Dokter Reisa: Jaga Jarak Mampu Tekan Potensi Penularan Covid-19 Lebih 50 Persen

Jaga jarak ini, kata Reisa juga demi mencegah penyebaran virus secara masif di masyarakat.

oleh Yopi Makdori diperbarui 12 Jun 2020, 19:24 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2020, 19:24 WIB
Dokter Reisa Broto Asmoro dalam konferensi persnya pada Selasa (10/6/2020) (Tangkapan Layar BNPB)
Dokter Reisa Broto Asmoro dalam konferensi persnya pada Selasa (10/6/2020) (Tangkapan Layar BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan, mempraktikkan jaga jarak aman 1 hingga 1,5 meter dapat menurunkan risiko tertular Covid-19 hingga lebih dari 50 persen.

"Penelitian menunjukkan, jaga jarak adalah cara yang ampuh mencegah penularan Covid-19. Dalam masa pandemi sebaiknya kita perhatikan hal ini, menjaga jarak aman dari orang lain," pinta dokter Reisa dalam keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (12/6/2020).

Dia mengingatkan, penularan virus Corona adalah melalui droplet atau percikan air liur dari seseorang yang terinfeksi tatkala ia batuk atau bersin. Bahkan saat ia berbicara seperti biasa.

Tanpa disadari, kata dia, tatkala kita berbicara dengan orang lain ada percikan droplet yang keluar dari mulut lawan bicara. Maka, saat kita tak menjaga jarak sebagaimana yang disarankan, bisa jadi akan tertular virus ini.

"Apalagi orang yang kita temui tidak kita ketahui pasti status kesehatannya. Maka sebaiknya dalam masa pandemi ini physical distancing ini harus kita terapkan secara baik," imbau dokter Reisa.

Jaga jarak ini, kata Reisa juga demi mencegah penyebaran virus secara masif di masyarakat. Jaga jarak ini amat penting diterapkan kala kita menjenguk orang yang sakit ataupun mengunjungi orang dengan kesehatan yang rentan.

"Mari kita biasakan untuk menjaga diri, tidak memegang anak-anak kecil apalagi bayi kalau kita bukan orang tuannya," ucap Reisa.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Contoh Jepang

Dokter Reisa mencontohkan Jepang yang menganggap penanganan Covid-19 cukup baik tanpa harus karantina wilayah, yakni dengan melakukan deteksi dini dan social conformity. Social conformity sendiri, kata Reisa merupakan permintaan Pemerintah Jepang kepada warganya agar menghindari keramaian atau kontak dekat secara fisik dengan orang lain.

"Jadi menghindari bersalaman dengan banyak orang, kemudian menghindari agar tidak bertemu dengan banyak orang di ruang tertutup dan sempit. Anjuran ini sangat dipatuhi oleh banyak orang di sana," kata Reisa.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya