Univ Mathla'ul Anwar Tolak Disebut Kecolongan Saat Wiranto Ditusuk di Pandeglang

Pengurus Besar (PB) Mathla'ul Anwar menyatakan pengamanan Wiranto saat berkunjung ke tempatnya sudah sesuai prosedur.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 14 Okt 2019, 06:45 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2019, 06:45 WIB
Wiranto Berkunjung ke Pandeglang
Menko Polhukam Wiranto saat berkunjung ke Pandeglang, Banten. Dalam kunjungan ini, Wiranto diserang orang tak dikenal. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menko Polhukam Wiranto diserang terduga teroris di Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten, Kamis, 10 Oktober 2019. Saat itu, dia baru saja menghadiri peresmian gedung perkuliahan baru Universitas Mathla'ul Anwar (Unma) di Desa Sindanghayu, Kecamatan Saketi, Pandeglang.

Pelaku bernama Syahril Alamsyah alias Abu Rara beraksi bersama istrinya, Fitri Andriana. Abu Rara menyerang Wiranto, sedangkan Fitri menyasar aparat kepolisian dan berhasil melukai Kapolsek Menes Kompol Dariyono yang kini dirawat di RS Sari Asih, Kota Serang, Banten.

Ketua Pengurus Besar (PB) Mathla'ul Anwar (MA) Sadeli Karim menyatakan, pengamanan Wiranto saat berkunjung ke tempatnya sudah sesuai prosedur. Dia menolak istilah kecolongan saat insiden penusukan terhadap mantan Panglima ABRI itu terjadi.

"Itu kan ada Kapolda, Wakapolda, ada juga Danrem. Ada sekitar 200 petugas pengamanan. Kalau ada kejadian itu (penusukan) di luar pemikiran keamanan dan kita (panitia). Mereka kan punya SOP, saya rasa itu kejadian tidak diduga (tidak kecolongan)," kata Sadeli dalam konferensi pers di Kota Serang, Banten, Minggu 13 Oktober 2019.

Dia kemudian menyontohkan kunjungan kerja Jokowi ke Kabupaten Pandeglang saat peresmian Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung dan terakhir saat mengunjungi lokasi tsunami Selat Sunda di Carita. Jokowi aman saat menyapa warga.

"Bahwa memang Pak Presiden (Jokowi) waktu ke Pandeglang juga kan salaman (menyapa warga), aman kan," kata Sadeli.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pernah Dicap Basis NII

Mathla'ul Anwar bersama sejumlah ormas ikut serta dalam program deradikalisasi nasional dan internal mereka sendiri. Hal ini diungkapkannya, Kecamatan Menes pernah di cap sebagai basis Negara Islam Indonesia (NII). Sadeli pun mengklaim bahwa NII di Menes kini telah hilang.

Mathla'ul Anwar bersama Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam, Al-Irsyad, Al-Islmiyah, Arrobithoh Al-Alawiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Attihadiyah, Azikra, Al-Wasliyah, IKADI, Syariakat Islam Indonesia, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Dewan Da’wah Islamiyah, sepakat mendirikan Lembaga Persaudaraan Ormas Islam (LPOI) dan rutin mengadakan program deradikalisasi.

"Jadi MA itu anggota LPOI dengan NU, ada mekanisme (deradikalisasi). Gema (Generasi Muda Mathla'ul Anwar) itu sudah dua kali (mengadakan deradikalisasi), baru kemarin dua Minggu lalu (mengadakan program) deradikalisasi. MA pusat bersama NU sering mengikuti deradikalisasi itu juga," kata Sadeli.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya