Liputan6.com, Jakarta - Suara dentuman kembali terdengar memecah keheningan malam di wilayah Jakarta Selatan pada Minggu, 20 September 2020.
Riuh soal suara dentuman itu ramai diperbincangkan di sosial media. Warganet sebelumnya mendengar suara tersebut sekitar pukul 19.47 WIB.
"Warga Pasar Minggu Condet Kalibata adakah yang dengar suara dentuman?," cuit akun sosial media Twitter bernama Wahyu Adityo Prodjo @wahyuuap.
Advertisement
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan hasil analisanya. Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, suara tersebut bukan berasal dari adanya peristiwa gempa.
Namun rupanya, suara dentuman ini bukan pertama kali terjadi. Suara dentuman sempat mengagetkan warga Jakarta, Bogor, dan Depok, pada Sabtu dini hari 11 April 2020.
Suara tersebut sempat dikaitkan dengan aktivitas Gunung Anak Krakatu yang kembali erupsi pada Jumat, 10 April malam.
Namun menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat resah masyarakat Jabodetabek, tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik.
Tak hanya di Ibu Kota dan sekitarnya, dua tahun lalu tepatnya pada pukul 10.30 WIB, Senin, 25 Juni 2018, warga Kota Batam, Kepulauan Riau dikagetkan suara dentuman kencang disertai guncangan secara tiba-tiba.
Dilansir Antara, dentuman sekaligus goncangan itu bahkan menghempas pintu di sekitar kompleks perkantoran KPU Batam di Sekupang.
Berikut deretan suara dentuman misterius yang sempat terjadi di Indonesia dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kota Batam
Warga Kota Batam, Kepulauan Riau dikagetkan suara dentuman kencang disertai guncangan secara tiba-tiba yang dirasakan di sejumlah wilayah kota itu pada sekitar pukul 10.30 WIB, Senin, 25 Juni 2018.
Dilansir Antara, dentuman sekaligus goncangan itu menghempas pintu di sekitar kompleks perkantoran KPU Batam di Sekupang. Sejumlah petugas yang berada di dalam ruangan langsung berhamburan ke luar.
Petugas sempat mencari sumber suara dan akhirnya dipastikan bukan dari sumber yang dekat.
"Suaranya kencang sekali, sampai sekarang saya masih gemetaran karenanya," kata warga Tiban, Via, yang ditemui di Sekupang.
Dentuman juga didengar warga di Kantor Wali Kota Batam pada saat bersamaan.
"Iya, sampai sini juga. Cuma ini karena di dalam ruangan jadi kayak bergetar di atapnya. Kayak kalau ada kucing lari di plafon," kata seorang warga.
Warga Batam lainnya, Aloy, juga mengaku dikagetkan suara dentuman saat berada di Simpang Sei Harapan. "Sama seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya," kata dia.
Ia berharap aparat berwenang segera mengidentifikasi sumber suara agar tidak meresahkan warga.
Saat dikonfirmasi melalui saluran telepon, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Hang Nadim Batam Suratman mengatakan kemungkinan dentuman disertai guncangan itu bukan bersumber dari perut bumi.
"Kalau masih sama seperti yang kemarin-kemarin, itu bukan gempa. Kami tidak mengindikasikan adanya gempa," jelas Suratman.
Pada Januari 2018, peristiwa serupa juga pernah terjadi di Batam. Namun, aparat kepolisian dan BMKG tidak dapat memastikan sumber suara dan guncangan itu.
Advertisement
Lampung
Suara dentuman misterius yang didengar warga Lampung dan Sumatera Selatan terkuak. Menurut BMKG, suara dentuman misterius itu berasal dari aktivitas Gunung Anak Krakatau.
"Kepastian bahwa sumber dentuman misterius yang akhir-akhir ini beberapa kali terdengar oleh warga Banten Lampung dan Sumatera Selatan ternyata bersumber dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Hal ini sudah dikonfirmasi oleh petugas Pos Pemantau Gunung Krakatau," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono kepada Liputan6.com, Kamis, 27 Desember 2018.
Dia menambahkan, sampai kini erupsi Gunung Anak Krakatau masih terjadi. Aktivitas itu diiringi dengan suara gemuruh yang keras.
"Terdengarnya suara dentuman hingga di beberapa daerah diakibatkan arah angin yang sedang mengarah ke mana, maka daerah itu akan mendengar suara dentuman lebih jelas," jelas Daryono.
Menariknya, kata dia, saat muncul suara dentuman itu, sensor gempa BMKG juga mencatat getaran tanah. Hal itu terjadi di daerah Liwa, Lampung.
"Contohnya adalah suara dentuman misterius yang terdengar petugas BMKG Stasiun Geofisika Liwa pada 25 Desember 2018 sekitar pukul 22.00 WIB dan pada 26 Desember 2018 pukul sekitar 20.40 WIB, kedua event dentuman ini tercatat dengan baik oleh sensor seismik BMKG yang berada di Liwa," terang dia.
Aceh
Suara dentuman misterius dari arah laut bikin warga di Aceh panik. Dentuman keras terdengar sebanyak tiga kali dari kawasan Pantai Kampung Pasi Rawa, Kecamatan Kota Sigli, Kabupaten Pidie, Selasa, 26 Februari 2019.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun Liputan6.com, sebagian warga sempat berhamburan ke jalan setelah mendengar suara dentuman di siang bolong itu. Tidak sedikit yang berlarian karena ketakutan, sebagian lagi menuju ke pantai karena penasaran.
"Ya bang. Sebagian ada kira itu pertanda terjadi bencana. Tadi siang itu sempat membuat saya merinding. Kita was-was juga bang. Trauma tsunami masih sangat membekas. Ada yang ke pantai lihat kondisi air laut," kata Sabirin (23) kepada Liputan6.com, Selasa malam.
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie, Saiful, membenarkan adanya suara berdentum tersebut. Namun, dia menyangkal kalau itu pertanda akan terjadi bencana.
"Tidak ada itu (pertanda bencana). Ada informasi bahwa ada latihan pesawat tempur dari Riau," sanggah Saiful.
Sebanyak 4 pesawat tempur F16 dari Skuadron Udara Pangkalan Udara TNI AU Rusmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau, kabarnya memang melakukan patroli di kawasan udara Aceh sampai 2 Maret mendatang.
Patroli ini sebagai langkah antisipatif, menjaga kedaulatan NKRI dari segala kemungkinan ancaman. Danlanud Sultan Iskandar Muda, Kolonel Pnb Hendro Arief Herianto sendiri juga telah mengimbau warga jangan panik mendengar deru F16.
Advertisement
Jabodetabek
Suara dentuman sempat mengagetkan warga Jakarta, Bogor, dan Depok, pada Sabtu, 11 April 2020 dini hari. Suara tersebut sempat dikaitkan dengan aktivitas Gunung Anak Krakatu yang kembali erupsi pada Jumat, 10 April malam.
Belakangan hal ini dibantah oleh Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono. Dia memastikan, dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat resah masyarakat Jabodetabek, tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik.
"Hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Provinsi Banten," jelas Daryono, Sabtu 11 April.
Hingga saat ini suara dentuman tersebut masih menyimpan misteri. Bahkan belum ada satupun pihak yang dapat mengungkap penyebab sumber bunyi dentuman tersebut disertai bukti-bukti ilmiahnya.
Namun, belakangan beberapa pihak mengungkap sejumlah dugaan terkait sumber suara dentuman tersebut meskipun memiliki kelemahan.
Pertama, diakibatkan adanya gempa tektonik. Dikatakan gempa tektonik dapat mengeluarkan bunyi ledakan jika magnitudonya cukup signifikan dengan hiposenter sangat dangkal.
Suara ledakan yang timbul saat gempa biasanya hanya sekali saja saat terjadi deformasi batuan utama, tidak seperti dentuman yang beruntun terus menerus seperti 11 April pagi. Bahkan ada yang mengaitkan suara dentuman pagi itu mirip peristiwa dentuman gempa Bantul, Yogyakarta 2006.
"Dalam beberapa kasus, gempa Bantul memang menyebabkan timbulnya suara dentuman, tetapi bunyi dentumannya tidak terus menerus, di mana satu gempa menghasilkan satu detuman. Gempa Bantul dapat mengeluarkan bunyi karena sumbernya dangkal dan dekat zona karst yang bawah permukaannya berongga sehingga dapat menjadi sumber bunyi jika ada pukulan gelombang seismik," jelas Daryono dalam keterangannya yang diterima Liputan6.com, Selasa, 14 April 2020.
Kedua, peristiwa longsor. Longsoran yang dipicu oleh adanya deformasi batuan yang melampaui batas elastisitasnya akan menimbulkan pelepasan energi secara tiba-tiba hingga dapat mengeluarkan suara dentuman.
Terkait hal ini, Daryono menjelaskan, bahwa peristiwa longsoran tidak mungkin terjadi secara berulang-ulang dan terus menerus sebanyak dentuman yang didengarkan masyarakat pagi itu.
Ketiga, Skyquake. Skyquake adalah istilah yang diciptakan oleh sekelompok komunitas untuk menyebut suara-suara yang datang dari langit. Masyarakat awam pun kini banyak yang mengunakan istilah ini meski belum memahami konsep ilmiahnya.
Keempat, adanya aktivitas petir. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa pada kondisi atmosfer ideal, suara petir paling jauh dapat terdengar 16-25 km.
"Dengan jarak jangkauan dengar tersebut, sulit diterima jika dikatakan petir yang sama dapat didengar oleh warga di Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Pelabuhanratu," ucap Daryono.
Sebagai contoh jika petir terjadi di Kota Bogor, maka tempat terjauh di utara yang dapat mendengar hanya sampai Kota Depok dan tidak sampai ke Jakarta, Tangerang, dan Bekasi.
Untuk arah tenggara dan selatan, maka tempat terjauh yang masih dapat mendengar petir tersebut adalah daerah Gunung Gede-Pangrango dan tidak sampai ke Sukabumi dan Pelabuhanratu.
"Bunyi petir juga sangat khas di mana orang awam dengan mudah mengenalinya. Sementara, suara pagi itu lebih mirip dentuman yang "anatominya" berbeda dengan suara petir," bebernya lagi.
Kelima, akibat erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK). Jika mengingat peristiwa 2 tahun silam, warga Jawa Barat dan Sumatera Selatan sempat digegerkan suara dentuman pada akhir Desember 2018.
Namun, adanya dugaan dentuman bersumber dari GAK dibantah dengan alasan suara dentuman tidak terdengar di Pasauran (Banten) dan Kalianda (Lampung).
Jawa Tengah
Masyarakat di beberapa wilayah di Jawa Tengah digegerkan dengan suara dentuman pada Senin tengah malam, 11 Mei 2020. Mereka mengunkapkannya dalam cuitan di media sosial hingga menjadi trending topik.
Pemilik akun Twitter @Rendiansyah01. Dia mengaku mendengar suara dentuman tersebut di Pati. Bahkan, ia juga mengatakan melihat ada benda jatuh dari langit.
"Sen krungu suoro dentuman area Pati Jawa Tengah, sakurunge dentuman ono benda tibo seko langit. Koyok meteor dan sejenise (Yang dengar suara dentuman area Pati, Jawa Tengah sebelum dentuman ada benda jatuh dari langit kayak meteor dan sejenisnya)," tulisnya.
Tak hanya dia, teman-temannya juga melihat benda jatuh dari langit sebelum ada suara dentuman di Jateng itu.
"Nek area Pati, kanca2ku yo do weroh kabeh ki. (Di area Pati, teman-temanku juga pada lihat semua ini)," lanjutnya.
Berdasarkan informasi yang diunggah oleh pengelola akun media sosial Instagram @soloinfo, Senin, suara dentuman yang terdengar hingga Solo, Jateng.
"Jare mau jam 12an bengi punjul sitik enek suara dentuman. Enek sing krungu? Kiro2 suoro opo eh lur. (katanya tadi jam 00.00 WIB lebih sedikit ada suara dentuman. Ada yang terdengar? Kira-kira suara apa ya lur?)," katanya.
Ada pula informasi yang menyebutkan dentuman tersebut juga terdengar di Purwodadi, Grobogan, Jateng. Seperti kiriman netizen kepada pengelola akun Instagram @_infocegatansolo, Senin.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan informasikan suara dentuman itu terjadi pada Senin, 11 Mei 2020 pukul 00.45 WIB sampai 01.15 WIB. Yang mana periode ini disebut-sebut warga muncul suara dentuman.
"Namun setelah dilakukan pengecekan terhadap gelombang seismik dari seluruh sensor gempa BMKG yang tersebar di Jawa Tengah, hasilnya menunjukkan tidak ada catatan aktivitas gempa yang terjadi di Jawa Tengah," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono kepada Liputan6.com, Senin, 11 Mei 2020.
"Sehingga kami memastikan sumber suara dentuman tersebut tidak berasal dari gempa tektonik, karena jika sebuah aktivitas gempa sampai mengeluarkan bunyi ledakan, artinya kedalaman hiposenter gempa tersebut sangat dangkal, dekat permukaan, dan jika itu terjadi maka akan tercatat oleh sensor gempa," jelas dia.
Saat ini, lanjut Daryono, BMKG mengoperasikan lebih dari 22 sensor gempa dengan sebaran yang merata di Jawa Tengah. Sehingga jika terjadi gempa di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya maka dipastikan gempa tersebut akan terekam.
"Selanjutnya diproses untuk kami tentukan magnitudo dan lokasi titik episenternya untuk diinformasikan kepada masyarakat," ujar dia.
Daryono menjelaskan, bunyi ledakan akibat gempa sangat dangkal lazimnya hanya terjadi sekali saat terjadi patahan batuan dan tidak berulang-ulang, seperti halnya peristiwa gempa dangkal yang mengeluarkan dentuman keras di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada 17 Februari 2014.
Gempa Lereng Merbabu saat itu memiliki magnitudo M 2,7 terjadi pagi hari pukul 06.01.19 WIB. Episenternya terletak pada koordinat 7,39 LS dan 110,48 BT dengan kedalaman 3 km. Seperti yang dilaporkan warga Desa Sumogawe, gempa yang merusak beberapa rumah ini diikuti suara dentuman keras hingga membuat warga resah, khawatir Gunung Merbabu akan meletus.
"Ada beberapa kemungkinan penyebab suara dentuman saat terjadi gempa. Fenomena dentuman saat gempa dapat terjadi jika gempa memicu gerakan tanah berupa rayapan tiba-tiba dan sangat cepat di bawah permukaan," terang dia.
Kemungkinan lain, lanjut Daryono, berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif, dalam hal ini ada mekanisme dislokasi batuan yang menyebabkan pelepasan energi berlangsung secara tiba-tiba dan cepat hingga menimbulkan suara ledakan.
"Apalagi jika terjadinya patahan batuan tersebut terjadi di kawasan lembah dan ngarai atau di kawasan tersebut banyak rongga batuan sehingga memungkinkan suaranya makin keras karena resonansi. Beberapa peristiwa gempa Bantul 2006 juga mengeluarkan bunyi dan sempat meresahkan warga saat itu. Namun suara dentuman yang terjadi tadi pagi dipastikan bukan dari aktivitas gempa tektonik," ujar dia.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menanggapi soal suara dentuman yang terdengar di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Menurut Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, dentuman itu tak ada kaitannya dengan benda-benda dari langit. Kendati warga sekitar mengaku ada benda yang jatuh dari langit sebelum dentuman itu terdenagr.
"Suara dentuman tidak ada yang bersumber dari langit, yang bisa didengar dari banyak wilayah," kata Thomas Djamaluddin saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 11 Mei 2020.
Menurutnya, suara dentuman itu berasal dari sumber lokal. Seperti suara petir atau lainnya yang sumbernya tidak jauh.
"Kalau suaranya keras yang mencapai jarak jauh dan mengejutkan banyak orang, pasti orang banyak ke luar rumah," jelas Thomas.
Advertisement
Kota Bandung
Warga Kota Bandung dibuat heboh dengan suara dentuman yang terdengar di langit, Kamis pagi, 21 Mei 2020. Saksi warga mengatakan, suara dentuman itu terdengar berulang-ulang.
Dentuman tersebut terdengar antara lain di daerah Kopo-Katapang, Buah Batu, Astana Anyar, Rancamanyar, sebagian kawasan Cimahi, hingga kawasan Soreang, Kabupaten Bandung.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, hingga pukul 10.00 WIB tidak ada faktor cuaca dan kegempaan yang dapat menyebabkan munculnya suara dentuman berulang tersebut.
"Dari analisa faktor gempa, cuaca dan petir, hari ini di sekitar Bandung tidak ada kejadian gempa bumi sejak pukul 00.00 hingga pukul 10.00," ungkapnya seperti dikutip Ayobandung.
Dia mengatakan, cuaca di area Bandung Raya pun sejak pagi hari hingga pukul 10.00 terpantau cerah dan berawan. Tidak terjadi hujan ataupun petir.
"Tidak ada kejadian petir di Bandung Raya antara pukul 8.30 hingga pukul 10.00," jelasnya. "Hanya Ada 1 petir di Yogyakarta, terekam oleh alat di Lembang," lanjutnya.
Sehingga, Tony mengatakan penyebab suara dentuman tersebut perlu dianalisis dari faktor lain. Sejauh ini, tidak ada faktor cuaca, gempa, ataupun petir yang terjadi di Bandung Raya yang dapat menjelaskan suara tersebut.
"Perlu dianalisis penyebab sumber suara dari faktor selain gempa, cuaca, dan petir," ungkap Tony.
Sementara itu, Peneliti dari Pusat Sain dan Teknologi Atmosfer (PSTA) dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjelaskan secara ilmiah sumber suara dentuman yang terdengar di langit Bandung. Peristiwa itu terjadi selama beberapa hari berturut-turut sebelum Lebaran 2020.
Menurut peneliti PSTA LAPAN Erma Yulihastin, suara dentuman mirip bom dengan frekuensi rendah yang terjadi berulang-ulang tersebut, bisa saja menunjukkan fenomena skyquake atau suara mirip yang mirip gempa di langit. Sebab suara tersebut bisa didengar oleh banyak orang di berbagai lokasi di kota Bandung pada skala yang luas sehingga seolah-olah berasal dari langit.
"Fenomena skyquake mengindikasikan suara misterius yang tidak bisa dikonfirmasi sumbernya ini telah dikenal luas di berbagai negara dengan sebutan yang bermacam-macam. Secara sains, sumber suara skyquake yang telah banyak diteliti memiliki keterkaitan dengan aktivitas gempa atau aktivitas gunung berapi yang terdapat di dasar laut ini telah dikenal secara ilmiah dengan sebutan dentuman dari dalam bumi, atau earth hum," kata Erma dalam keterangan resminya ditulis Bandung, Selasa, 26 Mei 2020
Erma menuturkan para ilmuwan geologis seperti Lemoine, melalui manuskrip yang diterbitkan pada 2019 menunjukkan bahwa suara-suara misterius dengan earth hum ini berkaitan dengan aktivitas seismik di dasar Samudra yang terjadi selama 2018-2019.
Materi manuskrip tersebut dijelaskan bahwa sekitar enam bulan setelah berbagai suara earth hum didengar oleh banyak orang, terjadi pembentukan gunung berapi baru di dasar Samudra Hindia, dekat dengan Pulau Mayotte yang terletak antara Madagaskar dan Mozambique, Afrika.
Ema mengatakan, para ilmuwan menyebut suara tersebut seolah-olah merupakan pemberitahuan bahwa telah lahir gunung berapi baru di bawah samudera.
Suara dentuman dengan frekuensi rendah yang ditimbulkan oleh aktivitas seismik tersebut, kata Ema harus berinteraksi dengan gelombang laut agar bisa membangkitkan gelombang akustik yang banyak orang dengarkan sebagai skyquake.
"Penyebab suara yang dikaitkan dengan aktivitas mikroseismik ini merupakan alasan rasional yang telah banyak dibuktikan secara ilmiah. Meskipun demikian, pembuktian terhadap aktivitas pembentukan gunung berapi baru di dasar laut memang sangat sulit dilakukan," tukas Erma.
Erma mengungkapkan spekulasi yang rasional adalah suara di langit Bandung tersebut, masih ada kaitannya dengan suara dentuman di wilayah Jabodetabek pada 11 April 2020 lalu yang terjadi bersamaan dengan erupsi Gunung Anak Krakatau.
Skyquake yang didengar oleh banyak warga di wilayah Bandung beberapa waktu lalu ucap Erma, bisa jadi berkaitan dengan penjalaran magma oleh gunung berapi di bawah laut atau aktivitas pembentukan gunung berapi baru di lantai Samudra Hindia di perairan selatan Jawa Barat atau Selat Sunda.
Jakarta Selatan
Suara dentuman terdengar di langit malam di kawasan Jakarta Selatan pada Minggu, 20 September 2020.
Pengguna media sosial Twitter ramai memperbincangkan suara dentuman yang terdengar kencang di sejumlah wilayah di Jakarta.
Warganet sebelumnya mendengar suara tersebut sekitar pukul 19.47 WIB.
"Warga Pasar Minggu Condet Kalibata adakah yang dengar suara dentuman?," cuit akun sosial media Twitter bernama Wahyu Adityo Prodjo @wahyuuap.
"Bahas tadi dentuman apa deh?," timpal @LIerenn saat mempertanyakan hal yang sama.
Kapolsek Pasar Minggu Kompol Effy Zulkifli pun mengaku telah menerima laporan terkait adanya suara dentuman.
"Lagi dicek," kata Effy singkat.
BMKG pun mengungkapkan hasil analisanya terkait suara dentuman yang terdengar di kawasan Jaksel. Warganet sebelumnya mendengar suara tersebut sekitar pukul 19.47 WIB.
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, suara tersebut bukan berasal dari adanya peristiwa gempa. Kendati gempa dengan kedalaman sangat dangkal memang dapat menimbulkan suara dentuman.
"Namun demikian saat warga melaporkan suara dentuman malam ini, BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik di Jakarta dan sekitarnya," kata dia kepada Liputan6.com, Minggu malam, 20 September 2020.
Dia menambahkan hasil monitoring BMKG menggunakan sensor gempa yang terpasang dekat Jakarta, yaitu di Citeko, Bogor dan Pondok Aren, Tangerang Selatan, menunjukkan bahwa tidak ada catatan aktivitas gempa yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya antara pukul 19.00 hingga 21.00 WIB.
"Namun demikian, hasil monitoring petir oleh BMKG menggunakan peralatan lightning detector menunjukkan adanya beberapa aktivitas petir yang terjadi di sekitar Gunung Salak Bogor antara pukul 19.00 hingga 21.00 WIB," ungkap dia.
Daryono mengatakan, BMKG tidak ingin berspekulasi terkait sumber suara dentuman yang terdengar di Jakarta Selatan dan sebagian Jakarta Timur. Namun demikian, acuan BMKG adalah data hasil monitoring peralatan yang menunjukkan bahwa memang ada beberapa aktivitas petir yang terjadi saat rentang waktu terdengarnya suara dentuman yang dilaporkan oleh warga.
"Sehingga suara dentuman malam ini tidak bersumber dari gempa bumi, tetapi ada dugaan bahwa suara tersebut bersumber dari petir," ucap Daryono.
Advertisement