5 Fakta Terbaru Diungkap BNPB Usai Tsunami Selat Sunda

Hingga Senin, 31 Desember kemarin BNPB mencatat 437 korban meninggal dunia dan 14.059 luka-luka akibat terjangan tsunami Selat Sunda.

oleh Maria Flora diperbarui 01 Jan 2019, 08:08 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2019, 08:08 WIB
Usai Tsunami Selat Sunda, Warga Mulai Pulang Selamatkan Harta Benda
Pemandangan kehancuran usai tsunami menerjang Kampung Sumur Pesisir, Pandeglang, Banten, Senin (24/12). Pascatsunami Selat Sunda, warga pulang untuk mencari barang berharga miliknya. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki hari ke-10, Tim gabungan yang terdiri dari unsur TNI, Polri, BNPB, BPBD, Basarnas serta para relawan terus melakukan pencarian dan evakuasi para korban tsunami Selat Sunda, Sabtu, 22 Desember 2018.

Alat berat pun diturunkan untuk mempermudah proses pencarian. Hingga Senin, 31 Desember kemarin, Tim SAR menemukan empat jenazah di empat kawasan pantai yang berbeda.

"Empat jenazah ditemukan di kawasan Pantai Tanjung Lesung, Tambak, Cemara dan Pulau Sangiang. Tiga jenazah itu dibawah ke RSUD Berkah Pandeglang dan satu korban sudah dimakamkan” ujar Zaenal di Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Tsunami di Labuan, Pandeglang, Senin (31/12/2018).

Proses pencarian para korban tsunami sempat terkendala cuaca buruk.

Sementara itu, menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB),jumlah korban jiwa terbanyak ada di Kabupaten Pandeglang, Banten, yakni 296 orang dilaporkan meninggal dunia.

Berikut sejumlah fakta terbaru pascatsunami menerjang Pantai Anyer, Banten dan Lampung, Sabtu malam, 22 Desember:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

1. 437 Orang Meninggal Dunia

BNPB Terkait Gempa dan Tsunami di Donggala Palu
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberikan keterangan pers di Jakarta, Sabtu (29/9). BNPB belum mendapatkan laporan jumlah korban untuk kota Donggala dikarenakan terputusnya jaringan komunikasi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jumlah korban akibat terjangan tsunami Selat Sunda terus bertambah. Hingga Senin, 31 Desember kemarin BNPB mencatat 437 korban meninggal dunia dan 14.059 luka-luka.

"16 orang dilaporkan hilang, dan 33.721 orang mengungsi," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Senin (31/12/2018).

Kerugian material pun juga tak kalah masif. Usai diterjang gelombang tsunami, ribuan rumah rusak berat hingga nyaris rata dengan tanah, puluhan penginapan serta tempat usaha milik warga rusak parah. Perahu para nelayan pun juga tak luput dari sapuan tsunami. 

"Korban dan kerusakan material ini berasal dari lima Kabupaten, yaitu Pandenglang, Serang, Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus," ungkap Sutopo.

2. Korban Terbanyak di Pandeglang

Gunung Agung
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho memberi keterangan terkait erupsi Gunung Agung, Jakarta, Senin (27/11). Tingkat erupsi Gunung Agung saat ini meningkat dari fase freatik ke magmatik. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sutopo juga mengungkapkan, jumlah korban tsunami paling banyak terjadi di Pandeglang, Banten. Total 296 orang dinyatakan meninggal dunia.

Kemungkinan jumlah korban masih akan bertambah. Dari Kecamatan Sumur yang awalnya terisolasi, proses evakuasi para korban mulai dilakukan.

"Untuk membantu proses evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban di Sumur maka dikerahkan 31 alat berat, berupa 9 unit eskavator, 1 unit greader, 4 unit loader, 3 unit tronton, dan 14 unit dump truck," kata pria yang menduduki jabatan sebagai Kepala dan Humas BNPB. 

Di lokasi ini, menurut Sutopo masih banyak masyarakat yang membutuhkan bahan makanan, pakaian laik pakai, MCK, selimut, tikar, peralatan medis dan lainnya.

3. Aktivitas Gunung Anak Krakatau Terus Menurun

Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau. (dok BNPB)

Sementara itu, berdasarkan rekaman seismograf yang didapat BNPB, aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau terus mengalami penurunan sejak 28 Desember 2018 lalu.

"Rekaman seismograf tanggal 31 Desember 2018 pukul 06.00 hingga 06.00 WIB, tercatat 4 kali gempa (letusan) dengan amplitudo 10 mm hingga 14 mm dan durasi 36 detik hingga 105 detik," kata Sutopo di kantor BNPB, Jakarta, Senin (31/12/2018).

Secara fisik, anak Krakatau ini juga mengalami perubahan. "Tinggi Gunung Anak Krakatau yang semula 338 meter, saat ini hanya 110 meter," ucapnya.

Volume Gunung Anak Krakatau juga mengalami penyusutan. Jika sebelumnya memiliki volume hingga 180 juta meter kubik volume, kini hanya berkisar 40 hingga 70 juta meter kubik.

"Berkurangnya volume tubuh Gunung Anak Krakatau ini diperkirakan karena ada proses rayapan tubuh gunung api yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi pada 24 hingga 27 Desember 2018," ujarnya.

4. Erupsi Berhenti

Begini Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Aktivitas Gunung Anak Krakatau dari udara yang terus mengalami erupsi, Minggu (23/12). Dari ketinggian Gunung Anak Krakatau terus mengalami erupsi dengan mengeluarkan kolom abu tebal. (Liputan6.com/Pool/Susi Air)

Pada hari Sabtu, 29 Desember malam hingga Minggu, 30 Desember 2018, erupsi Gunung Anak Krakatau dinyatakan telah berhenti. Hal ni berdasarkan pantauan Satelit Himawari dan radar cuaca.

"Berdasarkan rekaman seismograf di Pulau Sertung, gugusan pulau di Selat Sunda, dekat Gunung Anak Krakatau menunjukkan tidak ada fluktuasi getaran, kalem, amplitudo rata-rata 10 mm (pada saat letusan amplitudonya 25-30 mm)," ungkap Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Namun, diakui pihaknya belum bisa menentukan apakah kondisi ini akan terus berhenti total atau erupsi masih akan kembali terjadi. 

5. Masa Tanggap Darurat Diperpanjang

Usai Tsunami Selat Sunda, Warga Mulai Pulang Selamatkan Harta Benda
Warga mengumpulkan perkakas dari bangunan rumahnya yang rusak akibat terjangan tsunami di Kampung Sumur Pesisir, Pandeglang, Banten, Senin (24/12). Pascatsunami Selat Sunda, warga mulai kembali ke rumahnya masing-masing. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sementara itu, masa tanggap darurat tsunami di Selat Sunda diperpanjang. Perpanjangan ini berkisar antara 7 hingga 14 hari ke depan.

"Masa tanggap darurat telah ditetapkan. Pandeglang 14 hari, mulai 22 Desember sampai 4 Januari 2019, Lampung Selatan diperpanjang 7 hari atau sampai 5 Januari 2019. Wilayah Serang 14 hari atau pada 22 Desember sampai 4 Januari, Provinsi Banten 14 hari dari 27 Desember sampai 9 Januari 2019," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (31/12/2018).

Dengan perpanjangan ini, menurut Sutopopara korban yang hilang usai dihantam tsunami dapat segera ditemukan.

Hingga H+9 pada 31 Desember 2018 tercatat korban tsunami di Selat Sunda adalah 437 orang meninggal dunia.

Sebanyak 428 sudah diidentifikasi dan sudah dimakamkan, sementara 9 jenazah belum teridentifikasi. Untuk para korban luka, BNPB mencatat ada sekitar 14.059 orang, 16 orang hilang, sedangkan 33.721 orang kini mengungsi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya