Imam Masjid New York Minta Label Radikal Tidak Sembarangan Digunakan

Menurut Imam Masjid New York ini, isu radikalisme digunakan untuk menyasar mereka yang memegang teguh ajaran Islam.

oleh Yopi Makdori diperbarui 30 Jan 2022, 13:55 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2022, 13:44 WIB
Shamsi Ali
Imam sekaligus Direktur Jamaica Muslim Center, Queens, New York, Amerika Serikat (AS), Shamsi Ali. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Imam sekaligus Direktur Jamaica Muslim Center, Queens, New York, Amerika Serikat (AS), Shamsi Ali, mengkhawatirkan label radikalisme dipakai secara serampangan oleh pihak-pihak tertentu dan berpotensi merugikan orang-orang taat beragama.

Menurut Imam Masjid New York ini, isu tersebut digunakan untuk menyasar mereka yang memegang teguh ajaran Islam. Isu radikalisme dinilai bertujuan untuk membangun persepsi apabila mereka yang punya perhatian dan komitmen kepada agama dianggap radikal.

"Saya khawatir kalau Isu radikalisme yang banyak diributkan saat ini juga punya tendensi yang tidak jauh berbeda. Sampai-sampai jenggot dan celana cingkrang, bahkan ketampanan sempat jadi kriteria radikal," kata Imam Shamsi Ali dalam keterangan tulis kepada Liputan6.com, Minggu (30/1/2022).

Shamsi Ali menyayangkan jika isu ini dijadikan gorengan oleh mereka yang memiliki kepentingan pribadi atau kelompok. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, dia menduga isu radikalisme ini menjadi bagian dari penguatan untuk memudahkan proses kekuasaan segelintir orang.

"Bahkan lebih disayangkan lagi kalau isu radikalisme menjadi gorengan untuk kepentingan-kepentingan sesaat, apa pun itu. Mungkin pengalihan isu? Karena ada sesuatu yang ingin diloloskan? Boleh jadi untuk kepentingan politik jangka pendek, termasuk pilpres 2024?" katanya.

Karenanya, dia berharap agar semua elemen bangsa berani untuk menyuarakan yang benar. Harus berani menantang semua hal yang dapat mengancam masa depan bangsa. Dan itu tidak jarang terancang (being planned) atas nama legalitas (perundang-undangan). Bahkan juga atas nama pengakuan cinta kepada Pancasila dan NKRI.

"Intinya jangan mudah terpedaya dengan isu radikalisme yang dilemparkan. Jangan-jangan itu sekedar isu yang tidak substantif dan tidak pada tempatnya. Justru untuk tujuan-tujuan lain dan untuk kepentingan kelompok oligarki," tegasnya.

 

Video

Jenderal Dudung soal Isu Radikalisme

FOTO: TNI AD Gelar Apel Pasukan di Monas
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman memimpin Apel Gelar Pasukan Jajaran TNI AD di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (25/1/2022). Pasukan TNI AD dan Alutsista dipamerkan saat mengikuti gelar apel pasukan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman, berkali-kali menggelindingkan isu radikalisme kepada publik di Tanah Air. Menurut dia kelompok radikan sudah tersebar di kalangan masyarakat.

Beberapa waktu lalu dia mengungkap bahwa kelompok radikal kanan sudah menginfiltrasi ke kalangan pelajar. Dia bahkan meminta kepada prajuritnya supaya mengantisipasi dampak merebaknya paham radikal di sejumlah elemen masyarakat itu.

"Selesai kita melaksanakan Rapim Kemhan, disampaikan bahwa kelompok-kelompok radikal sudah banyak di beberapa elemen masyarakat, termasuk di kaum pelajar. Oleh karenanya saya katakan kepada TNI AD, ini sangat-sangat strategis," kata Dudung usai memimpin Apel Gelar Pasukan jajaran TNI AD wilayah Jabodetabek di Monas, Jakarta pada Selasa, 25 Januari 2022.

Dudung pun meminta prajuritnya agar mengantisipasi segala situasi yang akan terjadi ke depannya. Dia menekankan, perkembangan kelompok radikan terus dipantau demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

"Dan saya perintahkan untuk mereka mengecek setiap saat, setiap waktu tentang perkembangan-perkembangan dan mereka harus tahu siapa-siapa pelakunya. Sehingga nantinya akan memudahkan dalam hal-hal tertentu apabila kita bertindak," ujar dia.

Dudung mengaku pihaknya siap menghadapi kelompok radikal yang ada di masyarakat. Kelompok ini, kata dia mencoba mengganggu dasar negara Pancasila.

"Kita akan siap menghadapi hal-hal tersebut, yang mencoba mengganggu Pancasila. Karena di dalamnya adalah persatuan Indonesia," kata Dudung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya