Liputan6.com, Jakarta Keinginan belajar yang tinggi membuat Suhendra Pakpahan, pria asal Desa Sirisirisi, Doloksanggul, Medan, Sumatera Utara berhasil meraih gelar doktor melalui Beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Batch 1 pada tahun 2013.
Hendra menuntut ilmu untuk S1 di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Setelah menyelesaikan jenjang S1, ia melanjutkan kesibukannya dengan bekerja di sebuah perusahaan. Karena rasa ingin tahunya yang tinggi dan masih haus akan ilmu, Hendra kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi melalui program beasiswa PMDSU dengan berbagai persyaratan dan seleksi yang tentunya sudah dilalui.
Baca Juga
Informasi mengenai program beasiswa PMDSU didapatnya melalui salah satu rekan saat kuliah dulu. Namun pada saat itu karena program tersebut baru saja diluncurkan ke publik, masih ada beberapa informasi yang kurang dapat dipahami. Sempat merasa bingung dan pasrah, Hendra memutuskan untuk tetap menunggu hasil tersebut hingga akhirnya dinyatakan lolos.
Advertisement
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menjadi pilihan Hendra untuk melanjutkan pendidikannya. Hal tersebut karena saat menempuh S1 di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, ia mengambil Program Studi Peternakan. Karena menurutnya kedua bidang tersebut masih sejalan, maka ia memutuskan mendaftar di Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
Bagi pria kelahiran 1988 ini, kuliah di Yogyakarta merupakan salah satu impiannya. Setelah 3 bulan penantian dan kemudian dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa program PMDSU, ia pun segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke kota pelajar tersebut untuk melakukan daftar ulang dan tes mandiri dari kampus.
Selama menjadi penerima beasiswa PMDSU, ia mendapat banyak teman baru dari berbagai kampus di pulau Jawa. Pasalnya, pada saat itu program ini hanya bekerja sama dengan kampus di wilayah pulau Jawa saja. Adapun total penerima beasiswa program beasiswa PMDSU Batch 1 sebanyak 57 orang.
Program beasiswa PMDSU ini merupakan kesempatan emas bagi Hendra, karena dari segi pemahaman ilmu pengetahuan yang didapatkan memberikan pengalaman menarik melebihi jenjang pendidikan sebelumnya.
"Saya bersyukur menjadi bagian dari PMDSU Batch 1 ini. Pada awalnya cukup berat tapi setelahnya menjadi lebih banyak mengetahui mengenai dunia luar serta berkolaborasi dengan pendidikan luar," ujar Hendra.
Selama mengikuti program PMDSU, Hendra telah berhasil menerbitkan 6 jurnal internasional. Menariknya, ia menjadi satu-satunya mahasiswa UGM yang mengikuti seleksi proposal penelitian ke Jerman selama satu tahun. Hal tersebut membuatnya semakin menyadari bahwa ilmu pengetahuan tidak sedangkal yang dipikirkan sebelumnya.
Menurutnya, selain pengalaman yang menarik, tantangan pun juga dilaluinya. Salah satunya atmosfer yang baru yaitu, budaya dengan daerah asalnya dengan budaya di Yogyakarta sangat berbeda terutama dalam berkomunikasi. Selain itu juga karena Yogyakarta merupakan kota pelajar dimana lingkungan pertemanan di sana sangat luas. Hal tersebut memberikan kesan tersendiri selama kuliah di sana.
“Tetap semangat walaupun pada saat-saat kuliah itu banyak tantangan dan rintangannya, tetapi itu sangat menarik untuk dijadikan sebuah pengalaman yang menyenangkan setelah kita lulus dari PMDSU,” pesan Hendra.
Gelar doktor diraih Hendra dengan predikat summa cum laude dengan IPK 3,98. Setelah menyelesaikan program PMDSU, ia direkrut menjadi asisten dosen di UGM dan diminta membantu menyelesaikan proyek penelitian salah satu profesornya. Selanjutnya, ia menjadi dosen di Universitas Kristen Duta Wacana selama dua tahun.
Saat ini Hendra bergabung dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada bagian Pusat Penelitian Biologi khususnya di bidang ilmu hewan. Ia tergabung dalam dua kelompok penelitian terutama untuk karakterisasi satwa sawah terancam punah.
Dari pengalaman sebagai karyasiswa penerima beasiswa PMDSU yang sudah Hendra lalui dalam program tersebut, mahasiswa dituntut lebih aktif, inovatif, kreatif, dan responsif. Bekal tersebut menurutnya sangat bermanfaat untuk diterapkan di dunia kerja.
“Karena kita waktu itu masih muda dan aktif, jadi kita sudah terbiasa dengan hal tersebut. Sehingga di dunia kerja kita menjadi lebih cepat menyesuaikan serta dapat diandalkan,” jelasnya.
(*)