Majapahit dan Gajah Mada, Benang Merah Digelarnya Festival Ulun Danu Beratan 2019

Festival Ulun Danu Beratan 2019 akan menginspirasi karena jadi media perdamaian dan persatuan Nusantara.

oleh stella maris pada 23 Okt 2019, 15:58 WIB
Diperbarui 23 Okt 2019, 16:17 WIB
Pura Ulun Danu Bratan
Pula Ulun Danu Bratan Bali/Business Insider

 

Liputan6.com, Jakarta Kebesaran Majapahit dan Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada jadi inspirasi Festival Ulun Danu Beratan 2019 yang merupakan bagian dari program Bali Recovery. Inspirasi tentang semangat persatuan dan perdamaian diwujudkan melalui pagelaran Wayang Emas Majapahit dan Topeng Gajah Mada.

Festival Ulun Danu Beratan 2019 akan dihelat 24-27 Oktober. DTW Ulun Danu Beratan, Baturiti, Tabanan, Bali dipilih menjadi tempat digelarnya acara tersebut karena statusnya sebagai Cakra Bhuwana atau Inti Bumi. Mengusung tema Tri Semaya, vibrasi perdamaian akan menyebar di seluruh penjuru nusantara.

"Festival Ulun Danu Beratan 2019 akan menginspirasi. Event luar biasa tersebut jadi media perdamaian dan persatuan Nusantara. Tidak ada lagi sekat politik hingga perbedaan suku dan agama. Sebab, kami menampilkan Majapahit dan Gajah Mada. Majapahit menyatukan Nusantara bahkan juga mancanegara, lalu Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya," ungkap Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Selasa (22/10).

Selain Nusantara, kekuasaan Majapahit menyebar hingga kawasan ASEAN. Wilayahnya sekarang bagian dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Timor Leste, juga Filipina.

Perluasan wilayah ini juga jadi representasi Sumpah Palapa milik Mahapatih Gajah Mada. Sumpah ini menjadi komitmen dari Gajah Mada untuk menyatukan beberapa wilayah di bawah panji kebesaran Majapahit.

Eka Wiryastuti menjelaskan bahwa makna Sumpah Palapa dari Mahapatih Gajah Mada bisa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Caranya dengan mengedepankan persatuan.

"Dengan mencermati perkembangan saat ini, mementaskan lagi Wayang Emas dan Topeng Gajah Mada menjadi sebuah keharusan. Apalagi, konsepnya kolosal dengan sekitar 100 seniman. Semoga semua terinspirasi dan tetap menjaga persatuan," kata Eka Wiryastuti lagi.

Selain disajikan kolosal, Wayang Emas dan Topeng Gajah Mada kental dengan nuansa sakral. Keduanya kini menjadi artefak dari masa pemerintahan Majapahit (1293-1478). Disimpan di Griya Peling, Wayang Emas memang memiliki kekuatan mistis.

Pemiliknya yang masih punya darah Majapahit dari Gowa, Sulawesi Selatan, diberi wangsit untuk menyerahkan Wayang Emas itu kepada Semeton Griya Peling. Hibah Wayang Emas ini terjadi pada 20009 silam.

Saat itu ada 25 Wayang Emas milik Kerajaan Majapahit yang diserahkan. Setahun berikutnya, keturusan Majapahit dari Gowa itu datang lagi dengan membawa 15 Wayang Emas. Hingga sampai pada 2013, jumlah Wayang Emas warisan Majapahit yang terkumpul di Griya Peling menjadi 100 buah.

"Majapahit dan Gajah Mada selalu menginspirasi. Keberadaan Wayang Emas dan Topeng Gajah Mada ini tentu akan dilestarikan. Pesannya, agar masyarakat hidup damai, menghormati perbedaan, dan mengutamakan persatuan NKRI. Pokoknya energi yang dibangun sangat positif," terang Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.

Selain Wayang Emas, trah Majapahit asal Gowa tersebut juga menyerahkan 6 Topeng Gajah Mada. Ada juga Keris bertahta emas milik Majapahit hingga kursi berbahan perunggu milik Gajah Mada. Memiliki nilai luar biasa, Wayang Emas dan Topeng Gajah Mada terbuat dari emas 18-22 karat. Menjadi karya seni 3 dimensi, Wayang Emas ini perpaduan Jawa dan Bali.

Perpaduan wayang Jawa dan Bali ini terlihat dari rias busana para tokohnya. Beberapa tokoh yang ada, seperti Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa dari trah Pandawa. Ada juga kelompok Kurawa dengan Duryodana beserta adik-adiknya. Figur ini khas pakem wayang Jawa. Adapun nuansa Bali bisa dilihat dari gelung atau mahkotanya.

Figur Wayang Emas milik Majapahit pun sangat khas. Tingginya sekitar 20 Cm hingga 25 Cm. Untuk gagang atau pegangannya memiliki panjang 10 Cm. Ukurannya itu terbilang mini, sebab Wayang Bali punya tinggi 30 Cm hingga 50 Cm.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, event menampilkan harta tak ternilai dari masa silam.

"Festival Ulun Danu Beratan 2019 sangat luar biasa. Wayang Emas dan Topeng Gajah Mada merupakan harta tak ternilai dari masa silam. Bisa menyaksikan artefak tersebut tentu jadi sebuah keberuntungan dan experience yang bagus. Dengan kenunikannya itu, kami optimistis festival ini akan ramai dikunjungi wisatawan," jelas Rizki.

Pergerakan wisatawan di Tabanan dan Bali saat ini sangat kompetitif. Dari rentang Januari-Agustus 2019, Tabanan sudah dikunjungi 206.856 orang wisatawan. Rinciannya, 161.390 orang diantaranya wisman.

Angka itu hanya terpaut 66.412 dari realisasi wisman tahun 2018. Prospek menjanjikan juga terlihat dari arus wisman di Bali secara umum. Pada Januari-Agustus 2019, arus wisman mencapai 4,08 Juta orang.

Mengacu pergerakan wisman di Bali, Tiongkok menjadi donatur terbesar dengan 839.913 orang. Slot ke-2 diisi oleh Australia dengan arus kunjungan 778.163 orang. India berada di strip berikutnya dnegan arus 241.785 orang, lalu Inggris (184.785 wisman) dan Amerika Serikat (177.037 wisman).

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menegaskan, Festival Ulun Danu Beratan 2019 spot terbaik menikmati budaya.

"Pergerakan wisatawan di Bali tetaplah positif. Silahkan bergabung di Festival Ulun Danu Beratan 2019. Ada banyak experience yang bisa dinikmati setiap wisatawan di sana. Nuansa budayanya kental dan ada warna sejarah luar biasa dari Majapahit. Penampilan Wayang Emas dan Topeng Gajah Mada ini wajib dinanti. Sebab, semuanya masih otentik," tutup Arief yang juga Menpar Terbaik di ASEAN.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya