Liputan6.com, Jakarta - Peran perempuan dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam mendukung proses pembangunan bangsa. Di dalam keluarga, para perempuan bisa membangun fondasi fundamental untuk pembangunan masyarakat di masa depan. Eksistensi para Kartini masa kini terus dinanti untuk menghasilkan bangsa yang berjaya.
Hal itu setidaknya disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando dalam bincang-bincang menyambut Hari Kartini bertajuk 'Peran Kartini Masa Kini dalam Meningkatkan Budaya Literasi' yang digelar virtual, Selasa (20/4/2021).Â
Advertisement
Baca Juga
Syarif Bando menjelaskan, Kartini menunjukkan keteladanan dalam berliterasi. Hal itu dilakukan dengan kesadaran untuk membuka tabir kegelapan atas diri dan kaumnya. Kartini dengan tingkat literasinya membuat buku Habislah Gelap Terbitlah Terang.
"Mudah-mudahan acara ini betul-betul bisa menginspirasi, di mana peran Ibu sangat menentukan di dalam menentukan kualitas bangsa," kata Syarif.
Dalam kesempatan tersebut, Syarif Bando juga menyatakan literasi tidak sekadar kemampuan mengenal huruf, kata, kalimat, hubungan sebab akibat, dan menyatakan pendapat. Menurutnya, pemahaman literasi tersebut sudah tidak relevan dengan kondisi terkini.
Saat ini, literasi memiliki empat tingkatan. Yang pertama, kemampuan aksesibilitas terhadap sumber-sumber bahan bacaan yang terpercaya, terlengkap, dan terbaru untuk menyelesaikan problematika hidup. Kedua, kemampuan memahami apa yang tersirat dan tersurat. Ketiga, kemampuan mengemukakan ide, gagasan baru, dan inovasi. Keempat, kemampuan menciptakan barang dan jasa yang bermutu. Dia menegaskan, negara akan menerima dampak dari literasi, jika kondisi masyarakat sudah mencapai tingkatan terakhir.
"Literasi yang kita rumuskan di era bapak Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin, di mana jumlah penduduk yang sudah bisa baca mencapai 96 persen, anggaran pendidikan kita saat ini 20 persen dari APBN atau mungkin kurang lebih dari Rp400 triliun," katanya.
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Kartini Masa Kini
Sementara itu, Sekretaris Utama Lembaga Administrasi Negara (LAN) Reni Suzana mengatakan, Kartini masa kini dituntut mampu beradaptasi dengan cepat, memiliki intelektualitas, dan kepekaan tinggi. Menurutnya, tantangan Kartini pada abad 21 tidak mudah karena harus berperan sebagai ibu sekaligus pekerja.
"Saya salut dengan Kartini abad 21, tantangannya begitu hebat, perubahan cepat tetapi selalu mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan," ungkapnya.
Dia menegaskan, pada masa kini di dunia kerja, saat berhadapan dengan masalah dan harus membuat keputusan, isu gender sudah tidak berlaku lagi. Para perempuan sudah diberikan banyak kesempatan dan akses untuk menyampaikan pendapat. Karenanya, yang paling penting adalah keberanian dalam menyampaikan pandangan dan argumentasi.
"Ini yang menjadi seseorang itu kemudian dipertimbangkan. Tantangan kita adalah bagaimana kita bisa menyampaikan ide, pikiran, dan berargumentasi dengan baik yang tentu saja membutuhkan banyak sekali referensi-referensi yang harus kita dapatkan," urainya.
Duta Bela Negara dan Ketua Yayasan Generasi Lintas Budaya Olivia Zalianty menilai, keberanian merupakan hal yang paling kuat dari sosok Kartini. Dia meneladani pernyataan Kartini yang menyebut bahwa orang yang berani akan menjadi pemenang.
"Jadi di situ saya belajar, saya bisa melihat sosok Kartini yang mempunyai keberanian. Bukan hanya konsep tapi juga dilakukan, sehingga beliau mampu keluar dari sekapan atas dirinya dan melalui menulis, pada saat itu," katanya.
Dalam kegiatan tersebut, Perpusnas menyerahkan hadiah untuk pemenang sayembara puisi dengan tema 'Hari Kartini'. Tiga pemenang juga membacakan puisi hasil karya mereka. Selain itu, Paguyuban Pimpinan Tinggi Madya Perempuan yang merupakan himpunan pimpinan kementerian dan lembaga negara, juga terlibat membacakan puisi. Di antaranya Sekretaris Utama LAN Reni Suzana, Sekretaris Utama Perpusnas Woro Titi Haryanti, dan Deputi Perpusnas Ofy Sofiana.
Advertisement