Menangkap Peluang saat Pasar Saham Bergejolak Imbas Perang Tarif

Pasar saham Indonesia mengami gejolak usai libur panjang Lebaran 2025. Hal ini juga mengikuti bursa saham global yang lesu karena sentimen perang dagang.

oleh Agustina Melani Diperbarui 13 Apr 2025, 21:00 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2025, 21:00 WIB
Menangkap Peluang saat Pasar Saham Bergejolak Imbas Perang Tarif
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam pada 8-11 April 2025. IHSG melemah mengikuti bursa saham global seiring sentimen kebijakan tarif dagang Amerika Serikat (AS).(Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)  merosot tajam pada 8-11 April 2025. IHSG melemah mengikuti bursa saham global seiring sentimen kebijakan tarif dagang Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (13/4/2025), IHSG anjlok 3,82 persen ke posisi 6.262,22 dari posisi sebelumnya 6.510,62.Selain itu, kapitalisasi pasar susut 3,88 persen menjadi Rp 10.695 triliun dari Rp 11.126 triliun pada pekan sebelumnya.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, IHSG terpangkas 3,82 persen dipicu perang dagang. Pada 2 April 2025, AS telah menetapkan tarif resiprokal atau timbal balik bagi beberapa negara termasuk China.

“Hal tersebut berdampak negatif bagi pelaku pasar, sehingga cukup banyak outflow dari pasar saham ke instrument investasi yang lebih minim risiko seperti emas,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Herditya menuturkan, pergerakan pasar saham juga cenderung volatile akibat adanya “tarik ulur” dari tarif impor ini yang saat ini mengalami penundaan selama 90 hari bagi beberapa negara kecuali China.

Di tengah pasar saham yang bergejolak karena perang dagang, penurunan harga saham dinilai dapat jadi peluang untuk membeli saham. Namun, saham yang dipilih juga dilakukan dengan riset sehingga mengetahui saham yang menarik untuk dibeli.  Hal itu juga yang disampaikan investor yang juga dijuluki Warren Buffett Indonesia yakni Lo Kheng Hong.

Lo Kheng Hong mengatakan, harga saham yang turun merupakan peluang. Investor dapat membeli saham dari perusahaan yang bagus.

“Harga saham yang turun adalah peluang emas, di mana investor dapat membeli saham wonderful company di harga murah,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Kamis, 10 April 2025.

 

 

Peluang di Pasar Saham

Hal senada dikatakan pengusaha Hermanto Tanoko. Hermanto mengatakan, pasar saham Indonesia alami diskon besar seiring harga saham yang turun karena perang tarif. Hermanto menilai, hal ini jadi peluang untuk membeli saham emiten berfundamental bagus dengan harga murah.

Ia menuturkan, saat ini sentimen negatif terlalu banyak sehingga berdampak ke harga saham. “Saham lagi diskon besar. (Saham-red) perusahaan bagus murah. Pilih saham yang tepat, fundamental sehat dan future bertumbuh. Jangan sembarangan beli saham,” ujar Hermanto.

Hermanto menuturkan, jika pasar saham turun tetapi yakin dengan fundamental emiten positif ke depan sehingga tidak perlu khawatir karena akan kembali positif. Hermanto juga mengingatkan membeli saham dengan uang dingin atau yang tidak dipakai untuk sehari-hati sehingga jika terjadi gejolak pasar tidak terlalu khawatir. “Tidak boleh pakai uang panas,” ujar dia.

Selain itu, Hermanto juga optimistis dengan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global karena perang tarif. Hal ini didukung inflasi yang rendah dan ekonomi Indonesia masih bertumbuh. “Jadi kalau perang dagang ada tidak terlalu impact (ke Indonesia-red). Kita harus melihat optimistis ekonomi Indonesia,” kata dia.

Hermanto mendorong untuk perkuat ekonomi Indonesia dengan memakai produk-produk Indonesia. Ia menuturkan, produk lokal saat ini juga sudah memiliki kualitas bagus. Dengan memakai produk lokal juga dapat memperkuat ekonomi Indonesia.

Kinerja IHSG Sepekan

Pergerakan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok usai libur panjang Lebaran tepatnya pada 8-11 April 2025. Sentimen perang dagang membayangi IHSG sepekan.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG merosot 3,82 persen ke posisi 6.262,22 selama sepekan. Kondisi ini berbeda dari sebelum libur panjang Lebaran 2025. IHSG naik 4,03 persen pada 24-27 Maret 2025.

Selain itu, kapitalisasi pasar BEI terpangkas 3,88 persen menjadi Rp 10.695 triliun dari pekan lalu Rp 11.126 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG turun 3,82 persen didorong perang dagang. Pada 2 April 2025, AS telah menetapkan tarif resiprokal atau timbal balik bagi beberapa negara termasuk China.

“Hal tersebut berdampak negatif bagi pelaku pasar, sehingga cukup banyak outflow dari pasar saham ke instrument investasi yang lebih minim risiko seperti emas,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Herditya mengatakan, pergerakan pasar saham juga cenderung volatile akibat adanya “tarik ulur” dari tarif impor ini yang saat ini sedang mengalami penundaan selama 90 hari bagi beberapa negara kecuali China.

Pada pekan depan, Herditya prediksi IHSG masih lesu. IHSG akan bergerak di level support 6.090 dan level resistance 6.320.

"(IHSG-red) yang akan dipengaruhi oleh masih dari perang dagang, kemudian akan ada rilis data cadangan devisa Indonesia dan GDP China serta penjualan ritel AS,” kata dia.

Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian BEI anjlok 20,38 persen menjadi Rp 14,81 triliun dari Rp 18,60 triliun pada pekan sebelumnya. Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian melompat 16,16 persen menjadi 1,18 juta kali transaksi dari 1,02 juta kali transaksi pada pekan lalu.

 

Sektor Saham

OJK Terapkan Kebijakan Buyback Saham Tanpa RUPS
Kebijakan buyback saham merupakan pelaksanaan pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh perusahaan terbuka dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Peningkatan juga terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa sebesar 0,71 persen menjadi 18,90 miliar saham dari 18,88 miliar saham pada pekan lalu.

Selama sepekan sesudah libur panjang Lebaran, investor asing lepas saham Rp 5,93 triliun. Sepanjang 2025, investor asing lepas saham Rp 35,86 triliun.

Seluruh sektor saham kompak tertekan. Sektor saham teknologi catat koreksi terbesar dengan merosot 7,08%. Sektor saham consumer siklikal terpangkas 6,05% dan sektor saham industri melemah 4,68%.

Sementara itu, sektor saham energi susut 3,82% sektor saham basc material melemah 4,2%, sektor saham consumer nonsiklikal terperosok 2,06%. Lalu sektor saham perawatan kesehatan susut 1,46%, sektor saham keuangan tergelincir 2,18%, dan sektor saham properti melemah 3,88%. Selanjutnya sektor saham infrastruktur susut 2,76% dan sektor saham transportasi dan logistic terpangkas 2,31%.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya