Menteri Syahrul Resmi Melantik Tiga Profesor Riset di Kementan

Profesor riset adalah jenjang peneliti tertinggi bagi ahli utama.

oleh stella maris pada 29 Okt 2019, 13:37 WIB
Diperbarui 31 Okt 2019, 13:13 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bersama tiga profesor riset.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengukuhkan tiga profesor riset di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangtan) bertempat di Kota Bogor, Selasa (29/10). Profesor riset adalah jenjang peneliti tertinggi bagi ahli utama. 

Ketiga Profesor tersebut yaitu Ali Asgar dibidang Teknologi Pasca Panen, Sholihin dibidang Pemuliaan dan Genetika Tanaman, dan Sukarman dibidang Pedologi dan Penginderaan Jauh. Secara nasional, mereka adalah profesor riset ke  ke-523, 524, dan 525 dan profesor riset ke-139, 140 dan 141 di Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.

Dalam pengukuhkan ini, Syahrul menegaskan orasi pengukuran ini bertepatan dengan dua momentum yang sangat strategis. Pertama, saat ini berada pada tahap awal masa bakti Kabinet Indonesia maju sehingga di tahun 2019-20124, hasil riset pasti akan menjadi bagian yang harus diimplementasikan atau dicoba seluruh jajaran Kementan agar riset dan teknologi menjadi energi dalam menyusun kebijakan dan program pembangunan pertanian.

"Oleh karena itu, para peneliti akan menggunakan seluruh kekuatan untuk menemukan hasil riset baru, varietas baru dan cara bertani baru yang bisa lebih efektif dan efisien bahkan mampu menopang kebutuhan pangan industri yang bergerak di bidang pertanian. Ini sangat penting dan tentu akan memberikan kontribusi kuat untuk hadirnya petani menghasilkan pangan berkualitas. Indonesia ini bisa hebat kalau risetnya bagus," demikian tegas SYL dihadapan tamu undangan sekitar 500 orang yang berasal dari Kementan, LIPI, Badan Litbang kementrian/lembaga, perguruan tinggi dan pejabat daerah lainnya.

Momentum Kedua, lanjutnya, Presiden Jokowi telah menandatangani UU SISNAS IPTEK pada tanggal 13 Agustus 2019, disertai pula dengan terbentuknya Kementerian Riset/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pembentukan BRIN bertujuan untuk memperkuat koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan program penelitian nasional, termasuk bidang pertanian.

Badan Litbang Pertanian, sambungnya, tentu tidak akan terlepas dari perubahan kebijakan tersebut. Para peneliti masa pensiunnya 60 menjadi 65 tahun untuk Peneliti Madya dan dari 65 menjadi 70 tahun untuk Peneliti Utama.

"Sejalan dengan semangat UU tersebut, acara pengukuhan pada hari ini merupakan bagian dari upaya kita untuk meningkatkan profesionalisme peneliti. Akumulasi pemikiran dari para Profesor Riset Kementerian Pertanian selama ini, telah turut mewarnai perencanaan program dan kebijakan pembangunan pertanian, dan peran tersebut diharapkan dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang," sebut Syahrul.

Terkait akselerasi pembangunan pertanian, Syahrullangsung memberi tantangan langkah praktis dan implementasi inovasi kepada profesor secara luas. Ia meminta ketiganya langsung berkolaborasi dan bersinergi dalam wadah Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) sekaligus menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yang lebih muda dalam pengembangan jati diri.

"Sinergi ini tidak saja akan jadi model bagi peneliti lainnya, namun secara konkret dapat menjawab berbagai permasalahan riil yang dihadapi petani dilapangan saat ini," terangnya.

Menanggapi hasil inovasi riset yang disampaikan Ali Asgar, soal kentang, menurutnya Syahrul, Inovasi tersebut jika dikembangkan diyakini dapat meningkatkan kualitas dan daya saing komoditas kentang untuk agroindustri. Penerapan inovasi ini diharapkan berdampak pula terhadap peningkatan pendapatan petani dan penyediaan kentang bagi konsumen.

"Saya berikan tantangan lebih lanjut untuk menyusun rencana operasional yang memuat langkah-langkah praktis dan terukur dalam implementasi pemikiran saudara dalam skala luas, terutama untuk mengakselerasi agroindustri kentang. Dokumen tersebut akan menjadi acuan bagi Eselon I terkait dalam menyusun program dan kegiatan kedepan," katanya.

Lanjut Syahrul, kepada Sholihin, soal inovasi ubi kayu telah menghasilkan beberapa varietas ubikayu unggul serta menyumbangkan pemikiran yang strategis dalam mendorong pengembangan agroindustri ubi kayu ke depan.

"Selanjutnya saya memberikan tantangan kepada Saudara untuk dapat menyusun rancangan program agar varietas-varietas ubikayu yang Saudara temukan dapat segera diadopsi oleh petani secara luas," katanya.

Syahrul pun mengapresiasi orasi Sukarman, tentang akselerasi inovasi teknologi dalam optimalisasi penggunaan tanah vulkanik mendukung pembangunan Pertanian berkelanjutan. Menurutnya, profesor tersebut telah berhasil mengembangkan inovasi untuk optimalisasi pemanfaatan tanah pertanian vulkanik secara berkelanjutan sehingga diharapkan memberikan kontribusi besar terhadap upaya untuk mendayagunakan sumberdaya lahan yang semakin terbatas.

"Untuk itu, saya memberikan tantangan untuk terus merumuskan langkah-langkah praktis dalam mengidentifikasi potensi sumberdaya lahan yang diperlukan dalam program pengembangan komoditas pertanian strategis," tuturnya.

"Selain itu, Saudara juga diminta untuk merumuskan road map penelitian lanjutan tentang pedologi tanah vulkanik," pinta menteri asal Sulsel ini.

Usai pengukuhan Profesor Riset ini, Mentan didamping Kepala Badan Litbang Kementan Fadjry Djufry mengunjungi kegiatan riset di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Kemudian mengunjungi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya