Penjelasan Mendikbud Nadiem soal Asesmen Kompetensi Pengganti UN

Nadiem Makarim menjelaskan alasan memilih asesmen literasi dan numerasi.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 12 Des 2019, 17:37 WIB
Diterbitkan 12 Des 2019, 17:37 WIB
Menteri Nadiem Bahas Penghapusan UN Bersama DPR
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim saat rapat dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019). Rapat membahas penghapusan Ujian Nasional (UN) pada 2021 dan sistem zonasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjelaskan apa itu pengganti Ujian Nasional (UN) yakni asesmen kompetensi.

Asesmen kompetensi dan survei karakter bakal dimulai pada 2021. Nadiem menyebut nantinya asesmen kompetensi akan berdasarkan numerasi (matematika), literasi (bahasa), dan survei karakter.

"Satu literasi, kemampuan memahami konsep bacaan. Kedua numerasi, bukan kemampuan menghitung, tapi kemampuan mengaplikasikan konsep menghitung dalam suatu konteks abstrak dan nyata," kata Nadiem dalam Rapat RDP dengan Komisi X di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (12/12/2019).

"Ngerti ya perbedaannya bapak ibu bedanya, ini merupakan kompetensi fundamental," tambah Nadiem.

Nadiem menjelaskan alasan memilih asesmen literasi dan numerasi. "Kenapa kita pilih literasi? Bisa memahami semua pelajaran kalau memahami logikanya literasi dan numerasi. Ini kompetensi inti untuk bisa belajar apapun, untuk fisika, IPS, matematika, bahasa sastra, sejarah, semua hal informatika, ini basisnya," jelas dia.

Terakhir mengenai survei karakter, Nadiem menyebut pada asesmen ini akan disurvei pada anak, seberapa jauh paham atau asas pancasila dipahami dan diterapkan siswa.

"Terakhir survei karakter, di sini lah kita menanyakan pertanyaan untuk menemukan seberapa jauh asas pancasila. Caranya bukan tanyakan sila yang mana? Atau apa sila kedua?. Tapi poinnya apa itu gotong royong, apa itu toleransi. Akan dibuat survei apakah ini anak dibully di kelas, apa anak ini mendapat tekanan, apa dia diberi ajaran tidak toleran, apa diberi kesempatan beropini," terangnya.

Mantan CEO Gojek ini memastikan, asesmen kompetensi ini sudah ada dasar dan survei dari berbagai macam asesmen di seluruh dunia.

"Kita bekerja sama berbagai macam organisasi, seperti yang membuat PISA, yang semuanya mengasses secara murni kompetensi bernalar," kata Nadiem Makarim.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Alasan asesmen dilaksanakan di tengah jenjang pendidikan

Menteri Nadiem Bahas Penghapusan UN Bersama DPR
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim (tengah) saat rapat dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019). Rapat membahas penghapusan Ujian Nasional (UN) pada 2021 dan sistem zonasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selain itu, Nadiem membeberkan alasan mengapa asesmen dilaksanakan di tengah jenjang pendidikan bukan di ujung. Alasannya agar tidak menjadi alat seleksi masuk.

"Asesmen ini dilakukan di tengah jenjang, kenapa? Karena tidak bisa lagi jadi alat seleksi masuk tahap berikutnya tidak bisa lagi digunakna tanda prestasi siswa. Ini sangat penting untuk mengakhiri penghukuman siswa," ucap dia.

Penerapan asesmen pada 2021 pun ada alasan khusus dari Nadiem. Tahun 2020 Nadiem masih memberikan jalan agar UN terlaksana sebab sudah banyak siswa dan orangtua yang sudah terlanjur menyiapkan berbagai bimbingan belajar untuk UN tahun depan itu.

"Kami simpati dengan banyaknya bapak ibu sudah mengeleskan anaknya, sudah belajar keras, mereka sudah melakukan investasi pada anak dan karena itu jangan disia-siakan," ujar Nadiem.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya