Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengundang BJ Habibie di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, pada Jumat, 24 Mei 2019 kemarin.
Presiden ketiga RI itu datang sekitar pukul 14.19 WIB mengenakan pakaian batik coklat. Habibie kemudian menunggu di ruang tunggu dan disambut oleh Jokowi yang mengenakan kemeja putih.
Lalu, apa saja yang dibahas oleh Jokowi dan Habibie? Pertemuan keduanya berlangsung tertutup.
Advertisement
Meski begitu, usai pertemuan tertutup itu, Habibie mengungkapkan dirinya mengucapkan selamat kepada Jokowi lantaran memenangkan ajang Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019.
Berikut yang disampaikan Habibie usai bertemu dengan Jokowi dihimpun Liputan6.com:
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Ucapkan Selamat ke Jokowi
Presiden ketiga RI BJ Habibie bertemu dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka. Dia mengucapkan selamat kepada Jokowi memenangi Pilpres 2019 sehingga akan menjadi pemimpin Indonesia lima tahun ke depan.
"Saya ke sini untuk mengucapkan selamat kepada bapak Presiden bahwa rakyat telah menentukan agar supaya karya-karya yang beliau telah laksanakan bisa berkelanjutan dan diamankan untuk generasi ke depan. Itu adalah ujung tombak dari kita," kata Habibie di Istana Merdeka, Jumat, 24 Mei 2019.
Â
Advertisement
2. Sepakat dengan Jokowi soal Persatuan Indonesia
Habibie mengaku sepakat dengan Jokowi bahwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan stabilitas dan proses pemerataan dan masa depan bangsa tidak ada tawar menawar.
"Itu harga mati. Dan siapa saja yang nanti akan memimpin dan sedang memimpin, dia tidak memimpin yang memilihnya, dia memimpin seluruh bangsa Indonesia. Kita tidak dibenarkan," kata Habibie.
Dia pun mengatakan, setiap lima tahun, ada pemilihan presiden. Karena itu, disesalkan bila sampai ada perpecahan.
"Apa kita akan mengambil risiko menghambat pembangunan, mengambil risiko bahwa kita bisa diadu domba, pecah dan sebagainya, nggak ada itu. Dan kalau disamakan dengan keadaan pada waktu 98, rusuh. Banyak laporan seperti itu. Tidak ada," kata Habibie.
Â
3. Tegaskan Saat Ini Beda dengan 1998
Presiden ketiga RI BJ Habibie menegaskan keadaan yang berkembang saat ini jelas berbeda dengan keadaan yang terjadi pada tahun 1998.
"Dan kalau disamakan dengan keadaan waktu Bapak tahun ‘98, 'its not true'. Banyak laporan Anda tahu sendiri, tidak ada," kata BJ Habibie.
Menurut dia, apa pun yang terjadi dalam konstelasi politik saat ini sejatinya telah disepakati sendiri oleh masyarakat. Termasuk dalam penentuan calon-calon peserta Pilpres dalam pemilu langsung.
"Ini ada masalah, loh dua orang, ada yang bilang sama saya, Pak kenapa hanya dua itu. Loh kamu yang tentukan mekanismenya, kalau enggak benar, mau lebih banyak silakan tentukan. Kalau enggak cukup faksinya lha harus dalam hal ini juga diberikan kemungkinan ditentukan oleh yang tidak 'interested' pada politik atau dinamakan 'silence majority'. Ya harus dibuat. Dia juga boleh," tutur Habibie.
Menurut dia, sejatinya Indonesia mempunyai alternatif sebagaimana pengalamannya yang telah mengalami tiga generasi sejak generasi 45.
"Anda ini anak dari cucu intelektual semua. Nah kalau mau anggap saya berhasil, Anda juga harus lebih hebat daripada saya. Itu tolak ukurnya," ucapnya.
Jadi di dalam hal ini, kata Habibie, ini pertama kalinya bagi Indonesia memiliki seorang presiden yang dipilih langsung oleh rakyat, di mana yang pertama kali dipilih langsung adalah SBY.
Sementara para presiden sebelumnya masih dipilih melalui MPR sehingga dalam hal ini SBY masih berada pada generasi peralihan seperti dirinya.
Â
Advertisement
4. Habibie Ingatkan Jokowi
Habibie kembali menegaskan, sebagai presiden terpilih maka harus memihak kepada seluruh rakyat.
"Kalau Anda menjadi presiden kan tidak akan memihak yang memilih Anda saja kan, semua. dan kita tidak pernah SARA kan. Tidak ada di sini. Jadi saya rasa itu yang penting," ujarnya.
Habibie sangat yakin Jokowi bisa melanjutkan program sesuai rencana dan semua membantu supaya terlaksana.
"Kita semua membantu supaya terlaksana. Dan nanti pada pemilu lima tahun lagi setiap orang boleh. Tapi ngapain kita hilang waktu dan duit dan ada risiko tinggi. Hanya memperjuangkan kepentingan mungkin satu orang satu grup, 'no way'," kata Habibie.