Komisi VIII DPR Sebut Kenaikan Biaya Haji 2021 Tidak Akan Bebani Calon Jemaah

Pihaknya memastikan angka kenaikan biaya haji bisa ditekan, sehingga diharapkan tidak terlalu membebani calon jemaah haji.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 25 Apr 2021, 20:58 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2021, 20:58 WIB
ibadah haji di tengah pandemi COVID-19
Sejumlah jemaah saling jaga jarak saat melakukan tawaf mengelilingi Ka'bah di dalam Masjidil Haram saat melakukan rangkaian ibadah haji di Kota Suci Mekkah, Arab Saudi, Rabu (29/7/2020). Karena pandemi virus corona COVID-19, pemerintah Arab Saudi hanya membolehkan sekitar 10.000 orang. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta Komisi VIII DPR RI menyebut kenaikan biaya haji 2021 tidak bisa dihindarkan, hal itu disebabkan adanya instrumen protokol kesehatan yang harus dipenuhi jemaah haji.

Anggota Komisi VIII Bukhori Yusuf mengatakan, pihaknya memastikan angka kenaikan biaya haji bisa ditekan, sehingga diharapkan tidak terlalu membebani calon jemaah haji.

"Terbaru, kami juga sudah memperoleh instrumen kalkulasinya. InshaaAllah, biaya akan tetap naik, tetapi tidak terlalu memberatkan jemaah karena hanya bertambah di kisaran Rp 1-2 juta," katanya pada wartawan, Minggu (25/4/2021).

Bukhori juga menjelaskan, nominal kenaikan biaya tersebut juga tidak akan melampaui nominal yang mampu ditanggung oleh BPKH dari dana manfaat yang diperoleh setiap tahunnya.

Selain itu, terkait persoalan vaksin bagi calon jemaah haji, politisi PKS ini menilai bahwa persoalan itu menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah dan memiliki dimensi yang tidak berdiri tunggal.

"Sampai tanggal 30 April ini diperkirakan semua calon jemaah haji yang berjumlah 212 ribu ini sudah menerima vaksin sebanyak 2 kali. Maka harus dipastikan para calon jemaah ini memperoleh efikasinya maksimal sebelum berangkat," paparnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Dimensi Politik Vaksin

Ia lantas menuding bahwa persoalan vaksin ini tidak bisa dilihat dari dimensi kesehatan semata. Ada dimensi politik, khususnya terkait meningkatnya tensi perang dagang antara Amerika dan Cina. Ia juga meminta pemerintah Arab Saudi bisa lebih bijaksana dalam memahami posisi Indonesia dalam hal ini.

"Kita ketahui bahwa Sinovac ini berasal dari Cina. Sementara Arab Saudi sejauh ini belum menerima calon jemaah haji yang menggunakan vaksin itu. Dengan kata lain, mereka baru berkenan menerima vaksin Made in America maupun sekutunya," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya