Gempa Magnitudo 7,5 Guncang Larantuka NTT, Berpotensi Tsunami

Gempa magnitudo 7,5 mengguncang Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (14/12/2021).

oleh Mevi Linawati diperbarui 14 Des 2021, 19:34 WIB
Diterbitkan 14 Des 2021, 10:35 WIB
Ilustrasi Gempa
Ilustrasi Gempa (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa magnitudo 7,5 mengguncang Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (14/12/2021). Gempa terjadi pada pukul 10.20 WIB.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan lokasi gempa 7.59 LS, 122.26 BT. Gempa terjadi pada kedalaman 12 Kilometer.

BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah Maluku, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

Wilayah Terdampak

Gempa magnitudo 7,5 mengguncang Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (14/12/2021). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini tsunami di sejumlah wilayah.

Wilayah tersebut adalah Maluku, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

BMKG menginformasikan lokasi gempa 7.59 Lintang Selatan (LS), 122.26 Bujur Timur (BT) atau 112 km Barat Laut Larantuka, NTT.

Gempa Larantuka pada pukul 10.20 WIB itu terjadi pada kedalaman 12 kilometer.

Sumber Tak Dikenali

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan, ada sumber gempa yang mampu membangkitkan gempa besar dan tidak dikenali sumbernya. Contohnya seperti gempa di Flores, Nusa Tenggara Timur pada hari ini.

"Kita itu ternyata masih dihadapkan kejadian gempa-gempa besar yang bisa saja destruktif seperti hari ini dan bisa saja tsunami, dan ternyata sumbernya itu belum teridentifikasi dengan baik dan sumbernya belum dikenali jalurnya, sehingga itu menjadi kewaspadaan kita ke depannya karena ternyata kita ingin mewaspadai sumber gempa yang terpetakan," katanya saat dihubungi, Selasa (14/12/2021).

Dia mengungkapkan, kejadian. di Flores menjadi pengingat bahwa gempa berkekuatan 7 magnitudo masih ada dan sumbernya tidak dikenali. Hal ini mesti menjadi kewaspadaan kedepan.

"Tantangan kita untuk memetakan, identifikasi, sehingga ke depan itu bisa update yang terbaik, jangan sampai kita menjadi korban dari sebuah sumber yang belum dikenali," ucapnya

Gempa Signifikan

Daryono mencatat beberapa gempa gempa signifikan dan merusak tapi sumbernya tidak dikenali. Salah satunya gempa yang pernah terjadi di Luwuk.

"Selama ini kan gempa di situ (NTT) gempa sesar naik akibat sesar Flores, tetapi dari mekanismenya bukan sesar naik, bukan thrust. Tapi geser, straigt slip. Sehingga ini menunjukkan bahwa ternyata di situ ada sumber gempa yang mampu membangkitkan gempa besar dan tidak dikenali sumbernya," tuturnya.

Menurut Daryono, biasanya gempa gempa besar sudah ada sumbernya dan BMKG mengetahui sumber tersebut. Tetapi, pada gempa NTT, BMKG maupun ahli geologi belum mengetahui sumbernya atau bukan berada di jalur sesar.

"Nah selama ini hasil monitoring kita gempa-gempa besar memang sudah ada sumbernya, ini yang ini benar benar-benar mengagetkan yang Flores," ujar Daryono.

Dia lalu menjelaskan cara mengenali sumber gempa yang belum dikenali. Pertama, untuk di daratan melakukan survei morfologi yang bisa mengenali jalur kelurusan, bentuk sungai dan relief.

Pemetaan Gunakan Sonar

Sedangkan, untuk di laut terbilang sulit lantaran harus ada pemetaan menggunakan teknologi sonar guna memotret dasar laut apakah ada kelurusan atau ada pola besar. Kemudian dicek dengan GPS geodetik apakah ada pergeseran atau tidak.

"Membutuhkan teknologi yang effort kalau di laut, kalau di darat kan bisa kita foto reliefnya, menggunakan satelit, kalau di dasar laut perlu ada survei batimetri," ungkapnya.

Pihaknya akan membuat skenario model sebagai cara mitigasi untuk sumber gempa yang belum dikenali. Dia akan melihat catatan sejarah gempa yang terjadi di daerah pantai.

"Pokoknya kalau soal pantai yang memiliki catatan sejarah gempa, karena kita memakai catatan relief dari sebuah kejadian gempa, sehingga kita itu perlu membuat skenario model perulangan gempa itu," ucapnya.

"Sehingga bisa dijadikan acuan untuk upaya mitigasi baik itu pertahanan rumahnya, tata ruangnya untuk bisa meminimalkan korban," pungkasnya.

Status Tsunami Dicabut

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencabut peringatan dini tsunami usai gempa gempa berkekuatan magnitudo 7,4 yang mengguncang Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Peringatan dini tsunami ini dicabut usai BMKG mengamati tidak ada gempa susulan dalam 2 jam terakhir.

"Gempa bumi tadi kejadiannya pukul 11.20 Wita dan sekarang sudah 2 jam, setelah 2 jam setelah kejadian 13.20 dan tidak terdeteksi adanya kenaikan muka air laut lagi, maka peringatan dini tsunami dinyatakan telah berakhir," tutur Kepala BMKG Dwikorita dalam konferensi pers, Selasa (14/12/2021).

Namun, dia mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati terhadap gempa susulan meskipun status tsunami dengan ancaman waspada telah dicabut. 

"Jadi kami mohon pemerintah daerah bisa menyampaikan ke masyarakat bahwa sudah berakhir (status tsunami)," kata Dwikorita. 

Kesaksian Warga

Saat gempa terjadi, tak sedikit warga yang tengah beraktivitas di luar rumah, langsung lari berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri. Salah satunya Marton, warga di Kota Maumere. Dia mengaku saat itu dirinya dan sejumlah rekannya tengah berada di kantor.

"Terasa banget guncangannya. Berasa mirip seperti gempa tahun 1992, 29 tahun yang lalu," ungkap Marton.

Marton sempat mengabadikan kondisi Kota Maumere dengan kamera handphonenya saat hendak kembali ke rumah. Dalam video yang diterima Liputan6.com, warga dan sejumlah siswa memilih untuk menghentikan aktivitasnya dan berdiri di pinggiran jalan. Sebagian bahkan ada yang mulai mengungsi dengan motor dan kendaraan roda empat.

Menurut Marton, pihak BPBD setempat juga telah menyerukan kepada warga terutama mereka yang tingga di pesisir untuk mengungsi sementara ke dataran tinggi.

Lanjut Marton, masjid di dekat rumahnya juga mengumumkan agar warga untuk sementara mengungsi mengingat adanya peringatan potensi tsunami.

Air Laut Sempat Masuk ke Halaman Rumah Warga

Di sisi lain, Liputan6.com juga mendapatkan informasi terkait ketinggian air laut saat gempa magnitudo 7,4 terjadi.

Menurut kesaksikan salah satu warga di Jalan Sinde Kabor, Kelurahan Kotauneng, Kecamatan Alok, Sikka, NTT, air laut sempat masuk hingga ke halaman depan rumahnya.

"Di masjid diumumkan agar kami mengungsi," kata dia.

Air laut juga naik ke daratan di pesisir Nangahale. Sedangkan di Pelabuhan Lorensai, Kota Maumere, kondisiair laut tampak normal.

Antisipasi Gempa

Ini yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa bumi.

Sebelum Terjadi Gempa:

- Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa, seperti longsor atau likuefaksi. Evaluasi dan renovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempa bumi.

- Kenali lingkungan tempat Anda bekerja: perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat. Ketahui juga di mana tempat paling aman untuk berlindung.

- Belajar melakukan P3K dan alat pemadam kebakaran.

- Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.

- Atur perabotan agar menempel kuat pada dinding untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi.

- Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempabumi terjadi

- Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.

- Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.

- Siapkan alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K, senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya