Liputan6.com, Jakarta - Instalasi bebatuan atau Gabion di kawasan Bundaran HI Jakarta dipindahkan sementara oleh Pemprov DKI Jakarta, dalam rangka perayaan malam Tahun Baru 2020.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan, pembongkaran itu dilakukan pada Senin, 23 Desember 2019 malam dan hanya untuk sementara.
Baca Juga
"Iya (dibongkar) sementara, semalam." kata Suzi kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (25/12/2019).
Advertisement
Menurut dia, pembongkaran Gabion dilakukan untuk persiapan perayaan tahun baru. Memang, salah satu titik panggung hiburan tahun baru akan berada di Bundaran HI.
"Untuk persiapan penyelenggaraan acara tahun baru untuk warga Jakarta di Bundaran HI," ujar Suzi.
Usai acara tahun baru, Dinas Kehutanan akan membangun kembali instalasi batu Gabion tersebut.Â
Sebelumnya, pembuatan instalasi bebatuan atau Gabion itu merupakan hiasan pengganti getih getah di Bundaran HI. Getih getah dibongkar karena lapuk pada 18 Juli 2019.
"Itu sebenarnya bukan pengganti Getih Getah. Sebenarnya itu lokasi tempat untuk instalasi. Nah, sekarang kita menggunakan batu-batuan itu, susunan batu yang kita sebut dengan instalasi gabion. Nah itu kita taruh di situ," ujar Suzi Rabu 21 Agustus 2019.
Berikut 6 hal tentang instalasi bebatuan atau Gabion yang kembali dibongkar dihimpun Liputan6.com:
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Punya Filosofi
Pemprov DKI Jakarta membuat instalasi bebatuan atau Gabion untuk menggantkan Getih Getah di Bundaran HI Jakarta. Getah getih dibongkar setelah kondisinya lapuk 18 Juli 2019 lalu.
"Itu sebenarnya bukan pengganti Getih Getah. Sebenarnya itu lokasi tempat untuk instalasi. Nah sekarang kita menggunakan batu-batuan itu, susunan batu yang kita sebut dengan instalasi gabion. Nah itu kita taruh di situ," jelas Kepala Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, Suzi Marsitawati, Rabu 21 Agustus 2019.
Suzi pun menjelaskan makna filosofi dari instalasi tersebut. Dia mengatakan ada tiga pilar yang menggambarkan tiga elemen, yaitu tanah, air, dan udara.
"Jadi penyelarasan lingkungan di mana di bawahnya kita tanam tanaman juga," ujarnya.
Jenis tanaman yang ditanam di area instalasi itu adalah tanaman anti polutan seperti bougenvile, lolipop, dan sansevieria atau lidah mertua. Tanaman ini diharapkan bisa membantu mengurangi polusi yang kondisinya cukup buruk di Jakarta.
"Iya, seperti itu (untuk kurangi polusi)," ujarnya.
Â
Advertisement
Anggaran
Menurut Suzi, anggaran instalasi batu Gabion bernilai sekitar Rp 150 juta. Tanaman itu juga dipilih karena memiliki daya tahan tinggi terhadap kondisi cuaca Jakarta dan akan dirawat setiap Sabtu.
"Kemarin itu penanamannya dalam rangka kemerdekaan RI, kita mau menggambarkan informasi kita tanam tanaman polutan, narasinya sedang kita buat. Di lokasi itu kita (tanam) contoh-contoh tanaman polutan grandcover," kata Suzi.
Â
Taman Biasa
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan angkat bicara soal instalasi batu Gabion yang merupakan hiasan pengganti getih getah di Bundaran HI.
Anies menyebut, batu gabion merupakan taman biasa dan merupakan bagian dari penataan taman kota.
"Taman biasa, itu rancangannya dari Dinas Pertamanan, namanya kan nanti Dinas Pertamanan dan Hutan Kota. Jadi rancangan begitu sama seperti taman-taman yang lain, biasa saja. Tentu lah, memang untuk apalagi kalau bukan mempercantik?" ujar Anies di gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2019.
Anies menyatakan, instalasi batu gabion sudah dipasang sejak beberapa hari lalu dan merupakan hiasan biasa. Namun, menjadi sorotan lantaran berada di pusat kota.
"Normal-normal saja, cuma karena tempatnya di Bundaran HI, ramai pula. Ini Jakarta, pusat pula," ujarnya.
Â
Advertisement
Bukan Karya Seni
Kepala Dinas Kehutanan dan Pertamanan DKI Jakarta Suzi Marsita menegaskan, instalasi batu Gabion di Bundaran HI, Jakarta hanyalah hiasan kota semata.
Ornamen itu bukanlah sebuah karya seni, berbeda dengan instalasi bambu Getih Getah karya Joko Avianto. Selain itu, penempatan gabion ini juga dilakukan untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI.
"Kita Dishut mempunyai tupoksi adalah mengelola ornamen kota yang kita tahu adalah hal yang biasa, dalam kaitannya kita menyambut hari kegiatan khusus seperti HUT DKI, HUT RI. Jadi kita memasang ornamen itu adalah kaitannya dengan itu," kata Suzi saat dihubungi, Jumat, 23 Agustus 2019.
Suzi mengatakan, instalasi batu Gabion juga dipilih untuk dibangun karena berbentuk keranjang yang sederhana dan mudah dirancang. Menurutnya, ornamen kota ini terbuat dari batu karang yang berguna untuk menyerap air.
Kemudian, ornamen batu ini juga memiliki simbol tersendiri terkait polusi.
"Kita bikin 3 pilar di situ karena kita punya konsep ada unsur tanah, air, udara, penyelarasan lingkungan. Jadi kita membuat dalam kaitannya dengan polusi, kita adalah kaitannya dengan HUT RI, itu kita membuat 1 ornamen kota," ujar Suzi.
"Bukan karya seni, tapi ornamen kota sebagai penghias kota," tegas Suzi.
Â
Pakai Batu Gamping
Suzi juga mengonfirmasi soal dugaan penggunaan terumbu karang dalam instalasi Gabion di bundaran Hotel Indonesia (HI). Menurut dia, hal tersebut tak benar.
"Tentang viral penggunaan terumbu karang di instalasi gabion, saya nyatakan itu tidak benar. Bahwa yang kita gunakan adalah batu gamping. Sesuai dengan konsep yang telah disiapkan oleh Dishut," ujar dia di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu, 25 Agustus 2019.
Dia menyebut, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dengan para aktivis lingkungan hidup serta akademisi untuk memastikan bahwa yang digunakan dalam instalasi gabion adalah batu gamping.
"Memang kalau orang awam melihatnya adalah terumbu karang, padahal bukan. Kita sekarang bergandengan tangan bersama aktivis, bersama akademis akan membuat narasi. Sehingga masyarakat tahu batu gamping itu prosesnya bagaimana," ucap Suzi.
Menurut dia, saat viral dugaan penggunaan batu karang dalam instalasi gabion, dia langsung meminta para akademisi untuk mengecek langsung. Hal tersebut dilakukan demi meluruskan sesuatu yang sudah terlanjur jadi buah bibir.
"Akhirnya semua kita evaluasi, semua bahan kita kumpulkan dan masukkan dari akademis, kemudian kita lanjut ke lokasi dan kita nyatakan, kita periksa bersama-bersama dan dinyatakan oleh dari UI bahwa itu adalah batu gamping yang terproses jutaan tahun, yaitu menjadi batu gamping, jadi sama sekali tidak benar bahwa yang kita gunakan adalah terumbu karang. Jadi ada warna putih dan warna merah," pungkas dia.
Â
Advertisement
Anggota DPRD Gagal Paham
Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI, Gembong Warsono ikut angkat bicara soal instalasi batu Gabion di Bundaran HI, Jakarta. Dia mengaku tidak mengerti maksud dari penempatan instalasi itu.
Sebab, batu gabion itu bukanlah sebuah instalasi seni.
"Ya saya gagal paham memahami itu, artinya itu maksudnya apa, apakah untuk instalasi seni atau apa, kan kita enggak ngerti," ujar Gembong saat dihubungi, Sabtu, 24 Agustus 2019.
"Ketika itu barang seni, kita bisa menilai. Tapi itu kan kita nggak bisa menilai, itu tumpukan batu, gitu loh. Itu yang saya maksud gagal paham ya," lanjutnya.
Gembong mengatakan, tidak ada pembahasan yang mendahului penempatan batu itu kepada anggota DRPD DKI. Tiba-tiba saja instalasi batu itu didirikan di Bundaran HI tanpa ada diskusi.
Dia pun mempertanyakan maksud dari peletakan instalasi batu gabion itu. Gembong menilai, harusnya sebuah instalasi memiliki ide gagasan yang menginspirasi masyarakat.
"Sebagai ibu kota negara, tentunya kita harus menampilkan yang terbaik, dan harus juga mencerminkan bahwa apa yang kita tampilkan di tengah-tengah masyarakat itu betul-betul apa yang merupakan ide gagasan yang brilian," tutur dia.
"Kalau ini kan saya nggak ngerti maksudnya apa. Makanya saya bilang gagal paham betul-betul mau mencermati apa yang sudah dihasilkan di Bundaran HI itu," imbuhnya.