Liputan6.com, Jakarta - Bencana tanah longsor terjadi di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pada Sabtu, 9 Januari 2021.
Setelah sebelumnya, pukul 19.30 WIB, Minggu 20 Desember 2020, longsor juga melanda Blok Gorowong, Dusun Cipeureu, Desa Buanamekar, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM pun kemudian menanggapi bencana gerakan tanah atau longsor yang terjadi di Kecamatan Cimanggung.
Advertisement
"Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran bahan rombakan yang terjadi di lereng bagian atas permukiman," kata Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani dalam keterangan tertulis, Minggu, 10 Januari 2021.
Longsor yang terjadi di Kecamatan Cimanggung itu menelan korban jiwa. Hingga Minggu, 17 Januari 2021, tim pencarian dan penyelamatan (SAR) gabungan telah menemukan 32 korban tewas.
"Selanjutnya korban diidentifikasi ke Puskesmas Sawah Dadap, jumlah korban meninggal dunia hingga kini mencapai 32 orang," kata Deden dalam keterangan di Bandung, Minggu, 17 Januari 2021.
Dengan ditemukannya 32 korban tewas tersebut, tim SAR gabungan masih mencari 8 orang lainnya yang dinyatakan hilang.
Berikut fakta-fakta longsor yang terjadi di Kabupaten Sumedang dihimpun Liputan6.com:
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Longsor di Cibugel, Akses Jalan Sumedang-Garut Terputus
Longsor melanda Blok Gorowong, Dusun Cipeureu, Desa Buanamekar, Kecamatan Cibugel, Sumedang, Jawa Barat, Minggu malam, 20 Desember 2020 sekitar pukul 19.30 WIB.
Akibatnya Jalan Sumedang-Garut tak bisa diakses untuk sementara karena tertutup material longsor.
"Longsor sepanjang 40 meter dengan ketinggian sekitar 11 meter. Akibatnya akses jalan jalur Limbangan-Cibugel lumpuh total," kata Kapolsek Cibugel, Ajun Komisaris Idan Wahyudin, Senin, 21 Desember 2020.
Idan mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Karena saat kejadian tidak ada yang melintas.
"Alhamdulillah tidak korban jiwa, lokasinya memang di wilayah perkebunan, dan cukup jauh dari permukiman warga," ujarnya.
Idan menuturkan, setelah longsor, polisi telah memasang rambu-rambu peringatan dan menutup jalur pada kedua arah.
"Jalur ditutup sementara supaya pengguna jalan tidak melewati area longsoran. Karena, dikhawatirkan terjadi longsor susulan," kata dia.
Sementara itu, Camat Cibugel Cincin Sondali mengatakan, upaya menyingkirkan material longsor dilakukan dengan cara menerjunkan alat berat beko. Selain menggunakan alat berat, warga bersama unsur TNI, Polri, serta Satpol PP juga ikut membantu membersihkan jalan dari material longsor dengan alat sederhana.
"Material longsor berupa tanah dan batang pohon bambu," katanya menambahkan.
Â
Advertisement
Penjelasan PVMBG soal Longsor di Cimanggung
Kemudian pada Sabtu, 9 Januari 2021 pukul 16.00 WIB, berdasarkan laporan kejadian bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, tanah longsor kembali terjadi akibat hujan dengan intensitas tinggi.
Longsoran tebing di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang setinggi 20 meter dan panjang 40 meter tersebut menimbun 14 unit rumah, serta menyebabkan puluhan warga meninggal dunia dan mengalami luka-luka.
(PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menanggapi bencana alam tersebut.
"Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran bahan rombakan yang terjadi di lereng bagian atas permukiman," kata Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani dalam keterangan tertulis, Minggu, 10 Januari 2021.
Kasbani melanjutkan, secara umum lokasi bencana merupakan perbukitan bergelombang yang berada pada ketinggian antara 700 sampai dengan 750 meter di atas permukaan laut. Kelerengan terjal, dan di bawahnya merupakan pemukiman warga.
Adapun faktor penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirakan karena kemiringan lereng yang agak terjal hingga terjal.
Tak hanya itu, pelapukan breski dan tufa yang mudah meloloskan air dan di bawahnya merupakan lapisan kedap air sehingga berfungsi sebagai bidang gelincir.
Kasbani juga mengungkapkan, tebing yang mengalami longsor merupakan lahan terbuka tanpa vegetasi berakar kuat dan tanpa perkuatan lereng. Selain itu, saluran drainase yang kurang baik sedangkan bagian bawah merupakan permukiman warga.
"Hujan yang turun dengan intensitas tinggi menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah," ujar Kasbani menambahkan.
Â
Rekomendasi PVMBG
Mengingat telah terbangun jalur longsor dan curah hujan yang masih tinggi, maka untuk menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerugian harta benda yang lebih besar, PVMBG memberikan sejumlah rekomendasi.
Kepada warga, aparat maupun tim yang bertugas untuk evakuasi harus mengantisipasi potensi longsoran susulan mengingat daerah tersebut masih rawan longsor serta curah hujan yang tinggi.
Selain itu, PVMBG juga merekomendasikan masyarakat di sekitar lokasi bencana sebaiknya diungsikan dulu ke tempat yang lebih aman.
Masyarakat yang tinggal dekat dengan lokasi gerakan tanah agar selalu waspada terhadap munculnya gejala awal gerakan tanah seperti retakan pada tanah dan bangunan dan segera melapor kepada pemerintah setempat dan mengungsi sementara hingga ada arahan dari pemerintah setempat.
"Jika turun hujan sebaiknya aktivitas di sekitar lokasi bencana dihentikan dan penduduk diungsikan untuk sementara," ucap Kasbani.
Â
Advertisement
Gubernur Jabar Tinjau Lokasi Longsor
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau lokasi tanah longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Minggu, 10 Januari 2021.
Emil, sapaan akrabnya, meminta semua pihak untuk waspada bencana longsor susulan.
Hal itu dilakukan karena menurut laporan yang ia terima, masih terjadi retakan tanah di sekitar lokasi bencana longsor.
"Sesuai protokol juga semua masyarakat di radius yang rawan ini sudah dievakuasi ke tempat lebih aman," kata Emil.
Â
Permintaan Kepala BNPB
Terkait bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Cihanjuang, Sumedang, Kepala BNPB Doni Monardo mengimbau warga agar tidak menanam sayur di kawasan dengan kemiringan.
Menanam sayuran pada lahan dengan kemiringan, katanya, bisa memicu kondisi tanah menjadi tidak kuat menahan erosi.
Curah hujan tinggi bisa menyebabkan tanah mudah longsor. Doni yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengajak warga untuk lebih baik menanam pohon di kemiringan.
"Menanam pohon di kemiringan adalah kewajiban. Karena kalau bukan pohon tetapi sayuran, tanah itu tidak kuat menahan erosi. Curah hujan tinggi akan mudah longsor," katanya, saat meninjau lokasi tanah longsor di Desa Cihanjuang, Sumedang, Minggu, 10 Januari 2021.
Doni juga menyampaikan, kontur tanah di Jawa Barat berupa kemiringan terjal, jadi jangan menebang pohon. Fungsi pohon sangat baik dalam mencegah bencana tanah longsor.
"Apabila pohon ditebang, 2-3 tahun kemudian akar akan busuk. Akibat akar busuk dan curah hujan tinggi, air akan masuk disela-sela akar yang mengakibatkan tanah menjadi labil," katanya.
Tanah yang labi itu ditambah dengan kemiringan tertentu akan mudah sekali longsor. Pengetahuan tentang ini yang perlu dipahami masyarakat luas.
Pohon sukun dan aren yang masih terlihat di kawasan lokasi longsor Sumedang bisa menjadi solusi. Mengingat akar kedua pohon tersebut sangat kuat sehingga mampu memperkuat struktur tanah. Doni menyampaikan BNPB akan membantu dalam penyediaan jenis tanaman yang memiliki akar kuat untuk di tanah di kawasan longsor.
Sementara itu, terkait potensi bencana hidrometeorologi, Doni menyampaikan, beberapa minggu terakhir ini pemerintah pusat lewat BMKG dan BNPB selalu mengingatkan seluruh kawasan untuk memperhatikan dan mencermati informasi-informasi yang dikeluarkan BMKG, terkait cuaca ekstrem.
Ia meminta pemerintah daerah untuk mengantisipasi secara serius dan saling mengingatkan semua pihak di tingkat daerah, terutama untuk kawasan dengan kemiringan lebih dari 30 derajat.
"Berdasarkan data yang dimiliki BNPB, hampir setiap tahun wilayah Jawa Barat ini terdampak tanah longsor," tambahnya.
Pada Jumat lalu, 8 Januari 2021, BNPB telah meminta BPBD di tingkat provinsi untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam menghadapi potensi bahaya banjir dan longsor, khususnya di masa puncak musim hujan pada Januari hingga Februari 2021.
Â
Advertisement
Perintah Presiden Jokowi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berupaya mendukung penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana tanah longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Bencana tanah longsor terjadi pada Sabtu, 9 Januari 2021 lalu, hingga menyebabkan kerusakan rumah warga dan korban jiwa.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan, ia telah mendapat perintah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meninjau langsung di lapangan dan menyiapkan langkah guna mempercepat penanganan bencana longsor.
"Terdapat langkah dalam penanganan bencana longsor yang disiapkan. Pertama, Kementerian PUPR telah mengerahkan alat berat untuk membantu proses evakuasi. Kami sudah siapkan, karena area yang sempit maka tidak cukup menampung alat berat lainnya," kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis, Jumat, 15 Januari 2021.
Selanjutnya, penanganan kedua berkaitan dengan penguatan struktur tanah sehingga bencana serupa tidak kembali terjadi.
Dalam pelaksanaannya, Menteri Basuki mengatakan, Kementerian PUPR akan berkoordinasi dengan instansi terkait. Di antaranya Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dari hasil tinjauan di lapangan, Menteri Basuki menilai kawasan tersebut masuk dalam kategori zona merah rawan bencana longsor.
Penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi ketiga, lanjut Menteri Basuki yang tidak kalah penting melakukan relokasi permukiman warga.
Dia menyatakan dalam hal ini akan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumedang untuk penyediaan lahannya.
"Tadi sudah disampaikan dengan Pemerintah Daerah kedepannya harus direlokasi. Bapak Sekda sudah mengidentifikasi yang di bagian atas ada 132 rumah dan di bawah ada 92 rumah," tutur Menteri Basuki.
Untuk mendukung penanganan tanggap darurat bencana longsor, Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Barat telah mengerahkan 2 unit Mobil Tanki Air dan 2 unit Hidran Umum kapasitas 2.000 liter serta 1 unit Excavator dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.
Sementara Sekretaris Daerah (Sekda) Sumedang Herman Suryatman mendukung penyediaan lahan untuk relokasi warga.
"Pembangunannya dari Kementerian PUPR, kami akan siapkan tanahnya di sejumlah tanah kas desa di wilayah Cimanggung. Dengan catatan, lokasi yang akan disiapkan benar-benar aman dari bencana," ucap Herman.
Â
Korban Jiwa
Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) gabungan hingga Minggu, 17 Januari 2021 sudah menemukan sebanyak 32 korban yang tewas dalam bencana longsor di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansyah mengatakan, jumlah tersebut diperbarui setelah adanya tiga korban tambahan yang ditemukan pada hari ini.
"Selanjutnya korban diidentifikasi ke Puskesmas Sawah Dadap, jumlah korban meninggal dunia hingga kini mencapai 32 orang," kata Deden dalam keterangan di Bandung, Minggu, 17 Januari 2021.
Dengan penemuan korban tambahan itu, kata dia, hingga kini tim SAR masih mencari delapan orang yang dinyatakan hilang diduga tertimbun longsor tersebut.
Dikutip dari Antara, adapun sejumlah korban itu ditemukan mulai pada pukul 10.34 WIB. Korban yang ditemukan itu, kata dia, berjenis kelamin perempuan.
Kemudian tidak berselang lama pada pukul 10.37 WIB, Tim SAR kembali menemukan korban yang juga berjenis kelamin perempuan.
Pada pukul 12.01 WIB, Tim SAR kembali menemukan korban. Korban ketiga pada hari kesembilan pencarian itu, juga berjenis kelamin perempuan dan berusia dewasa.
Sejauh ini pencarian masih terus dilanjutkan dengan menggunakan sejumlah peralatan. Adapun pencarian dibagi ke empat sektor, mulai dari perumahan warga, lapangan, hingga area yang diduga tertimbun banyak korban, demikian Deden Ridwansyah.
Â
Advertisement
Kemensos Berikan Bantuan
Kementerian Sosial (Kemensos) memberikan total bantuan yang telah disalurkan untuk penanganan bencana tanah longsor di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Bantuan tersebut sebesar Rp1.053.703.150.
Kepala Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial Kemensos Syahabudin mengatakan, fokus pemerintah sekarang adalah mengatasi dampak bencana banjir dan tanah longsor ini.
"Fokus pemerintah dalam bencana ini untuk memastikan kebutuhan kesehatan dan kebutuhan sehari-hari para korban selamat bisa terpenuhi," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Minggu, 10 Januari 2021.
Adapun bantuan Kemensos terdiri dari bantuan logistik tanggap darurat sebesar Rp888.671.350, beras reguler sebanyak 3.000 kilogram dengan nilai Rp31.800.000, dan santunan ahli waris untuk 11 orang dengan indeks Rp15 juta/ahli waris sebesar Rp165.000.000.
Adapun bantuan logistik Kemensos terdiri dari tenda serbaguna keluarga sebanyak 10 unit, velbed sebanyak 150 unit, matras sebanyak 1.200 lembar, kasur sebanyak 600 buah, dan selimut sebanyak 1.000 lembar.
Selain itu, Kemensos juga mengaktivasi pelayanan dapur umum lapangan dan layanan dukungan psikososial yang berpusat di SD Cipareuag untuk penyiapan nasi bungkus sebanyak 500 pcs.
"Kemensos akan mengerahkah Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk membantu proses evakuasi korban," jelas Syahabuddin.