Longsor di Sumedang, Doni Monardo Minta Pemda Antisipasi Lahan dengan Kemiringan

Longsor di Sumedang, pemerintah daerah diminta memperhatikan dan mencermati informasi-informasi yang dikeluarkan BMKG terkait cuaca ekstrem.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 11 Jan 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2021, 08:00 WIB
Doni Monardo
Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo apresiasi Kodam III/Siliwangi yang izinkan penggunaan fasilitas milik TNI rawat pasien COVID-19 di Markas Komando Daerah Militer III/Siliwangi, Bandung, Senin (28/12/2020). (Badan Nasional Penanggulangan Bencanana/BNPB)

Liputan6.com, Sumedang - Terkait bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Cihanjuang, Sumedang, Kepala BNPB Doni Monardo mengimbau warga agar tidak menanam sayur di kawasan dengan kemiringan.

Menanam sayuran pada lahan dengan kemiringan, katanya, bisa memicu kondisi tanah menjadi tidak kuat menahan erosi. Curah hujan tinggi bisa menyebabkan tanah mudah longsor. Doni yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengajak warga untuk lebih baik menanam pohon di kemiringan.

"Menanam pohon di kemiringan adalah kewajiban. Karena kalau bukan pohon tetapi sayuran, tanah itu tidak kuat menahan erosi. Curah hujan tinggi akan mudah longsor," katanya, saat meninjau lokasi tanah longsor di Desa Cihanjuang, Sumedang, Minggu (10/1/2021).

Doni juga menyampaikan, kontur tanah di Jawa Barat berupa kemiringan terjal, jadi jangan menebang pohon. Fungsi pohon sangat baik dalam mencegah bencana tanah longsor.

"Apabila pohon ditebang, 2-3 tahun kemudian akar akan busuk. Akibat akar busuk dan curah hujan tinggi, air akan masuk disela-sela akar yang mengakibatkan tanah menjadi labil," katanya.

Tanah yang labi itu ditambah dengan kemiringan tertentu akan mudah sekali longsor. Pengetahuan tentang ini yang perlu dipahami masyarakat luas.

Pohon sukun dan aren yang masih terlihat di kawasan lokasi longsor Sumedang bisa menjadi solusi. Mengingat akar kedua pohon tersebut sangat kuat sehingga mampu memperkuat struktur tanah. Doni menyampaikan BNPB akan membantu dalam penyediaan jenis tanaman yang memiliki akar kuat untuk di tanah di kawasan longsor.

Sementara itu, terkait potensi bencana hidrometeorologi, Doni menyampaikan, beberapa minggu terakhir ini pemerintah pusat lewat BMKG dan BNPB selalu mengingatkan seluruh kawasan untuk memperhatikan dan mencermati informasi-informasi yang dikeluarkan BMKG, terkait cuaca ekstrem.

Ia meminta pemerintah daerah untuk mengantisipasi secara serius dan saling mengingatkan semua pihak di tingkat daerah, terutama untuk kawasan dengan kemiringan lebih dari 30 derajat.

"Berdasarkan data yang dimiliki BNPB, hampir setiap tahun wilayah Jawa Barat ini terdampak tanah longsor," tambahnya.

Pada Jumat lalu (8/1/2021), BNPB telah meminta BPBD di tingkat provinsi untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam menghadapi potensi bahaya banjir dan longsor, khususnya di masa puncak musim hujan pada Januari hingga Februari 2021.

Berdasarkan analisis BMKG terkait dengan cuaca, sekitar wilayah Kabupaten Sumedang telah terjadi hujan lebat dalam durasi yang cukup singkat. Beberapa wilayah dataran tinggi dengan kemiringan tempat yang cukup signifikan hal ini dapat memicu labilnya tanah dan berdampak longsor. Salah satu wilayah yang menjadi pantauan dalam peringatan dini cuaca ini wilayah Cimanggung.

Menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan pada periode Januari hingga Februari 2021, masyarakat diimbau untuk waspada. Pantauan cuaca dapat dilakukan dengan mengakses aplikasi Info BMKG yang dapat melihat prakiraan curah hujan hingga tingkat kecamatan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Infografis La Nina

Infografis Waspada Bencana Alam Akibat La Nina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Waspada Bencana Alam Akibat La Nina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya