Andi Mallarangeng Sebut Moeldoko Siap Rebut 360 DPC-DPD Partai Demokrat dari AHY

Sekretaris Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat Andi Mallarangeng mengungkap tentang laporan kader partai yang mengaku diajak KSP Moeldoko untuk kudeta AHY.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Feb 2021, 11:26 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2021, 11:26 WIB
Kecemasan Andi Mallarangeng Saat Divonis 4 Tahun
Andi Mallarangeng saat mendengarkan putusan dari majles hakim di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Jumat (18/7/14) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat Andi Mallarangeng mengungkap tentang laporan kader partai yang mengaku diajak Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko untuk merebut kekuasaan (kudeta) Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Andi menuturkan, laporan itu berawal dari cerita delapan kader partainya yang datang langsung kepada AHY terkait pertemuan dengan Moeldoko di salah satu hotel. Walaupun tidak disebutkan waktu pertemuan tersebut.

"Kenapa, katanya dia (kader Demokrat), awalnya kita diajak ke Jakarta untuk mau dikasih penyaluran bantuan bencana, kebetulan kawan-kawan ini datang dari daerah bencana, tapi sampai di Jakarta. Ternyata KLB Demokrat kongres luar biasa Partai Demokrat yang intinya Pak Moeldoko siap menjadi ketum," kata Andi dalam diskusi di Smart FM, Sabtu (6/2/2021).

Andi melanjutkan, berdasarkan pengakuan dari kadernya tersebut bahkan Moeldoko mengklaim sudah mempersiapkan perebutan terhadap 360 DPC dan DPD Partai Demokrat di berbagai daerah.

"Dan (Moeldoko) Ketum Partai Demokrat tentunya dan sudah mempersiapkan untuk merebut 360 DPC dan DPD. Lalu juga tentu saja masing-masing anggota DPD dijanjikan uang dan diberikan perskor," kata Andi.

"Tapi kemudian ya ketahuan itu karena pulangnya kawan-kawan ini besoknya, langsung menghubungi ketum melaporkan kepada ketum. Dilaporkan lalu diterima dan setelah itu langsung kita buat berita acara kan semua kesaksian mereka itu, inilah tidak ada angin tidak ada hujan," tambah dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bukan Cuma Urusan Internal

Atas hal itu, Andi menilai jika gerakan ini tidak bisa dikatakan urusan internal, karena terdapat pengaruh eksternal yang mencoba merebut kekuasaan AHY selaku ketua umum dengan menyebut gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat (GPKPD).

"Nah, bagi kami kalau soal persoalan-persoalan internal biasa lah kader kami yang lama bahkan yang sudah keluar menjadi broker broker politik, mau jual-jual partai gitu lah. Tapi kebetulan ada yang mau beli nah gitulah yang begini tidak bisa dibiarkan ini adalah elemen kekuasaan karena KSP itu jabatan politik," jelasnya.

Oleh karena itu, Andi membeberkan alasan partainya mengambil tindakan cepat untuk membuka semua kejadian yang dilaporkan kadernya tersebut. Karena, ia menyebut apa yang ingin dilakukan Moeldoko untuk mengambil alih partai seperti cara Orde Baru.

"Jadi ini kemudian tidak bisa dibiarkan karena ini praktek-praktek gaya lama. Sejarah Order Baru itu adalah sejarah pengambilalihan intervensi kepada partai-partai politik orang lain untuk kepentingan kekuasaan dengan kekuasaan dan uang ini yang dilakukan oleh Pak Moeldoko ini," tegasnya.

Terlebih, Andi menuding jika cara yang dilakukan Moeldoko untuk mengajak kadernya bertemu di hotel patut dicurigai. Karena, posisi kadernya yang merasa dijebak untuk datang ke kamar hotel dan membicarakan soal Kongres Luar Biasa (KLB).

"Walaupun dia menjawab sambil pakai lencana menjawab sambil , ngopi. Apa ngopi, di kamar hotel, bukan lobby hotel, kalau urusan bencana harusnya di kantor beliau saya mau mengasih bantuan secara resmi bantuan bencana. Ini kamar hotel sembunyi-sembunyi," katanya.

"Karena kalau saya dengan teman dekat ngopi di lobby hotel itu bisa dipahami. Tapi kalau (ajakan Moeldoko) dengan teman tidak dikenal (kader Demokrat) apanya yang Ngopi. Nah disitulah jadi persoalan ini offside, bukan cuman offside ini kartu merah, kalau sepak bola harus out," tambahnya.

 

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdeka

Bantahan Moeldoko

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko membantah tudingan ingin mengambil alih kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Partai Demokrat. Moeldoko menduga tudingan tersebut muncul setelah beredarnya foto-foto dirinya bersama sejumlah orang.

"Munculah isu dan seterusnya mungkin dasarnya foto-foto ya, ada dari Indonesia Timur dari mana-mana datang ke sini kan ingin foto sama gue, sama saya. Ya terima saja, apa susahnnya," ujar Moeldoko dalam konferensi pers virtual, Senin (1/2/2021).

Dia mengatakan selalu terbuka kepada tamu-tamu yang ingin bertemu termasuk ketika di rumah. Dia tak menyebutkan siapa saja tamu yang datang, namun mereka menceritakan soal persoalan di Partai Demokrat.

"Secara bergelombang mereka datang berbondong-bondong ya kita terima. Konteksnya apa saya juga enggak ngerti," ucapnya.

"Berikutnya curhat tentang situasi yang dihadapi, ya gue dengerin aja, gitu. Berikutnya yaudah dengerin aja," sambung Moeldoko.

Dari sanalah, dia menilai isu dirinya ingin mengambilalih Parti Demokrat muncul. Moeldoko mengaku tak mau ambil pusing dengan isu kudeta tersebut.

"Kalau itu menjadi persoalan yang digunjingkan itu ya silakan saja. Saya tidak keberatan," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya