Pasang Garis Kuning, Polisi Sterilkan Ruang IGD RS Polri

Dua ambulans datang menuju ruang VIP Melati yang berada di samping instalansi forensik RS Polri.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 10 Mei 2018, 10:57 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2018, 10:57 WIB
RS Polri
Polisi memasang garis kuning di Ruang IGD RS Polri. (Liputan6.com/Lizsa Egeham)

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah aparat kepolisian memasang garis polisi di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Lima korban kerusuhan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok dikabarkan tengah menjalani perawatan di RS Polri.

Pantauan Liputan6.com, sejumlah polisi memasang garis kuning di sepanjang Ruang IGD hingga Ruang Inap RS Polri. Dua ambulans datang menuju ruang VIP Melati yang berada di samping instalansi forensik RS Polri.

"Steril ya," ujar salah satu polisi kepada para awak media, Kamis (10/5/2018).

Selang beberapa menit, seorang pria mengenakan masker dan berkursi roda keluar dari ambulans milik kepolisian dan dibawa ke ruang IGD. Para petugas yang mengawal tampak berlari terbirit-birit, menghindari kejaran awak media.

Tidak dapat dipastikan siapa sosok pria tersebut. Para awak media dilarang mendekat dengan diberi batas berupa garis polisi sekitar 20 meter dari ruangan tersebut.

Sebelumnya, Wakapolri Komjen Syafruddin mengatakan operasi pembebasan sandera di Mako Brimob sudah usai. Sebanyak 155 narapidana teroris telah menyerahkan diri.

Napi sempat menyandera seorang polisi dan merampas 30 pucuk senjata di Mako Brimob. Salah satu senjata ralas panjang di antaranya mampu memuntahkan peluru hingga 800 meter.

 

Napi Teroris Menyerah

Tumpukan Senpi di Mako Brimob
Proses penyerahan diri para narapidana terorisme Rumah Tahanan Cabang Salemba di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Kamis (10/5). Sebanyak 155 narapidana terorisme menyatakan menyerah tanpa syarat kepada pihak aparat kepolisian. (Liputan6.com/HO/Polri)

Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM, Wiranto, mengatakan seluruh napi terorisme yang ada di Mako Brimob telah menyerah. Mereka angkat tangan setelah Polri mengultimatum dan melakukan penyerangan terhadap mereka.

"Sudah direncanakan serbuan untuk melucuti, menyerbu mereka di lokasi yang telah kita lokalisasi, kepung, tentunya sesuai dengan standar Polri dan internasional, aparat memberikan ultimatum, jadi bukan negosiasi ya, bahwa kita akan melakukan serbuan. Menyerah atau mau menanggung risiko serbuan itu. Tentu dengan batas waktu," jelas Wiranto.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya