil dalam pembuatan underpass," lanjut Rudy.

Sementara longsor di Puncak, kata dia, disebabkan oleh faktor alam, yakni hujan deras yang turun terus-menerus dan unsur tanah serta batuan di kawasan tersebut yang kondisinya rentan.

"Kalau yang di Puncak, itu adalah proses gerakan tanah yang boleh dikatakan secara utuh adalah kejadian gerakan tanah atau longsor. Yang di puncak itu faktor alam, di situ ada tanah atau batuan yang memiliki karakteristik rentan terhadap cor," ujar Rudy.

"Kemudian pemicunya adalah ada air hujan yang secara terus-menerus kemudian tanah dan batuannya di situ jenuh, tidak mampu lagi menahan beban pada suatu lereng," kata dia.

Khusus musibah seperti yang terjadi di Puncak, Rudy mengatakan hal tersebut kemungkinan bisa terjadi di daerah lain yang rawan longsor.

Cara Mengantisipasi Longsor

Longsor Puncak, Dua Orang Tewas, Empat Masih Belum Ditemukan
Petugas dari kepolisian berjaga di lokasi longsor yang terjadi di kawasan Puncak Bogor, Jawa Barat (6/2). Lonsor yang terjadi pada Senin (5/2) kemarin menimbulkan korban, data sementara, sembilan orang telah menjadi korban.(Liputan6.com/Pool/Polres Bogor)

Terkait hal itu, Rudy mengatakan, pihaknya memiliki peta perkiraan longsor bulanan di daerah-daerah rawan longsor lainnya.

"Ada peta perkiraan longsor bulanan dari kita yang khusus pada musim hujan ini, yang dikeluarkan oleh Badan Geologi di mana di situ diperlihatkan daerah mana saja yang diperkirakan rentan terhadap longsor. Longsornya bisa terjadi di suatu daerah atau terjadi di beberapa titik saja," kata Rudy.

Rudy menambahkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi longsor serupa Puncak tidak terjadi lagi di daerah lainnya.

"Longsor itu mengenai batuan, lereng. Manusia bisa menghindarinya misalkan saja memang sudah ada untuk budidayanya dengan terasering atau juga untuk jalan bisa membuat penahan-penahan ya kalau untuk jalan. Tapi kalau untuk perkampungan harus menghindar dan masyarakat harus bisa mengenal ciri-ciri longsornya dan indikasi terjadinya longsor," jelas Rudy.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya