Respons Anggota DPR Fraksi PAN Melihat Sepak Terjang Erick Thohir soal Lahirnya BSI

Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia dengan lebih dari 200 juta populasi sekaligus menjadi pangsa pasar bagi keuangan syariah.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2021, 02:11 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2021, 22:44 WIB
Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PAN, Abdul Hakim Bafagih.
Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PAN, Abdul Hakim Bafagih

Liputan6.com, Jakarta - Merger bank BUMN syariah menjadi aksi korporasi yang dinilai brilian dan strategis. Aksi koorporasi yang dimotori kementerian BUMN di bawah Erick Thohir ini layak diapresiasi.

"Pak Menteri yang satu ini sepak terjangnya selama ini justru memicu sentimen positif dan mendorong saham BUMN melesat di kala pandemi, digandrungi para investor milenial. Terakhir, aksi merger tiga bank syariah raksasa: Bank Mandiri Syariah (BSM), Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) dan Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)," ungkap anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PAN, Abdul Hakim Bafagih, Rabu (3/2/2021).

Hakim mengatakan, bahwa realisasi merger bank BUMN syariah pada senin (1/2/2021) lalu adalah keputusan yang tepat. Bukan hanya dalam rangka bertahan dari krisis pandemi, tetapi lebih dari itu adalah langkah strategis yang menjadi tonggak bagi masa depan bisnis keuangan berbasis syariah.

Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia dengan lebih dari 200 juta populasi sekaligus menjadi pangsa pasar bagi keuangan syariah. Sehingga visi menjadi pusat keuangan syariah global, seperti yang dicanangkan Presiden Jokowi adalah hal yang rasional. Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai bank BUMN hasil merger akan menjadi tulang punggung untuk mewujudkan visi tersebut.

Selain menyasar pangsa pasar muslim, secara bersamaan BSI diharapkan juga menjadi motor penggerak bagi bangkitnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di masa pandemi ini. Data BPS menyebut, pelaku usaha di Indonesia 99% adalah UMKM dan menyerap 97% dari total tenaga kerja nasional. Akan tetapi kontribusi terhadap PDB masih sekitar 60% di tahun 2020. Tentu ini adalah sebuah peluang bagi industri perbankan syariah.

Bank Syariah Indonesia harus lebih inovatif dalam menciptakan produk perbankan syariah untuk menjawab peluang di sektor UMKM tersebut.

"Bank Syariah Indonesia harus mengambil spirit perjuangan Muhammad Yunus. Seorang ekonomi Bangladesh yang sukses menciptakan produk perbankan yang adaptif dan solutif bagi pelaku usaha mikro," tegas anggota DPR yang juga Presiden Persik Kediri ini.

Abdul Hakim mengutip pengalaman Muhamamad Yunus dalam membuat bank khusus orang miskin (Grameen Bank) yang berbunyi 'menurut pengalaman saya, orang miskin adalah pengusaha terhebat di dunia. Setiap hari mereka dipaksa berpikir kreatif demi bertahan hidup. Mereka tetap miskin karena tidak memiliki kesempatan untuk menyalurkan kreatifitasnya untuk menghasilkan pendapatan yang berkelanjutan'. Dari sinilah akhirnya Muhammad Yunus menciptakan skema kredit bagi orang miskin.

Pengalaman Muhammad Yunus tersebut setidaknya juga terbukti secara empiris di Indonesia. Bank BRI, yang selama ini menyasar pangsa pasar pelaku usaha kecil dan mikro, bisa dibilang berhasil dalam mengemban program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sampai Oktober 2020 realisasi KUR oleh BRI mencapai 105,3 T dengan tingkat kredit macet yang sangat kecil yaitu 0.06%.

Realitas di atas harusnya menjadi inspirasi BSI dalam menciptakan produk keuangan syariah yang adaptif dan inovatif serta berpihak pada UMKM.

"Jika ini dilakukan secepatnya, terutama disaat pandemi ini, tentu ini akan sangat strategis bagi perkembangan pasar keuangan syariah 5 sampai 10 tahun ke depan," ujar Hakim.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya