PVBMG: Erupsi Gunung Tangkuban Parahu Jenis Freatik, Masyarakat Harus Waspada

PVBMG sendiri memperingatkan agar masyarakan dan wisatawan tak berkegiatan di radius 500 meter dari erupsi.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 27 Jul 2019, 11:32 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2019, 11:32 WIB
Gunung Tangkuban Parahu
Pemerintah daerah setempat telah menutup Kawasan Wisata Gunung Tangkuban Parahu pascaerupsi pada Jumat sore ini (26/7) pukul 15.48 Wib. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Letusan Gunung Tangkuban Parahu menghasilkan kolom abu yang ketinggiannya mencapai 200 meter di atas puncaknynya. Erupsi juga menghasilkan kolom abu bewarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan selatan.

Petugas pemantau dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG), Ilham Mardikaryanta mengatakan erupsi yang terjadi tersebut merupakan jenis letusan freatik. Kendati dalam status normal, PVBMG memperingatkan letusan jenis freatik harus diwaspadai.

"Tipikal erupsi freatik. Dia sifatnya dangkal dan itu bisa tiba-tiba erupsi. Makanya direkomendasi normal pun dari kami Badan Geologi merekomendasikan untuk semua aktivitas di atas mewaspadai bilamana letusan freaktik secara tiba-tiba," kata Ilham, Sabtu (27/7/2019).

PVBMG mencatat bahwa sebelumnya pada Oktober 2013, erupsi freatik juga pernah terjadi di gunung yang terkenal dengan Kawah Ratu. Untuk itu, dia mengimbau wisatawan yang hendak berkunjung ke Tangkuban Parahu agar menunda terlebih dahulu hingga kondisi Gunung Tangkuban Parahu aman.

PVBMG sendiri memperingatkan agar masyarakan dan wisatawan tak berkegiatan di radius 500 meter dari erupsi.

"Untuk saat ini berdasarkan hasil evaluasi, rekomendasinya 500 meter dari erupsi dan status dalam keadaan normal," ucapnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Gunung Tangkuban Parahu Erupsi

Gunung Tangkuban Parahu ErupsiGunung Tangkuban Parahu diketahui erupsi pada Jumat, 26 Juli 2019 lalu. Kordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut, jatuhan erupsi terdapat di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Kawasan ini berjarak sekitar 10 kilometer lebih dari kawasan erupsi.

"Terkait status sedang dievaluasi, daerah wisata telah ditutup," tulis BNPB via akun Twitter resminya, seperti dilihat Liputan6.com, Jumat (26/7/2019).

Tim Reaksi Cepat BPBD Kabupaten Bandung Barat tengah ke lokasi kejadian. Pantauan dari kantor BPBD Kabupaten Bandung Barat dengan jarak 17 - 20 Km dari Gunung Tangkuban Perahu, tidak kelihatan adanya abu erupsi.

"Informasi dari masyarakat di Kecamatan Cisarua ada abu mengarah ke sana," lanjut tulis akun Twitter BNPB.

Gunung Tangkuban Parahu erupsi pada pukul 15.48 WIB, Jumat (26/7/2019). Kolom abunya mencapai ketinggian sekitar 200 meter di atas puncaknya.

"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan selatan," kata Kepala Pusat Vulkanologi Meteorologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi, Kasbani saat dikonfirmasi.

Kasbani menjelaskan, erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 38 mm dan durasi sekitar 5 menit 30 detik. Saat ini Gunung Tangkuban Parahu berada pada status level I atau normal.

Meski demikian, masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu baik pengunjung, wisatawan, pendaki tidak diperbolehkan turun mendekati dasar kawah Ratu dan Kawah Upas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya