Nadiem Makarim: 25 Persen Sekolah Sudah Gelar Pembelajaran Tatap Muka

Nadiem memastikan, pembelajaran tatap muka akan sangat ketat. Selain pembatasan kapasitas, tidak ada ekstrakurikuler dan makan di kantin.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 05 Mei 2021, 14:23 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2021, 14:22 WIB
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim saat memperingati Hari Pendidikan Nasional 2021 secara virtual pada Minggu, 2 Mei 2021. (Dok Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menyatakan, pembelajaran tatap muka di sekolah tidak bisa ditunda lagi. Hal ini demi menyelamatkan pembelajaran dan kesehatan mental murid.

Nadiem mengatakan, saat ini 25 persen sekolah sudah menggelar pembelajaran tatap muka.

"Sudah terlalu lama saat ini proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terjadi dan kita tidak bisa menunggu lagi dan mengorbankan pembelajaran dan kesehatan mental murid-murid kita. Pada saat ini mungkin enggak banyak orang tahu, tapi sebenarnya 25 persen dari sekolah kita sudah melaksanakan tatap muka," kata Nadiem pada acara diskusi daring, Rabu (5/5/2021).

Nadiem memastikan, pembelajaran tatap muka akan sangat ketat. Selain pembatasan kapasitas, kegiatan yang dilakukan hanya pembelajaran saja tanpa ada ekstrakurikuler ataupun makan di kantin.

"Tidak ada aktivitas di luar pembelajaran sendiri. Jadinya masuk sekolah tidak ada ekskul, tidak ada kantin. Masuk sekolah dan langsung pulang. Setengah daripada kapasitas kelasnya itu tidak bisa di satu ruangan di saat yang sama. Jadi semua sekolah untuk melakukan tatap muka harus melakukan proses rotasi," jelas dia.

Meski mewajibkan sekolah membuka opsi pembelajaran tatap muka, Nadiem mengingatkan bahwa keputusan apakah murid bisa ke sekolah tetap berada di tangan orangtua.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sektor Lain Sudah Dibuka

Nadiem mengingatkan, sektor lain seperti wisata sudah dibuka, maka memang sudah saatnya sekolah ikut dibuka perlahan.

"Sektor lain sudah terbuka, kita sudah melihat anak di mal, sinema sudah terbuka, tempat kerja susah buka. Mengapa anak anak kita masih belum kembali ke sekolah? Ini adalah kebijakan yang menjawab tantangan tersebut, bahwa kita tidak bisa menciptakan satu generasi yang mengalami learning loss," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya