Populasi Macan Tutul di Gunung Halimun Salak Meningkat 5 Persen Tiap Tahunnya

Saat ini jumlah macan tutul dan kumbang di TNGHS diperkirakan ada 40 ekor.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 07 Sep 2019, 13:05 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2019, 13:05 WIB
Ilustrasi macan tutul (iStock)
Ilustrasi macan tutul (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Tim pengendali ekosistem hutan Balai Besar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menemukan sekelompok macan tutul jawa dan macan kumbang, yang diyakini populasinya meningkat.

Berdasarkan hasil pemantauan kamera trap yang dipasang selam kurun tiga tahun terakhir, populasi satwa eksotis tersebut setiap tahunnya diketahui bertambah.

Proses pemantauan kamera sengaja ditempatkan di sejumlah lokasi meliputi hutan kawasan Kabupaten Bogor, Sukabumi sampai Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Tujuannya untuk mengetahui keberadaan satwa dilindungi itu beserta persebaran habitatnya.

"Saat ini jumlah macan tutul dan kumbang di TNGHS diperkirakan ada 40 ekor. Selama 3 tahun terjadi peningkatan setiap tahunnya sebesar 5 persen," kata Kepala Balai TNGHS Awen Supranata, Sabtu (7/9/2019).

Kamera trap saat itu selain merekam macan tutul dan macan kumbang, juga memotret satwa lainnya yang dilindungi yakni owa jawa dan elang jawa.

"Burung elang jawa jumlahnya lebih dari 200 ekor dan owa jawa bahkan jumlahnya lebih banyak lagi," kata dia.

Sekitar tahun 2000, status owa jawa di TNGHS masuk dalam kategori Critically Endangered atau langka terancam punah. Penurunan jumlah populasi owa jawa disebabkan karena perburuan liar dan perusakan hutan.

"Sekarang statusnya sudah tidak kritis. Tapi dengan kembali meningkatnya jumlah populasi bukan berarti ancaman tidak akan terjadi lagi," terang Awen.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Cegah Aksi Perburuan

Bayi Macan Tutul
Petugas memeriksa seekor bayi macan tutul di Kebun Binatang Kopenhagen, Denmark pada 10 Juli 2019. Bayi macan tutul tersebut baru diperkenalkan sebulan setelah kelahiran untuk memastikan perkembangannya. (Photo by Liselotte Sabroe / Ritzau Scanpix / AFP)

Karena itu, untuk mencegah aksi perburuan satwa dilindungi dan perusakan hutan, pihak Balai TNGHS terus melakukan sosialisasi ke masyarakat di kaki Gunung Salak hingga Gunung Halimun Salak. Termasuk melibatkan komunitas pecinta alam dan lainnya untuk terus mengkampanyekan kelestarian satwa maupun hutan.

"Jadi kalau ada perburuan untuk segera melapor ke kami. Jika ada kasus macan turun gunung jangan ditangkap menggunakan perangkap, sebaiknya dihalau saja dan laporkan supaya bisa melakukan penghalauan bersama-sama," ucap Awen.

Selain itu, petugas juga aktif berpatroli dan memberikan akses kepada masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan ini. Sehingga masyarakat sekitar ikut berpartisipasi membantu menjaga kelestarian satwa maupun hutan di kawasan TNGHS.

"Alhamdulillah, selama kurun tiga tahun terakhir ini tidak ada kasus perburuan menggunakan perangkap. Ini berkat peran masyarakat yang kita libatkan menjadi pemandu, pemberi informasi dan penyediaan (menjual) makan dan minuman," kata Awen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya