Menteri Yohana: Perluas Akses Perempuan di Pembangunan

Menurut Yohana Yembise, perempuan memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun bangsa.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Apr 2018, 06:05 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2018, 06:05 WIB
Bahas KLB Gizi Buruk Asmat, Sejumlah Menteri Gelar Rapat dengan DPR
Menteri PPA Yohana Yembise saat mengikuti rapat konsultasi dengan pimpinan DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (1/2). Rapat konsultasi itu membahas penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak dan Gizi Buruk di Asmat, Papua. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Denpasar - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Yohana Yembise mendorong perluasan akses dan partisipasi perempuan di seluruh bidang pembangunan bangsa. Hal ini untuk mengatasi permasalahan yang kerap terjadi seperti kekerasan fisik, psikis dan seksual.

"Sehingga perempuan dapat merasakan manfaat pembangunan mulai dari proses persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi program pembangunan," kata Yohana ketika membuka peringatan Hari Kartini yang digelar Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) di Denpasar, Sabtu 28 April 2018.

Menurut Yohana Yembise, perempuan memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun bangsa sehingga pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi menjadi faktor yang sangat penting untuk ditingkatkan.

Yohana juga mengingatkan bahwa perempuan juga harus diberikan kesempatan melakukan kontrol terhadap proses pembangunan.

"Dengan demikian kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dapat terwujud dan pembangunan dapat berjalan dengan baik," ucap dia.

Perempuan di beberapa daerah, lanjut dia, masih ada yang mengalami "stereotype", marginalisasi, subordinasi, dan beban ganda.

"Stereotype", kata dia, merupakan pencitraan mengenai individu atau kelompok yang tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada, seperti tugas perempuan dianggap hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan rumah tangga saja.

Kemudian perempuan yang mengalami marjinalisasi atau proses peminggiran atau pemiskinan dapat mengakibatkan kemiskinan secara ekonomi.

Hal lainnya lagi, ucap Yohana, perempuan masih ada yang mengalami "subordinasi" atau penomorduaan, seperti prioritas untuk memperoleh hak pendidikan.

"Pada saat kondisi ekonomi keluarga terbatas, maka pendidikan bagi laki-laki lebih diprioritaskan dibandingkan perempuan," ujar Yohana Yembise.

Permasalahan lainnya yang dihadapi perempuan yaitu beban ganda kaum hawa yang bekerja mempunyai beban sebagai pencari nafkah sekaligus manajer dalam pekerjaan rumah tangga.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Contoh Kartini

Papua
Menteri Pemberdayaan perempuan dan anak, Yohana Yembise. (Liputan6.com)

Pada peringatan Hari Kartini itu, Yohana mengharapkan perempuan Indonesia untuk mengambil contoh teladan dari sosok pahlawan kelahiran Jepara, Jawa Tengah itu yang memikirkan kemajuan bangsa di tengah pengetahuan yang terbatas dalam kungkungan feodal.

"Kartini mampu menembus kebuntuan, berkirim surat dengan sahabatnya dari berbagai belahan dunia. Kartini ketika itu sudah melampaui kaumnya, bahkan di antara kaum laki-laki kebanyakan zaman itu," ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut Yohana mengharapkan NSI dapat meningkatkan peran yang lebih konstruktif kepada umatnya dan berkontribusi dalam melindungi, memberdayakan dan memajukan kaum perempuan.

"Bagaimana NSI benar-benar dapat ikut berpartisipasi dan berkontribusi serta berperan aktif dalam pembangunan bangsa dan negara," ucap Yohana Yembise.

Sementara itu Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma NSI Suhadi Sendjaja mengatakan peringatan tokoh emansipasi wanita itu diharapkan menjadi wadah pembinaan umat Buddha NSI di seluruh Indonesia.

Kegiatan itu, lanjut dia, dihadiri ratusan peserta dari seluruh Indonesia yang salah satunya juga diisi lokakarya mengenai peran perempuan dalam membangun bangsa dan negara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya