Viral Jenazah PDP Covid-19 di Kolaka Dipeluk Warga, Polisi Penjaga Isolasi Diri

Video jenazah Pasien dalam Pengawasan (PDP) Corona Covid-19 asal Kabupaten Kolaka viral di media sosial.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 26 Mar 2020, 12:48 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2020, 12:48 WIB
Jenazah warga dengan status PDP Corona covid-19 asal Kabupaten Kolaka, dicium kerabatnya sebelum dimakamkan.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Jenazah warga dengan status PDP Corona covid-19 asal Kabupaten Kolaka, dicium kerabatnya sebelum dimakamkan.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang polisi menjalani isolasi diri lantaran berada di lokasi jenazah Pasien dalam Pengawasan (PDP) Corona Covid-19 asal Kabupaten Kolaka yang viral di sosial media. Dalam rekaman, keluarga yang histeris melepas pembungkus plastik dan menciumi almarhumah.

"Iya (isolasi diri) sebagai langkah antisipasi," tutur Kapolda Sulawesi Tenggara (Sultra) Brigjen Merdisyam saat dikonfirmasi, Kamis (26/3/2020).

Menurut Merdisyam, perwira polisi tersebut turut menjalani tes swab untuk memastikan paparan virus corona. Pasalnya saat bertugas mengamankan, dia sempat berada cukup dekat dengan almarhumah.

"Nanti akan lebih jelas kalau hasil swap sudah keluar," jelas dia.

Sebagai upaya menekan penyebaran Covid-19, lanjutnya, keluarga dan warga yang juga berada di lokasi pun diminta untuk melakukan isolasi diri di rumah masing-masing.

"Sebagai langkah antisipasi dan untuk pencegahan kepada warga terkait tetap disampaikan untuk melakukan isolasi sendiri dan menjaga diri," Merdisyam menandaskan.

Video jenazah Pasien dalam Pengawasan (PDP) Corona Covid-19 asal Kabupaten Kolaka viral di media sosial. Sebelumnya, perempuan berusia 32 tahun itu, meninggal di RS Bahteramas Sulawesi Tenggara, Senin (23/3/2020).

Dalam video yang beredar, tangis histeris menyambut jenazah wanita yang belakangan diketahui bernama Rahma itu ketika sampai di rumah duka. Jenazah PDP itu dibawa dari RS Bahteramas menuju Kabupaten Kolaka dengan menggunakan mobil pribadi milik anggota keluarganya

Sebelum jenazah dipulangkan, perawat dan dokter rumah sakit telah melaksanakan tindakan antisipasi dengan memutus potensi virus Corona menyebar. Dokter melilit jenazah yang memiliki riwayat perjalanan umrah itu, dengan plastik bening sebelum dibawa oleh pihak keluarga.

Direktur RS Bahteramas Kendari, dr Sjarif Subijakto menyatakan bahwa pasien tersebut sudah berusaha ditangani sesuai SOP. Namun, keluarga menolak diberikan peti dan diantar oleh mobil ambulans saat jenazah dibawa pulang ke rumah.

"Ya terpaksa kami buat surat pernyataan, kalau ada apa-apa nantinya, keluarga yang menanggung akibatnya karena rumah sakit sudah memaksa," kata Sjarif.

Tidak sampai di situ, dalam video lainnya, ternyata lilitan plastik dan lakban pada jenazah dilepas pihak keluarga sebelum dimakamkan. Beberapa kerabatnya, terlihat mencium dan memeluk korban di atas pembaringan.

  

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sudah Sesuai Prosedur

Rumah Sakit Palang Merah di Wuhan
Dokter melihat layar saat memeriksa pasien yang terinfeksi virus corona COVID-19 di rumah sakit Palang Merah di Wuhan, 16 Februari 2020. Virus corona baru, Covid-19, telah mewabah hingga ke lebih dari 60 negara dimana dari kasus-kasus infeksi, ada lebih dari 3.000 kematian yang terjadi. (STR/AFP)

Dokter forensik Sulawesi Tenggara, dr Mauluddin menyatakan, apa yang dilakukan pihak rumah sakit sudah sesuai prosedur. Yang berbahaya adalah, ketika jenazah dilepas lilitan lakbannya dan tidak langsung dimakamkan.

"Mudah-mudahan bukan positif virus Corona. Namun, perlu diketahui lakban plastik itu berfungsi memutus potensi rantai penularan virus terhadap orang lain di sekeliling," ujar dr Mauluddin kepada Liputan6.com, Selasa (24/3/2020)

Menurut Kepala Satuan Gugus Tugas Penanganan Virus Corona Covid-19 Sulawesi Tenggara, La Ode Rabiul Awal dia tidak mau menduga-duga soal kondisi pasien. Saat dinyatakan meninggal dunia, dia masuk suspek corona.

Setelah menjalani isolasi selama 3 hari di RSUD Bahteramas sajak 21 Maret 2020, dia tidak tertolong dan dinyatakan meninggal. Dia menyatakan, pihaknya menunggu hasil uji lab swab yang dikirim ke Laboratorium Litbangkes Kementerian Kesehatan di Jakarta.

Selain pasien, pihak rumah sakit juga mengambil sampel swab suaminya. Alasannya, suaminya melakukan kontak dengan pasien selama 3 hari berada di rumah sakit.

"Hari Selasa (24/3/2020), dikirim ke Litbangkes, hasilnya tiga sampai lima hari kedepan," ujar dr La Ode Rabiul Awal, Rabu (25/3/2020).

Dia menyayangkan, sikap keluarga yang membuka lilitan lakban pasien. Sebab, orang-orang yang menyentuh pasien, otomatis berstatus sebagai ODP.

"Jika hasil keluar dan dinyatakan positif, maka orang-orang yang pernah bersentuhan dengan jenazah disarankan mengisolasi diri," ujar La Ode Rabiul Awal.

Berdasarkan data yang diterima Liputan6.com, hingga Rabu (25/3/2020), sudah ada 2.049 orang di Sulawesi Tenggara berstatus ODP Corona Covid-19. Pasien yang selesai dipantau, 48 orang. Sedangkan PDP berjumlah 15 orang dan meninggal 1 orang. Yang dinyatakan sehat kemudian pulang ke rumah, 4 orang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya