Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Hari Kartini 21 April 2021, Broker Forex OctaFX meluncurkan wawancara spesial dipandu penulis sekaligus presenter Nadia Mulya bertemakan sang 'pahlawan' dengan trader wanita sukses bernama Hilda.
Hilda menuturkan, wanita saat ini harus bisa berkembang dibidang apa saja. Apalagi, sekarang perkembangan para trader Forex wanita secara global sudah banyak.
"Saya adalah seorang istri dan ibu yang bahagia, yang senantiasa berupaya menjadi resilien serta independen. Menjadi istri dan ibu tidak pernah menghambat saya menggapai mimpi," ujar Hilda, melalui keterangan tertulis, Jumat (23/4/2021).
Advertisement
Hilda kemudian membagikan kisahnya sampai bisa mengukuhkan posisinya sebagai salah satu trader wanita paling sukses di Indonesia saat ini.
"Saya selalu berhasrat menjadi pribadi yang tangguh dan tidak bergantung kepada orang lain secara finansial. Dan saya mencapai mimpi saya dengan menjadi trader bersama OctaFX," jelas Hilda.
Diketahui, OctaFX adalah broker Forex yang menyediakan layanan trading online di seluruh dunia sejak 2011 silam.
OctaFX menawarkan pengalaman trading mutakhir ke lebih dari dua juta akun trading dan telah memenangkan lebih dari 30 penghargaan sejak didirikan, termasuk penghargaan Broker ECN Terbaik 2020 dari World Finance.
Perusahaan ini terkenal dengan aktivitas sosial dan amalnya. Mereka juga secara teratur melakukan kampanye promosi global dan lokal dengan uang dan hadiah produk yang berharga.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Beragam Pengaruh Kartini
Lagu 'Ibu Kita Kartini' karya mendiang Wage Rudolf Supratman atau WR Supratman menyebut bahwa Ibu Kita Kartini harum namanya.
Apa yang disampaikan WR Supratman lewat lirik lagunya itu kian memperkuat sosok Kartini. Hal itu tercermin dari perjuangannya yang selalu dirayakan setiap 21 April yang disebut sebagai Hari Kartini.
Keharuman nama Kartini salah satunya dari karyanya yang fenomenal, Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku tersebut berisi tentang surat-surat Kartini yang ditujukan kepada teman-temannya di Eropa pada awal 1900-an.
Kartini lahir pada 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Ia putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan Ngasirah. Ia sekolah Belanda di sana, tempat ayahnya yang menjadi bupati.
Setelah melahirkan anak pertamanya pada 13 September 1904, empat hari kemudian pada 17 September 1904 dalam usia 25 tahun, Kartini pun tutup usia.
Menurut sejarawan dari Monash University, Joost Coté, Kartini adalah perempuan Indonesia pertama, pada awal abad ke-20 yang berbicara tentang emansipasi dan pendidikan perempuan. Dari pandangan internasional, apa yang dilakukannya itu sangat signifikan.
Kartini berkirim surat, bertanya, berdialog, melontarkan kritik kepada banyak tokoh terkenal dan berpengaruh saat itu, baik yang tinggal di Hindia Belanda maupun di Belanda.
Ia menyuarakan aspirasi penduduk Jawa, khususnya perempuan. Perempuan harus mendapatkan pendidikan, bekerja, berkontribusi untuk masyarakat, dan bebas menentukan apa yang akan dia lakukan, dilansir dari laman ozip.com.au, Selasa, 20 April 2021.
Kartini identik dengan busana tradisional, khususnya kebaya. Hal itu karena Kartini lekat dengan busana yang dikenakan dalam kesehariannya. Berdasarkan data yang dihimpun Liputan6.com, kebaya dinyatakan bahwa kebaya berasal dari bahasa Arab "kaba" yang bermakna "pakaian‟, tapi diperkenalkan melalui bahasa Portugis.
Di Indonesia, awalnya kebaya merupakan busana yang dipakai wanita Jawa, di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Seperti busana yang sering digunakan R.A Kartini adalah kebaya tradisi dari daerah Jawa Tengah.
Seiring waktu berjalan, dikenal nama kebaya Kartini yang memiliki model khas, panjang kainnya sampai paha hingga menutupi pinggul. Untuk membuatnya bisa menggunakan berbagai jenis bahan, katun atau brokat, polos satu warna maupun aksen bunga dan sulam.
Selain kebaya, Kartini juga menunjukkan perhatiannya pada dunia seni, salah satunya seni ukiran Jepara. Ia menyinggung tentang seni kriya Jepara dan usahanya untuk mengembangkan seni kriya tersebut.
Advertisement