Trauma Mendalam Warga Lombok, Suara Mobil Dikira Gempa

Seorang warga mengaku lari terbirit-birit ke arah jalan, sampai-sampai seperti mengalahkan sprinter Zohri, saat mendengar suara mobil yang dikira gempa.

oleh Sunariyah diperbarui 12 Agu 2018, 06:52 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2018, 06:52 WIB
Bangunan Luluh Lantak, Korban Gempa Lombok Salat di Luar Ruangan
Seorang wanita berdoa di depan puing-puing bangunan di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (11/8). BNPB menyatakan gempa Lombok hingga saat ini telah menewaskan 387 orang. (AP Photo/ Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa yang terus menerus mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, membuat warga di Pulau Seribu Masjid itu mengalami trauma mendalam. Trauma mendera semua warga, dari anak-anak hingga orang dewasa.

Begitu traumanya, sampai-sampai seorang ibu muda di Mataram, lari terbirit-birit ke arah jalanan ketika ada mobil lewat di jalan dekat rumahnya.

"Gempa, gempa," teriak ibu muda bernama Tina, yang membuat keluarganya kaget dan langsung berlari sekencang-kencangnya ke arah jalan, termasuk anaknya yang masih 7 tahun.

Namun, setelah di jalan tidak ada orang. Ia dan keluarganya pun baru tersadar suara yang dikira gempa ternyata bersumber dari mobil yang lewat.

"Ya Allah, rasa trauma ini nggak bisa hilang, jangankan suara mobil, suara tikus di atas atap aja bikin saya lari ngalah-ngalahin Zohri tadi malam jam 3," kata ibu dua anak yang kini tinggal di teras rumahnya, kepada Liputan6.com, Minggu (12/8/2018).

Trauma membuat dia dan keluarganya tidak berani masuk rumah, bahkan sekedar mengambil pakaian ataupun mandi.

Trauma juga dirasakan anak-anak kecil. Seorang bocah 5 tahun di Selong, Lombok Timur, sampai-sampai bertahan tidak buang air besar karena takut ke toilet.

"Masih gempa ya, masih gempa ya," kata bocah laki-laki itu kepada orangtuanya. Ketika gempa 7 Skala Ritcher mengguncang, Minggu malam 5 Agustus lalu, bocah laki-laki itu berhasil berlari menyelamatkan diri ke halaman rumah.

Saat gempa besar itu, rumahnya yang berdinding batako berguncang disertai suara gemuruh. Sampai-sampai orangtuanya lupa membawa dia berlari ke luar rumah. 

"Saya sampai lupa bawa dia keluar, untungnya dia bisa menyelamatkan diri," kata ayahnya, Alwan, kepada Liputan6.com.

 


Bocah Takut Mendekat ke Rumah

Masyarakat terdampak gempa Lombok 7 SR yang mengungsi
Masyarakat terdampak gempa Lombok 7 SR yang mengungsi. (dok BNPB)

Seorang anak lainnya yang masih berusia 3 tahun, menolak dibawa ibunya duduk di teras rumah karena takut gempa.

"Jangan kita di sini mama, nanti gempa," ucap bocah laki-laki itu seperti diceritakan ibunya, Arlina. Bocah laki-laki itu tidak berani lepas dari ibunya dan tidak mau mendekat ke rumahnya.

Trauma mendalam juga dirasakan orang-orang dewasa lainnya. Alwan menceritakan, di Lombok Utara, di tempat pengungsian, suara papan disentil sedikit saja sudah membuat orang berhamburan menyelamatkan diri.

Sementara orang-orang yang sudah sepuh tidak berani berjalan lebih dari 5 meter, hingga warga pun membuatkan tempat wudhu dan WC darurat yang letaknya tak jauh dari tenda.

"Saat ini 10 meter itu rasanya sudah jauh sekali, apalagi orangtua yang sudah sepuh. Semua orang diliputi rasa takut, trauma," kata Alwan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya