Berbuka Puasa dengan yang Manis, tapi Jangan Berlebihan

Sejumlah menu berbuka puasa menjadi andalan masyarakat Indonesia saat bulan Ramadan.

oleh Ika Defianti diperbarui 09 Apr 2022, 20:40 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2022, 20:35 WIB
FOTO: Berburu Menu Buka Puasa di Pasar Takjil Benhil
Pedagang melayani pembeli di Pasar Takjil Benhil, Jakarta, Selasa (13/4/2021). Pasar takjil yang ada setiap bulan Ramadhan tersebut dipadati warga untuk membeli makanan berbuka puasa. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Penjual takjil seringkali menjadi magnet tersendiri untuk masyarakat kala bula Ramadan tiba. Sajian takjil manis selalu menjadikan buruan untuk berbuka puasa. Menu takjil memang identik dengan cita rasa yang manis hingga makanan gurih.

Makanan atau minuman manis saat berbuka dinilai dapat mengembalikan gula darah yang turun setelah seharian berpuasa. Menu buka puasa yang seringkali dicari masyarakat yaitu mulai dari kurma, es buah, kolak, hingga martabak manis.

Karena hal itu sejumlah sentra takjil pun bermunculan di setiap wilayah saat jelang buka puasa. Salah satunya di kawasan Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta Pusat. Sentra takjil itu juga sudah beroperasi sejak lama.

Sebenarnya seperti apakah anjuran berbuka buka menurut Islam ?

Sekretaris PCNU Bandung Wahyul Afif Al-Ghafiqi atau Mako menyatakan saat zaman Nabi Muhammad SAW melakukan buka puasa dengan kurma kering dan air putih yang berdasarkan hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, Imam At-Tirmizi. Namun ada pula yang menyebutkan secara khusus Nabi Muhammad SAW berbuka dengan air putih ketika tidak ada kurma.

Contohnya yaitu, Rasulullah bersabda "Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih (At-Tirmidzi dan Abu Dawud)"

Berdasarkan dasar yang ada seperti halnya Al Quran, hadis hingga sunnah yang ada, Mako menyatakan sejumlah ulama pun melakukan pengambilan hukum Islam untuk aturan berbuka puasa.

Selain kesepakatan para ulama ada pula melalui qiyas atau pengibaratan. Indonesia bukanlah negara penghasil kurma sehingga dari kesepakatan tersebut dapat diibaratkan dengan makanan dengan rasa manis.

"Kalau di Indonesia kurma misalkan tidak umum. Kurma ini umumnya apa yang manis-manis sama (seperti) pisang atau buah yang manis, misalkan rambutan. Jenis mangga ada yang memiliki rasa yang manis, lalu kolak dan lain sebagainya ada unsur manisnya. Bisa masuk ke dalam apa yang dimaksud oleh hadis Rasulullah tadi," kata Mako kepada Liputan6.com.

 

Berbuka dengan Jumlah Sedikit

FOTO: Berkah Ramadhan untuk Pedagang Makanan Pinggir Jalan
Warga menyantap makanan saat waktu berbuka puasa di kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (8/4/2022). Ramadhan menjadi berkah bagi para pedagang makanan, termasuk pedagang pinggir jalan di tengah kepadatan dan keriuhan Jakarta. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dia juga menjelaskan saat berbuka puasa Rasulullah juga membatasi asupan makanannya. Seperti halnya hanya memakan kurma dalam jumlah sedikit misalnya tiga butir atau jumlah ganjil lainnya. Makanan manis lanjut Mako dikonsumsi dalam jumlah banyak memang dinilai tidak bagus untuk kesehatan.

"Jadi tidak boleh berlebihan makan yang manis-manis itu juga. Kolak dan lain sebagainya itu kan unsur manisnya luar biasa. Jadi kalau kemudian berlebihan maka akan menyebabkan malah bisa tidak bagus untuk kesehatan kita itu," ucapnya.

Infografis Journal
Daftar Kalori Makanan Berbuka Puasa (Liputan6.com/Trie Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya