Liputan6.com, Jakarta Sudah dua tahun pandemi melanda dunia termasuk Indonesia. Berbagai wilayah di Tanah Air memberlakukan beberapa kebijakan untuk menekan angka kasus Covid-19, tak ketinggalan Kota Tarakan.Â
Wali Kota Tarakan dr. Khairul, M.Kes mengatakan Kota Tarakan menyeimbangkan antara penanganan pandemi dibidang kesehatan dan ekonomi dengan kebijakan yang telah dibuat.Â
Ia mengingat, kasus pertama di Kota Tarakan terkonfirmasi pada 27 Maret 2020.Â
Advertisement
"Pasien pertama itu seorang ibu berusia lanjut yang memiliki komorbid. Ia terkonfirmasi positif setelah melakukan perjalanan dari Jakarta. Pasien itu memiliki gejala batuk, sesak napas sampai demam. Alhamdulilah setelah 2 bulan, ia sembuh," tutur dr. Khairul, M.Kes saat berbincang dalam Tarakan is My City Podcast.Â
Ia melanjutkan bahwa setelah itu, Pemkot Kota Tarakan melakukan tindakan screening kepada warga yang dari perjalanan.Â
"Saya ingat, saat itu ada beberapa warga kami mengikuti tablig akbar. Kita identifikasi saat mereka pulang. Dan dari situ angka penularan naik," tutur dr. Khairul, M.Kes.Â
Dengan adanya peningkatan kasus, Khairul mulai menerapkan PSBB untuk Kota Tarakan. Berbagai kegiatan warga dibatasi sesuai arahan dari pemerintah pusat.Â
"Waktu itu Kota Tarakan adalah kota ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat yang menerapkan PSBB," ujar dr. Khairul, M.Kes.Â
Alhasil, dengan kebijakan tersebut pada bulan Agustus angka kasus Covid-19 turun di Kota Tarakan.Â
"Namun, harus kita seimbangkan dengan sektor perekonomian. Kita juga harus bisa memberikan kebijakan agar perekonomian masyarakat aman," ujar dr. Khairul, M.Kes.Â
Untuk itu, saat pemerintah mengubah kebijakan menjadi PPKM, Pemkot Tarakan memberikan kebijakan kepada semua lapisan masyarakat.Â
Mulai dari pembebasan pajak kepada pelaku usaha hotel, dan memberikan paket kurang lebih 200 paket sembako.
"Kita juga membantu pengusaha ayam ternak untuk membeli ayamnya dan diberikan kepada masyarakat sebagai sembako," tutur dr. Khairul, M.Kes.
Untuk sektor kesehatan, Pemkot Tarakan juga memberikan kasur lebih untuk para pasien Covid-19. Selain itu, produk UMKM, seperti batik Tarakan juga dibantu dengan cara ASN Kota Tarakan membeli produknya untuk digunakan sebagai seragam saat bekerja.Â
"Alhamdulilah dengan kebijakan itu bisa membantu mereka saat pandemi. Dan strategi itu cukup berhasil sampai saat ini," tutur dr. Khairul, M.Kes.Â
Penerapan PPKM
Dalam penerapan PPKM di Kota Tarakan, dr. Khairul, M.Kes mengaku bahwa menggunakan strategi humanis dengan memberikan imbauan agar para masyarakat menerapkan protokol kesehatan setiap beraktivitas.Â
"Kami menerapkan PPKM dengan humanis. Tidak sampai merugikan para pedagang saat berjualan," tutur dr. Khairul, M.Kes.Â
Tak hanya sektor ekonomi, dr. Khairul, M.Kes juga bercerita mengenai sektor pendidikan. Ia bercerita bahwa awalnya ketika pandemi masuk, para orangtua murid ingin memberlakukan sekolah secara virtual.Â
Namun, dalam perjalanan waktu mereka kewalahan dan ingin sekolah secara tatap muka.Â
"Hal itu kita diskusikan dan saat ini kita sudah membuat sekolah tatap muka 50 persen. Nantinya, pada februari ini, kita akan membuka PTM 100%," tutur dr. Khairul, M.Kes.Â
Selama 2 tahun pandemi di Indonesia dr. Khairul, M.Kes mengatakan banyak pelajaran yang bisa diambil. Salah satunya pencegahan ternyata lebih baik dari pada pengobatan.Â
"Dari pandemi ini, saya belajar bahwa pencegahan lebih murah dari pada pengobatan," ujar dr. Khairul, M.Kes.Â
Â
(*)
Â
Â