Program Teropong Jiwa Banyuwangi Masuk Top 99 Inovasi Kemen PAN-RB

Program inovatif Pemkab Banyuwangi kembali masuk dalam jajaran Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

oleh Gilar Ramdhani pada 09 Jul 2020, 06:00 WIB
Diperbarui 09 Jul 2020, 01:42 WIB
Program Teropong Jiwa Banyuwangi Masuk Top 99 Inovasi Kemen PAN-RB
Teropong Jiwa – Terapi Okupasi dan Pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (Teropong Jiwa).

Liputan6.com, Banyuwangi Program inovatif Pemerintah Kabupaten Banyuwangi kembali masuk dalam jajaran Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dari total 2.000 lebih inovasi se-Indonesia. Program tersebut adalah Teropong Jiwa – Terapi Okupasi dan Pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa.

Kepala Dinas Kesehatan dr. Widji Lestariono menjelaskan bahwa Teropong Jiwa adalah program pemberian terapi kerja bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang diinisiasi oleh Puskesmas Gitik, Kecamatan Rogojampi Banyuwangi. Pasien ODGJ yang sudah stabil setelah menjalani serangkaian pengobatan, akan dilatih berbagai keterampilan kerajinan tangan sebulan sekali.

"Terapi kerja ini bertujuan agar pasien ODGJ tidak mengalami kekambuhan. Mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah emosional, dan yang pasti tujuannya agar mereka bisa mandiri ke depan. Program ini berjalan sejak 2017," terang Rio, sapaan akrab Widji Lestariono, Rabu (10/7/2020).

Rio mengatakan yang membuat spesial dari program ini adalah para ODGJ setelah mendapat keterampilan, mereka disalurkan ke sejumlah tempat kerja. Ada yang diajak bekerja di UMKM, atau diikutkan orang tua asuh. Orang tua asuh ini maksudnya puskesmas mencari keluarga yang mau menerima ODGJ yang sudah pulih untuk bisa menjadi bagian dari keluarga tersebut. Program ini khusus bagi ODGJ yang tidak mempunyai keluarga.

“Yang kerja di di UMKM, mereka ada yang ikut kerja di industri kue rumahan. Mereka membuat rengginang dan camilan ringan lainnya. Kalau orang tua asuh, mereka ada yang ikut orang dan diajak bekerja di usaha penggilingan beras. Jadi mereka diberi kesibukan, untuk meminimalisir kambuh,” jelas Rio.

25 ODGJ Bekerja di UMKM Setempat

25 ODGJ Bekerja di UMKM Setempat
Para ODGJ setelah mendapat keterampilan, mereka disalurkan ke sejumlah tempat kerja.

Drg. Ai Nurul Hidayah, Penanggung Jawab Kegiatan Program Puskesmas Gitik Rogojampi, sejak diluncurkan tahun tiga tahun lalu, sudah ada 54 ODGJ yang dilatih di puskesmas Gitik. Dari angka tersebut, 33 diantaranya telah dinyatakan stabil.

“Mereka diajari membuat aneka kerajinan tangan, seperti membuat kue, lampu, gantungan kunci, tas belanja, dan aneka anyaman. Saat ini, sebanyak 25 ODGJ telah kerja di umkm setempat, dan 8 orang mendapat orang tua asuh,” kata Nurul.

"Alhamdulillah, hasilnya memuaskan. Pasien ODGJ yang diterapi di sini menunjukkan progress yang menggembirakan. Rata-rata, emosi mereka semakin stabil dan kooperatif. Dulu sering timbul kekambuhan, sekarang sudah tidak lagi,” ujar Nurul.

 

25 ODGJ Bekerja di UMKM Setempat
Para ODGJ setelah mendapat keterampilan, mereka disalurkan ke sejumlah tempat kerja.

Nurul mengaku, tetap menerapkan prosedur bagi UMKM atau orang tua asuh yang mau menerima mereka bekerja. Pasalnya, ada kondisi khusus yang harus dipahami oleh orang yang akan mempekerjakan mereka.

“Kami buat perjanjian dengan mereka. Misalnya mereka harus memahami, bahwa ODGJ yang sudah stabil tersebut tetap tidak bisa dipaksa. Kalau mereka lagi tidak mood kerja, pemilik usaha harus memahaminya, jangan malah dimarah-marahi. Dan kami bersyukur, semua memahami aturan ini,” pungkasnya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya