TNI Sebut 16 Orang Tewas saat Kerusuhan Wamena

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Lektol Cpl Eko Daryanto mengatakan, 16 orang tersebut merupakan warga sipil yang tinggal di dekat lokasi kerusuhan.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 23 Sep 2019, 22:40 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2019, 22:40 WIB
Mayat
Ilustrasi

Liputan6.com, Jayapura - Demonstransi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, diwarnai bentrokan. Tercatat 16 korban tewas dalam kerusuhan berdarah tersebut.

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Lektol Cpl Eko Daryanto mengatakan, 16 orang tersebut merupakan warga sipil yang tinggal di dekat lokasi kerusuhan.

"Sementara kami dapat 16 meninggal dunia masyarakatnya. Itu di Wamena," ucap Eko kepada Liputan6.com, Senin (23/9/2019).

Eko mengatakan, sebagian besar korban tewas tersebut diduga karena terjebak di dalam ruko saat kerusuhan dan pembakaran gedung dan bangunan.

"Ada sebagian dari lapangan informasi terjebak gedung yang dibakar. Sebagian terjebak dalam gedung ruko, kios yang dibakar, sebagian lagi masih identifikasi lapangan," jelas Eko.

Untuk sementara korban tewas tersebut baru dievakuasi dan saat ini masih dalam proses identifikasi.

Menurut dia, situasi di Wamena saat ini berangsur kondusif. Meski demikian aparat masih berjaga di lokasi kerusuhan.

"Iya, masih siaga. Para pihak aparat gabungan untuk antisipasi aksi susulan. Situasi sudah kondusif, sudah bisa diatasi, Wamena juga Jayapura ada 300-an yang diamankan di Polda Papua," dia memungkasi.

Enam Personel Brimob Kritis

[Bintang] Farah Nikmah
Ilustrasi mayat Farah Nikmah. (Istimewa)

Pihak kepolisian masih berupaya meredakan kerusuhan di Wamena, Papua. Atas peristiwa itu, enam anggota Brimob Polri mengalami luka berat.

"Enam anggota Brimob kritis," tutur Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal melalui pesan singkat, Senin (23/9/2019).

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, dugaan sementara kerusuhan terjadi lantaran dipicu oleh berita bohong atau hoaks terkait isu rasisme.

"Hoaksnya masih tentang rasis. Penyebar hoaksnya sedang didalami oleh Ditsiber Bareskrim," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan.

Menurut Dedi, massa melakukan pengerusakan bahkan pembakaran terhadap fasilitas publik. Sejauh ini, TNI Polri masih melakukan dialog dengan dibantu oleh tokoh masyarakat setempat.

"Ada beberapa ruko terbakar. Untuk kantor pemerintahan ada juga yang diserang namun belum terklarifikasi milik siapa," jelas dia.

Dipicu Tawuran

Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal menjelaskan awal terjadinya kerusuhan di Wamena, Papua. Pagi hari sekitar pukul 07.25 WIT, ternyata sempat terjadi tawuran pelajar.

"Bertempat di Jalan Yos Sudarso, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, telah terjadi penyerangan ke Sekolah Yapis Wamena oleh anak sekolah SMA PGRI," tutur Kamal dalam keterangannya, Senin (23/9/2019).

Menurut Kamal, pelajar SMA PGRI yang datang tergabung dengan masyarakat dengan jumlah massa sekitar 200 orang. Mereka berdemonstrasi di halaman sekolah sambil mengajak pihak sekolah Yayasan Yapis ikut serta.

"Namun sekolah Yapis tidak mau ikut demonstrasi sehingga anak sekolah yayasan Yapis melakukan perlawanan," ujarnya.

Aksi perkelahian tersebut, lanjut Kamal, langsung meluas dengan membuat terjadinya pembakaran beberapa fasilitas pemerintah, fasilitas umum dan pribadi di Jayawijaya. Aparat gabungan TNI dan Polri pun langsung berupaya menenangkan massa.

"Terkait dengan isu ucapan rasisme itu tidak benar. Kami juga sudah menanyakan kepada pihak sekolah dan guru dan kita pastikan tidak ada kata-kata rasis.

Kami harap masyarakat di Wamena dan di tanah Papua tidak mudah untuk terprovokasi isu yang belum tentu kebenarannya," Kamal menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya