Wiranto Tantang Kivlan Zein Sumpah Pocong soal Bukti Kerusuhan 98

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengaku telah mengerahkan pasukan yang dimulai dari Jawa Timur dan berakhir di Jakarta untuk meredam kerusuhan Mei 1998.

oleh Ika DefiantiLiputan6.com diperbarui 26 Feb 2019, 15:01 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2019, 15:01 WIB
Menko Polhukam Wiranto Temui Ketua KPU
Menko Polhukam Wiranto (tengah) bersama Ketua KPU, Arief Budiman memberi keterangan usai melakukan pertemuan di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (6/3). Pertemuan berlangsung sekitar satu jam dan tertutup. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto geram atas tuduhan mantan Kepala Staf Kostrad Kivlan Zein yang menyebut dirinya dalang kerusuhan 1998. Mantan Panglima ABRI ini menegaskan, dia tidak terlibat dalam peristiwa berdarah itu.

"Kasihan saudara Kivlan Zein yang selalu menyampaikan pernyataan ngawur. Tidak ada fakta soal itu!" kata Wiranto di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (26/2/2019).

Wiranto mengatakan, Kivlan Zein menutup mata dengan temuan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998. Dia menyebut temuan TGPF sudah jelas mengungkap siapa dan institusi apa yang menjadi dalang kerusuhan 1998.

"Oleh karena itu pelajari dulu TGPF, siapa yang sebenarnya ditengarai diprediksi TGPF sebagai bagian dari munculnya kerusuhan itu," ucapnya.

Wiranto kemudian menantang Kivlan Zein untuk melakukan sumpah pocong. Wiranto ingin publik tahu siapa sebenarnya dalang kerusuhan 1998.

"Supaya jelas. Dulu saya diam-diam saja. Sekarang saya buka-bukaan. Oleh karena itu saya berani, katakan lah berani untuk sumpah pocong aja. 1998 Itu yang menjadi bagian dari kerusuhan, saya, Prabowo, Kivlan Zein sumpah pocong kita. Siapa yang sebenarnya dalang kerusuhan itu. Supaya terdengar di masyarakat biar jelas masalahnya. Jangan asal menuduh saja," kata Wiranto.

Wiranto menceritakan, dirinya justru melakukan berbagai langkah persuasif, edukatif, kompromis dan dialogis dengan aktivis reformis pada tahun 1998 agar tidak terjadi kekacauan. Saat itu, Wiranto meyakini kerusuhan nasional akan merugikan masyarakat Indonesia.

"Bukan saya dalang kerusuhan. Saya mencegah kerusuhan terjadi. Tiga hari saya mampu amankan negeri ini," sebutnya.

 

Kerap Beri Bantuan

Pria kelahiran Yogyakarta, 4 April 1947 ini menjelaskan, proses pengerahan pasukan yang dilakukannya untuk mengendalikan kerusuhan 1998 dimulai dari Jawa Timur dan berakhir di Jakarta. Di samping meredam kerusuhan, Wiranto tak henti-henti berdialog dengan aktivis reformis.

"Tanggal 13 Mei terjadi penembakan Trisakti pagi. Siang kerusuhan di Jakarta. Tanggal 14 Mei kerusuhan memuncak. Malam-malam saya kerahkan pasukan dari Jawa Timur masuk Jakarta. Tanggal 15 pagi Jakarta sudah aman dan seluruh wilayah Indonesia sudah aman. Peluang untuk kudeta tidak saya lakukan karena saya mencintai Republik ini, saya cinta teman-teman reformis untuk membuat negeri ini lebih baik lagi. Jadi, tidak ada sama sekali kehendak, keinginan, tindakan saya yang melakukan langkah-langkah untuk mengacaukan tahun 1998," ujarnya.

Wiranto lantas menyinggung hubungannya dengan Kivlan Zein pada saat itu. Menurut Wiranto, dia memiliki hubungan baik dengan Kivlan Zein, bahkan kerap memberikan bantuan berupa materi.

"Saudara Kivlan Zein seringkali minta bantuan pada saya, temen-temen kesulitan keuangan dan sebagainya. Saat ini memang saya tidak bersentuhan dengan yang bersangkutan, tiba-tiba menuduh seperti itu. Saya buka sekarang bahwa yang bersangkutan meminta uang kepada saya dan saya pernah berikan beberapa kali pada yang bersangkutan," pungkasnya.

Kivlan Zein menuduh Wiranto sebagai dalang kerusuhan 1998 saat menghadiri acara "Tokoh Bicara 98" di Add Premiere Ballroom, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin (25/2). Kivlan Zein menyebut Wiranto memainkan peranan ganda dan isu propagandis saat masih menjabat sebagai Panglima ABRI. Tujuannya untuk menumbangkan Presiden kedua Soeharto.

Jenderal bintang dua itu mengaku telah mengetahui kelicikan Wiranto sejak dirinya meninggalkan Jakarta saat kerusuhan terjadi.

"Ya sebagai Panglima ABRI waktu itu, Pak Wiranto atas kejadian itu kenapa dia meninggalkan Jakarta dalam keadaan kacau, dan kenapa kita yang untuk amankan Jakarta tidak boleh kerahkan pasukan, itu. Jadi, kita curiga loh keadaan kacau masa enggak boleh mengerahkan pasukan," katanya.

 

Reporter : Titin Suprihatin

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya