Larangan Mudik Buat Pekerja Terdampak, Epidemiolog Sebut Aturannya Tidak Sinkron

Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mendesak pemerintah agar membuat kebijakan larangan mudik lebih tersinkronisasi.

oleh Yopi Makdori diperbarui 07 Mei 2021, 02:32 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2021, 02:32 WIB
Penyekatan Mudik
Petugas gabungan melakukan penyekatan kendaraan yanh masuk ke Kota Bandung di Gerbang Tol Pasteur, Kamis (6/5/2021). Penyekatan dilakukan untuk mengantisipasi warga yang nekat mudik selama pelaksanaan larangan mudik 6-17 Mei 2021. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta - Larangan mudik Lebaran Idul Fitri 2021 yang resmi berlaku mulai Kamis (6/5/2021) membuat segerombolan bus karyawan tak bisa lewat di Jalan Tol Jakarta-Cikampek Km 31. Padahal menurut keterangan dalam video itu mereka hendak bekerja.

Merespons hal itu, Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo mendesak pemerintah agar membuat kebijakan larangan mudik lebih tersinkronisasi. Menurutnya kebijakan ini merupakan bagian dari kekarantinaan wilayah di mana mobilitas masyarakat dibatasi.

"Jadi kan artinya kan tidak sinkron. Memang benar membatasi mobilitas saat seperti ini memang benar. Tapi tentunya orang bergerak kan punya tujuan. Bisa aja mau ke kantor, belanja, mau wisata. Nah penyebab orang bergerak itu harus (juga) dihentikan," ucap Windhu kepada Liputan6.com, Kamis (6/5/2021).

Tanpa ada penghentian itu, kata Windhu, maka akan selalu ada orang yang melakukan mobilitas. Untuk itu dia meminta kebijakan larangan mudik juga dibarengi dengan penghentian sementara operasi sektor industri yang bukan utama.

"Aktivitasnya dihentikan, dengan demikian mobilitasnya pun dihentikan. Itu prinsipnya lockdown-kan gitu," ujarnya.

Sektor utama itu, kata Windhu, ialah yang berkenaan dengan industri yang memproduksi kebutuhan pokok, seperti sembako, energi, dan kesehatan. Hanya industri-industri esensial inilah yang semestinya boleh beroperasi. 

"Di lain itu tetap harus dihentikan. Cuman konsekuensinya pemerintah harus membiayai. Jadi orang yang dihentikan pergerakan dan aktivitasnya. Nah ini yang sejak awal pemerintah itu sepertinya enggan membiayai itu," pungkasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Viral Video Kerumunan Massa di Tol

Sebelumnya, sebuah rekaman video viral di media sosial yang menampilkan kerumunan massa di tol lantaran ada penyekatan jalan bebas hambatan. Rekaman itu berdurasi 29 detik.

Orang-orang tersebut berdiri sambil mengamati kemacetan kendaraan yang ada di seberang jalan. Sementara di belakang mereka berdiri banyak bus-bus besar yang berhenti. Sesekali juga terdengar ungkapan kekesalan yang dialamatkan kepada petugas yang menyekat tol.

"Tutup aja sekalian, tutup. Kita ini pekerja woi," kata seorang pria seperti dikutip dalam rekaman video, Kamis (6/5/2021).

Kasat Patroli Jalan Raya (PJR) Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Akmal menjelaskan, rekaman itu merupakan suasana di Tol Jakarta-Cikampek, tepatnya di KM 31 pada pukul 07.00 WIB, Kamis ini.

Menurut laporan yang diterima, kendaraan itu adalah bus karyawan yang terhambat lantaran ada penutupan akses tol. Bus tersebut tengah mengarah ke Karawang Barat. Sementara tadi, akses dari Karawang Timur yang mengarah ke Cikarang Barat ditutup sementara.

"Itu ditutup untuk memudahkan proses penyekatan dan kendaraan yang diputar balik ke Jakarta," ucap Akmal saat dihubungi, Kamis (6/5/2021).

Akmal memastikan, saat ini persoalan itu sudah selesai. Bus karyawan juga telah bisa melintas.

"Sudah tidak ada masalah lagi, tadi pagi kita buka kembali mereka jalan lagi," ucap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya