Melongok Keindahan Kelenteng Da Bo Gong Ancol yang Berusia 17 Abad

Bangunan ini kaya akan ornamen hias, yaitu patung naga dan hewan lainnya maupun lukisan dinding yang menyemarakkan suasana kelenteng.

oleh Lady Nuzulul Barkah Farisco diperbarui 09 Mar 2018, 08:56 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2018, 08:56 WIB
Kelenteng Da Bo Gong
Kelenteng Da Bo Gong yang terletak di Jalan Pantai Sanur No 5 Binaria Ancol, Jakarta Utara.

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta punya banyak tempat-tempat ibadah bersejarah yang usianya tidak lagi muda, salah satunya Vihara Bahtera Bhakti atau Kelenteng Da Bo Gong yang terletak di Jalan Pantai Sanur No 5, Binaria Ancol, Jakarta Utara.

Menariknya, seluruh bangunan kelenteng didominasi nuansa merah dan warna cerah lainnya seperti biru, hijau, dan kuning. Selain itu, bangunan ini kaya akan ornamen hias, yaitu berupa patung naga dan hewan lainnya maupun lukisan dinding yang menyemarakkan suasana kelenteng.

Nama Da Bo Gong berarti dewa tanah. Kelenteng ini dibaktikan untuk Dewa Da Bo Gong. Namun, bisa dibilang ini adalah kelenteng kombinasi karena peziarah dari berbagai latar belakang kepercayaan datang ke sini, seperti Konghucu, Taois, Buddha, bahkan Islam.

"Kalo sekarang-sekarang ribut SARA, sudah dari dulu di sini ada yang namanya toleransi beragama. Konghucu, Taois, Buddha, saya sendiri dan sebagian besar pengurus agamanya Islam," ungkap Humas Kelenteng Da Bo Gong Apriyanto saat ditemui Liputan6.com, Jakarta, Kamis 8 Maret 2018.

Di dalam kompleks bangunan kelenteng ada berdiri beberapa bangunan untuk memuja dewa yang berbeda.

"Di sini ada bangunan untuk berdoa ke Dewa Sam Po Soei dan istrinya (Sitiwati), terus ada buat Buddha, Dewi Kwan Im, makam Mbah Said dan Eneng, dan yang utama untuk Thi Kong (Tuhan Yang Maha Esa)," jelas Apri.

Menurut keterangan pengurus kelenteng, bangunan yang terletak di dalam Kompleks Pasir Putih wilayah Ancol, Jakarta Utara, ini telah mengalami renovasi di beberapa bagian.

"Renovasi sudah berkali-kali. Terutama bagian dinding, karena kan terpapar asap hio jadinya item-item dindingnya. Jadi kami siasati dinding bangunan asli kami tempel keramik biar enggak kotor dan kami sering cat ulang juga," ujar Apri.

Dari keterangan Apri, sehari-hari tidak banyak pengunjung yang datang ke kelenteng ini, baik untuk sekadar melihat-lihat maupun untuk berziarah.

"Kita enggak bisa bilang sekitar berapa pastinya pengunjung per hari. Beda sama masjid yang bisa liat dari saf salatnya atau dari gereja bisa liat jumlah dari banyaknya bangku. Jelasnya bakal ramai setiap ada perayaan besar, contohnya Imlek," tutur dia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Sejarah Kelenteng

Klenteng Da Bo Gong
Klenteng Da Bo Gong yang terletak di Jalan Pantai Sanur No.5 Binaria Ancol, Jakarta Utara.

Berdasarkan buku yang ditulis Salmon dan Lombard berjudul Klenteng-klenteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta, Kelenteng Da Bo Gong dibangun sekitar abad 17 lalu dan letaknya jauh di luar tembok kota Batavia saat itu. Kira-kira 4 kilometer dari tembok kota.

Awal kelenteng dibangun adalah atas permintaan Sam Po Soei Soe, seorang juru masak Cheng Ho yang jatuh cinta dengan perempuan Indonesia bernama Sitiwati.

"Dulu awal mulanya kan dibangun karena maunya Sam Po Soei Soe, dia ini nikah sama orang Indonesia. Sebelum menikah, minta izin sama orang tua Sitiwati bernama Said Areli dan Enneng. Makanya sekarang makam orangtuanya pun ada di sini," cerita Apri.

Tak hanya itu, kata dia, Kelenteng Da Bo Gong juga tahun ini ikut menjadi bagian dari penilaian Adipura untuk kota administrasi Jakarta Utara.

"Ini tahun pertama Kelenteng Da Bo Gong diikutsertakan penilaian Adipura. Saya juga kaget, loh tiba-tiba dihubungi kalau kami jadi bagian penilaian," ujar Apri.

Dia mengatakan, sambil menunggu tim penilai datang, pengurus kelenteng mempercantik tampilan bangunannya.

"Ini kami masih nunggu tim penilai datang. Sambil nunggu ya kami cat ulang dindingnya, pokoknya percantik tampilan kelenteng dan jaga kebersihannya juga," tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya