Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto meluangkan waktunya untuk wawancara khusus bersama tim Liputan6.com. Prabowo mengungkap berbagai gagasannya, mulai dari pengentasan buta huruf, hingga tekadnya memilih putra-putri terbaik Indonesia untuk masuk kabinet bila terpilih dalam Pilpres 2019.
Berikut ini petikan wawancara Liputan6.com dengan Prabowo Subianto:
Data bank dunia menyebut 55 persen penduduk Indonesia buta huruf fungsional, apakah ini ancaman?
Advertisement
Ini tantangan bagi kita, ini hal yang memprihatinkan, ini mungkin tidak enak untuk kita ketahui. Tapi kalau punya penyakit lebih baik kita tahu sedini mungkin. Jadi, menurut saya semacam warning, wake up call, kita harus bangun, kita harus waspada.
Untuk itu, kita harus perbaiki sektor pendidikan. Dalam segala aspeknya, dalam segala lapisannya. Kualitas guru berarti kualitas hidupnya, infestasi di bidang pendidikan itu menjadi sangat mutlak.
Tingginya angka stunting, apa yang akan Pak Prabowo lakukan?
Ya, jadi, ini kan indikator ya. Stunting ini artinya bahwa rakyat kita ini kurang gizi. Tidak ada penjelasan lain selain itu. Ini sekali lagi, hasil penyelidikan, penelitian dari badan-badan internasional ya. Saya tidak ngarang, itu semua datanya ada.
Ini juga mungkin tidak mengenakkan, tapi ini fakta, ini kenyataan. Jadi kita tidak boleh menghindari fakta.
Saya selalu mengatakan, kita jangan seperti burung unta yang kalau liat bahaya kepalanya dimasukin di tanah. Tidak lihat bahaya, berarti bahayanya tidak ada. Jangan begitu, itu berarti kita lari dari realita.
Seperti apa solusi dari Pak Prabowo?
Ya jadi, ini sesuatu yang kita harus selesaikan bersamaan. Kuncinya adalah bahwa sumber-sumber daya ekonomi kita harus diamankan. Yang sudah saya bicarakan bisa dikatakan lebih dari 20 tahun saya keliling, saya menulis beberapa buku. Bicara di seminar, saya berjuang. Di partai politik waktu itu saya di Golkar, habis itu saya di HKTI. Saya di asosiasi pedagang pasar, aksi-aksi di kampus.
Intinya adalah ada satu fenomena yang ada di bangsa Indonesia, yang elite kita ini entah tidak sadar, yang tidak mengerti, atau tidak mau mengerti. Saya tidak tahu.
Apa yang keliru dalam pengelolaan bangsa ini?
Kenapa? Saya sebut kenapa karena kita elite bangsa ini membiarkan atau mengakibatkan. Kita berada di sistem ekonomi yang keliru. Karena apa keliru? Karena falsafahnya keliru. Falsafahnya itu adalah yang harus kita pegang teguh, itu adalah amanat dari pendiri bangsa kita, falsafah negara, konsensus besar negara kan Pancasila.
Dari Pancasila turun undang undang dasar yang kita beri nama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Di situ ada suatu pasal yang menurut saya luar biasa. Itu adalah pasal pengaman yang dibuat pendiri bangsa kita, yaitu Pasal 33.
Nah, elite kita ini membiarkan Pasal 33 ini kita abaikan, kita anggap tidak ada. Menurut saya ini sumber masalah. Dari sinilah karena salah falsafah, berarti salah tindakan, salah kebijakan, salah pengelolaan.
Ya maaf ya, saya wajib sebagai warga negara sebagai anak bangsa, saya wajib memberi peringatan, untuk memberi warning, untuk memberi koreksi. Saya prihatin kalau ada orang diberi warning, diberi semacam perhatian semacam peringatan malah marah. Yang ini saya juga prihatin.
Ibaratnya begini, ibarat kita berada di dalam suatu bus, kemudian kita lihat bus ini menuju ke jurang yang sangat berbahaya. Ya saya karena melihat jurang saya ingatkan penumpang, terutama saya ingatkan pengemudi, hat-hati kalau terus, ini bisa masuk jurang, lho. Kan niat saya baik, jangan sampai masuk jurang kan begitu.
Untuk membereskan masalah itu, jika menjadi pemenang di pemilu nanti, akan memilih menteri seperti apa?
Saya terus terang saja sudah bertekad, saya sudah berjanji kepada lingkungan saya, kepada diri saya sendiri. Tidak ada jalan lain, kita harus cari putra-putri terbaik bangsa indonesia. The best sons and dughters of Indonesia. Putra putri terbaik, terpintar, tapi juga selain pintar dan pandai capable dan dia harus punya hati yang ikhlas, akhlak yag baik. Dia tidak boleh punya niat memperkaya diri atau keluarganya.
Itu yang harus kita cari, itu tidak mudah tapi harus kita kerjakan.
Saksikan wawancara Liputan6.com dengan Prabowo Subianto selengkapnya dalam video di bawah ini:
Advertisement
Wawancara Khusus dengan Prabowo Subianto
Reporter: Rifqi Aufal Sutisna