Liputan6.com, Jakarta Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono, resmi meluncurkan buku autobiografinya yang berjudul SPY SI, Sebagian Pengalaman Yang Saya Ingat.
Dalam penggalangan bukunya, Hendropriyono menceritakan bagaimana masa kecilnya, terutama saat bertemu dengan Bung Hatta saat tak lagi menjabat sebagai Wakil Presiden RI.
Advertisement
Pertemuan itu terjadi saat dia berada di Sumedang, Jawa Barat, di rumah pamannya.
Advertisement
"Di rumah itu pernah beberapa kali saya bertemu Bung Hatta, yang kerap berkunjung dan bermalam di sana. Kami lihat setiap pagi bangun dari tidur, beliau membersihkan sendiri tempat tidurnya. Menurut Bung Hatta, membereskan tempat tidur sendiri adalah masalah kecil. Jika kita tidak terbiasa membereskan masalah kecil, tidak mungkin kita dapat membereskan masalah yang besar," tulis Hendropriyono, seperti dikutip Liputan6.com dalam bukunya, Kamis (7/5/2020).
Meski sudah pernah menjadi Wapres, Bung Hatta dinilainya sosok yang sederhana namun tetap kritis. Pikirannya tak mudah dipengaruhi.
"Tempat berhajat besar (WC) di rumah pamanku dokter Sanusi Galib di kota Sumedang Jawa Barat, hanya berupa tempat bertengger di atas sebuah sungai kecil yang mengalir di bawahnya. Di sana Bung Hatta berjongkok setiap pagi sebelum mandi tanpa canggung-canggung, sebagaimana halnya kebiasaan kami semua orang-orang kebanyakan di daerah itu," cerita Hendropriyono.
Hendropriyono pun juga bercerita, bagaimana Bung Hatta ditangkap oleh Kepolisian Sumedang kala itu.
"Pada suatu hari di tahun 1958 yang nahas terjadi suatu peristiwa yang mengecewakan kita semua, yaitu ketika Bung Hatta bersama keluarga pamanku dokter Sanusi Galib, sedang berkunjung ke rumah pak Wangsa Widjaya mantan Sekretaris Bung Hatta yang tinggal di kampung Situraja. Bung Hatta bersama handai taulannya itu termasuk, antara lain ibu Rafi’ah Dahlan Lembaq Tuah dan ibu Bariah Djambek, tiba-tiba ditangkap polisi resort kota Sumedang," cerita Hendropriyono.Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bung Hatta Ditahan
Penahanan tersebut katanya berdasarkan laporan intelijen, bahwa segerombolan orang dipimpin Bung Hatta memasuki suatu kampung di Sumedang. Karena di antara nama-nama yang dilaporkan ada nama seorang ibu yang Dahlan dan ada nama ibu lain yang Djambek.
"Maka perkiraan intelijen menyatakan, bahwa Bung Hatta bersama rombongan Dahlan Djambek, sedang memasuki suatu kampung di kabupaten Sumedang Jawa Barat. Rombongan tersebut dicurigai sedang melakukan hubungan dengan kelompok Darul Islam," lanjut dia.
Menurut Hendropriyono, saat itu, sulit sekali untuk dapat menjelaskan, bahwa rombongan ini adalah rombongan keluarga.
"Karena perintah penahanan itu katanya turun langsung dari pusat. Tidak seorang pun pejabat setempat, yang berani menanganinya. Bahkan Komandan Polres juga tidak pernah muncul dan sulit dihubungi, sehingga sikap para tamtama polisi terlihat begitu pandir karena ketidaktahuannya harus berbuat apa. Alat komunikasi walau tidak sebaik masa kini, tetapi ada dan dapat digunakan," ujarnya.Â
Advertisement