BMKG: Erupsi Gunung Anak Krakatau Bahayakan Penerbangan

Sementara hari ini, kondisi cuaca di sekitar Gunung Anak Krakatau berpotensi hujan sedang hingga lebat pada pagi hingga sore hari.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Des 2018, 08:40 WIB
Diterbitkan 26 Des 2018, 08:40 WIB
Penampakan jejak abu vulkanis Gunung Anak Krakatau yang tertangkap kamera satelit NASA pada 24 September 2018 (NASA)
Penampakan jejak abu vulkanis Gunung Anak Krakatau yang tertangkap kamera satelit NASA pada 24 September 2018 (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan erupsi Gunung Anak Krakatau membahayakan penerbangan.

"Jelas dan itu kami pantau setiap saat. Kami pantau dengan satelit Himawari. Dari pemantauan kami arah sebaran abunya itu akan terdeksi dipengaruhi oleh arah angin," kata Dwikorita di gedung BMKG, Selasa (25/12/2018) malam.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa BMKG telah mencoba mengecek secara langsung melalui udara tebing kawah dari Gunung Anak Krakatau tersebut.

Meski sudah dua kali terbang mendekat dalam rangka untuk mengecek langsung tebing kawahnya, sampai saat ini BMKG belum bisa mendekati.

"Sampai dua kali ini kami sudah hampir sampai, awannya tebal dan hari pertama kaca pesawat itu sudah kena partikel-partikel abu. Sehingga kami bersama TNI menyatakan bahwa ini dapat membahayakan mesin pesawat, harus segera kembali," ucapnya.

Sementara itu, pada Rabu (26/12/2018) kondisi cuaca di sekitar Gunung Anak Krakatau berpotensi hujan sedang hingga lebat pada pagi hingga sore hari.

"Pada malam hingga dini hari umumnya berawan dan hujan ringan. Arah angin dari barat daya-barat, tapi kecepatan angin permukaan relatif menurun dibanding hari sebelumnya dengan kecepatan maksimum dapat mencapai 20 sampai 25 km/jam," ucap Dwikorita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tsunami

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Selasa (25/12/2018) pukul 13.00 WIB, korban jiwa akibat tsunami di Selat Sunda mencapai 492 orang.

BNPB juga mencatat hingga hari ketiga pascatsunami Selat Sunda, sebanyak 1.485 orang luka-luka, 154 hilang dan 16.082 orang mengungsi akibat tsunami pada Sabtu (22/12) malam tersebut.

Tsunami tersebut berdampak pada lima kabupaten, yaitu Pandeglang dan Serang di Provinsi Banten, serta Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus Provinsi Lampung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya